in

5 Alasan Kenapa Wisuda di Indonesia Itu Lebih Ruwet

Setelah bergelut sekian lama dengan skripsi dan cacian para penguji ketika sidang, akhirnya tiba sebuah momen yang ditunggu-tunggu. Yup, wisuda alias graduation ceremony. Sebagai salah satu titik bersejarah di kehidupan setiap mahasiswa, wisuda identik dengan upacara besar-besaran. Entah itu dengan menyewa gedung yang besar, sewa paduan suara kelas atas dan pemateri sekelas Mario Teguh.

Wisuda memang adalah momen yang sangat ditunggu, namun pada akhirnya hanya menghasilkan banyak sekali keruwetan. Di luar negeri, acara wisuda justru cenderung lebih simpel dan tidak ribet. Bahkan mungkin tak berbayar seperti kebanyakan universitas di sini. Nah, keruwetan apa saja yang terjadi di prosesi wisuda ini? Berikut ulasannya.

1. Pakaian dan Riasan Hukumnya Wajib

Wisuda adalah momen di mana semua wanita full make up dan pakai sanggul, sementara pria memakai jas untuk kedua kalinya setelah sidang. Selalu seperti ini dan hampir ditemui di seluruh acara wisuda di Indonesia. Ya, hal ini tentu saja adalah keruwetan yang menyusahkan. Bagi para wanita, mereka akan berangkat ke salon pagi-pagi buta untuk kemudian didandani. Lalu kemudian akan dipakaikan kebaya lengkap dengan aksesoris yang bikin pusing itu.

Berpakaian simple dan dandan minimalis seperti ini tak kalah cantik, kan? [Image Source]
Berpakaian simple dan dandan minimalis seperti ini tak kalah cantik, kan? [Image Source]
Meskipun pria cenderung lebih simpel, tapi aslinya juga tak kalah bikin repot. Mulai sewa jas sampai make up minimalis biar penampilan maksimal. Alhasil, pengeluaran untuk hal yang sebenarnya tidak terlalu penting pun makin membengkak. Sewa baju plus aksesoris dan make up, kurang lebih sekitar Rp 500 ribu. Belum lagi kalau kualitasnya yang paling bagus, bisa-bisa sejuta lebih tuh.

Bandingkan dengan prosesi wisuda di negara-negara lain, Jepang misalnya. Di negara ini wisuda berlangsung sangat sederhana. Soal pakaian, para wisudawan biasanya memakai baju seadanya tapi sopan. Di China pun sama, mereka kadang memakai celana pendek plus  toga saja ketika wisuda di musim panas.

2. Susunan Acara Super Panjang

Siapa sih yang betah dengan acara yang isinya sambutan semua? Ya, pasti tidak ada yang betah dengan yang semacam ini. Namun ketika sambutan tersebut ada di dalam wisuda, maka mau tak mau harus dilakukan. Alhasil, acaranya yang dimulai pada jam 7 bisa berakhir hingga tengah hari bahkan lebih. Padahal sambutan bukanlah hal yang penting, terutama bagi orang tua pendamping. Percaya atau tidak mereka tidak akan mempedulikan hal tersebut kecuali momen di mana si buah hatinya dipanggil ke atas panggung.

Apalagi mengundang orang terkenal untuk sambutan, pasti acaranya jadi makin panjang [Image Source]
Apalagi mengundang orang terkenal untuk sambutan, pasti acaranya jadi makin panjang [Image Source]
Ya, di luar negeri sebenarnya sama namun jauh lebih ringkas. Mereka akan memadatkan acara seperti ini karena wisuda adalah simbol saja sehingga tak terlalu penting. Namun persamaan antara wisuda di sini dan luar negeri adalah sama-sama menunjuk perwakilan dari mahasiswa untuk memberi sambutan. Kalau ini sih perlu sebagai simbolisme ucapan terima kasih kepada almamater.

Sebenarnya inti dari acara ini hanya pengukuhan saja. Jadi, tak perlu satu persatu ketua jurusan untuk memberikan sambutan yang durasi masing-masingnya satu jam. Orasi ilmiah kadang juga membuat acara wisuda jadi makin melar waktunya. Memang penting sih bagi wisudawan, tapi bagian ini akan membuat orangtua mahasiswa kelabakan ingin segera keluar ruangan.

3. Satu Orang Wisuda, Semobil yang Mengantarkan

Sebuah kampus tak hanya diisi oleh mahasiswa sekitar saja, tapi juga banyak dari luar daerah kampusnya. Hal ini menyebabkan kultur daerah pun berbeda, hal ini bisa dilihat ketika momen wisuda datang. Sebagian besar orang Indonesia menganggap wisuda adalah momen sakral jadi sebisa mungkin banyak anggota keluarga yang harus hadir sebagai saksi. Alhasil setiap wisuda selalu dihiasi dengan pemandangan membludaknya para pengantar. Padahal yang bisa masuk gedung hanya 2 orang saja biasanya. Hal ini pun membuat acara wisuda makin panjang durasinya.

Kebiasaan seperti ini takkan pernah berubah sampai kapan pun [Image Source]
Kebiasaan seperti ini takkan pernah berubah sampai kapan pun [Image Source]
Belum lagi kelakuan para pengantar ini yang kebanyakan susah untuk diberi tahu. Entah berfoto di pintu masuk gedung atau anak-anak kecilnya yang melakukan kejahilan-kejahilan. Seperti merusak dekorasi dan sebagainya, bikin para petugas makin kewalahan.

4. Bayar Mahal

Mungkin karena saking senangnya resmi menyandang predikat sarjana, hingga tidak sadar betapa biaya wisuda ini sangat mahal. Tak masalah untuk mereka yang mampu, tapi jadi hal berat bagi mahasiswa yang ingin ikut merasakan momen kebahagiaan ini namun tidak memiliki banyak uang. Akhirnya orangtua sampai berhutang demi mengikuti acara yang sebenarnya cuma begitu-begitu saja.

Kadang menangis ketika wisuda belum tentu karena terharu [Image Source]
Kadang menangis ketika wisuda belum tentu karena terharu [Image Source]
Mahal sesuai dengan apa yang didapatkan sih tak masalah, tapi biasanya hal yang berlaku justru sebaliknya. Mulai dari kostum wisuda yang dibikin dari kain grosir hingga kue seadanya yang bisa dibeli dengan Rp 20 ribuan saja. Wajar saja jika setelah dihitung total biaya wisuda bahkan lebih mahal dari skripsi.

Satu hal yang bikin miris lagi adalah penggunaan uang wisuda yang tak sesuai dengan anggaran. Untuk mengetahui hal itu coba lihat seragam panitia. Ya, pakaian mereka seringkali lebih mentereng dari pada wisudawannya sendiri. Kadang juga uang sisa wisuda tersebut akan digunakan untuk rekreasi atau juga makan-makan. Tidak semua seperti ini sih, cuma kebanyakan ya seperti itu.

5. Selalu Saja Ada yang Terlambat

Budaya terlambat ternyata memang sangat kental dengan orang-orang Indonesia. Tidak hanya lewat aktivitas keseharian saja, bahkan di acara-acara penting seperti wisuda hal tersebut juga kerap kali ditemui. Memang banyak sekali sih alasan yang bisa diberikan atas keterlambatan ini. Mulai dari antri salon, macet di jalan sampai keluarga jauh yang belum datang. Hal ini menyebabkan kesakralan wisuda berkurang.

Akan selalu ada orang-orang yang terlambat ketika wisuda [Image Source]
Akan selalu ada orang-orang yang terlambat ketika wisuda [Image Source]
Bahkan kadang acara juga bisa sampai molor dan akhirnya merugikan orang lain. Belum lagi kalau atribut wisuda sampai ketinggalan, buyar deh momen foto-foto yang sudah dibayangkan nantinya. Tidak masalah sih terlambat asal wisudanya sendiri tidak ribet, seperti tidak pakai aturan dress code yang ketat, sambutan-sambutan disesuaikan, serta berkonsentrasi hanya pada pengukuhan. Orang-orang yang terlambat ini pasti bisa lebih menyesuaikan diri dengan cepat.

Inilah potret wisuda yang ada di Indonesia, jangan ngaku sarjana jika tidak merasakan kelima hal di atas. Sama sekali tidak masalah sih untuk merayakan momen kelulusan dengan gegap gempita seperti ini. Namun sebagai orang yang punya pendidikan tinggi, sudah harusnya paham akan arti efisiensi terutama biaya dan waktu. Pada akhirnya wisuda hanyalah simbol. Justru yang lebih menegangkan itu adalah setelah prosesi kelulusan ini.

Written by Rizal

Hanya seorang lulusan IT yang nyasar ke dunia tulis menulis. Pengalamannya sudah tiga tahun sejak tulisan pertama dimuat di dunia jurnalisme online. Harapannya bisa membuat tulisan yang super kece, bisa diterima siapa pun, dan juga membawa influence yang baik.

Contact me on my Facebook account!

Leave a Reply

7 Perangkat Revolusioner Pengubah Dunia yang Kini Jadi Barang Rongsokan!

5 Kebiasaan Orang Indonesia yang Bikin Emosi Setengah Mati