WiFi (Wireless Fidelity) merupakan salah satu teknologi yang banyak digandrungi masyarakat sekarang. Pasalnya adanya jaringan tanpa kabel ini membuat aktivitas berselancar di internet bisa dilakukan dengan mudah dan di mana pun. Semua fasilitas yang ada di masyarakat pun berlomba-lomba memasang WiFi. Mulai dari cafe, pusat perbelanjaan, sekolah, kantor pemerintahan, kantor swasta, bus kota, maupun restoran. Hal ini dilakukan untuk menaikkan popularitas dan menyerap pengunjung lebih banyak. Tak heran, masyarakat yang gemar menikmati layanan WiFi gratis tak segan-segan mengunjungi tempat tersebut. Bahkan beberapa orang menghadirkan WiFi di dalam rumahnya.
WiFi memang tak terbantahkan manfaatnya, namun di balik kepopulerannya, ternyata ada efek samping yang banyak orang belum mengetahuinya. Meski WiFi tergolong sesuatu yang tak terlihat, siapa sangka efektnya bisa sampai membunuh manusia secara perlahan-lahan. Senjata ampuh yang dipakai WiFi adalah gelombang electromagnetic yang ternyata membahayakan tubuh kita apabila digunakan secara terus-menerus. Apa saja bahayanya, berikut ini akan dibahas.
Penelitian terhadap efek radiasi non-termal yang dilakukan WHO dan National Toxicology Program yang menyimpulkan bahwa paparan radiasi lebih mudah menembus ke dalam otak anak. Karena anak-anak memiliki sistem saraf dan otak yang masih dalam proses perkembangan. Terlebih tengkorak anak-anak lebih tipis dan kecil dari milik orang dewasa. Karena itu, paparan radiasi WiFi lebih mudah membuat anak merasakan sakit kepala, lelah, gangguan konsentrasi, serta kehilangan memori jangka pendek.
Electromagnetic Hypersensitivity intoleran Syndrome adalah gangguan kesehatan yang ditandai dengan rasa linu pada bagian sekitar mulut. Meski tergolong langka, penyakit ini telah dialami oleh seorang wanita yang penyebabnya adalah terlalu dekat dengan pancaran Wifi.
Beberapa study yang dilakukan menunjukkan bahwa paparan radiasi nontermal dari Wi-Fi dan telpon seluler mengganggu perkembangan sel normal. WiFi dapat mengakibatkan gangguan sintesis protein. Karena itu, tidak baik bagi perkembangan janin, anak-anak, dan remaja.
Penggunaan WiFi dalam waktu yang lama dan pemanfaatan jangka panjang akan meningkatkan resiko kemunculan kanker pada tubuh seseorang. Karena meski tergolong rendah, gelombang elektromagnetik yang ada pada WiFi memancarkan radiasi yang terus menerus menyerang tubuh.
Efek samping lain dari WiFi adalah menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan sperma. Paparan frekuensi WiFi ternyata dapat mengurangi gerakan sperma dan menyebabkan fragmentasi DNA. Sebuah studi dilakukan terhadap tikus yang dikenakan frekuensi nirkabel selama 2 jam sehari dalam kurun waktu 45 hari. Hasil studi menunjukkan bahwa beberapa frekuensi nirkabel dapat mencegah implantasi telur dan secara signifikan telah meningkatkan resiko stress oksidatif. Akibatnya, kuat kemungkinan terjadinya kehamilan abnormal atau kegagalan telur untuk implan.
Untuk mengetahui pengaruh WiFi pada aktivitas manusia, dilakukan penelitian pada 15 pria dan 15 wanita. Kondisi awal kedua kolompok tersebut diuji tanpa pancaran radiasi WiFi sedikitpun. Dan pada kondisi ini, tidak ada pengaruh apapun pada aktivitas otak. Namun pada saat kedua kelompok terkena radiasi dari WiFi dengan kapasitas 2.4 GHz dari titik akses nirkabel selama +/- 45 menit, terjadi penurunan aktivitas otak serta energi pada kelompok wanita.
Studi yang dilakukan untuk menguji pengaruh WiFi router pada beberapa jenis taman di Denmark menunjukkan hal yang cukup menakutkan. Bahwa tanaman yang terletak di dekat sumber radiasi tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Jika hal ini berlaku bagi tanaman, tentu juga berlaku pada sel manusia
WiFi mengandung gelombang elektromagnetik yang berpengaruh pada kualitas tidur. Mereka yang terkena radiasi elektromagnetik secara signifikan lebih kesulitan untuk tertidur serta mengalami perubahan pola gelombang otaknya. Hal ini pun menjadi pemicu meningkatnya depresi serta hipertensi karena kualitas tidur yang tidak baik.
Para pengguna WiFi memiliki resiko gangguan jantung lebih banyak daripada non pengguna. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 69 subjek. Kesimpulan dan penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang terkena paparan radiasi elektromagnetik mengalami peningkatan denyut jantung yang dapat memicu peningkatan resiko kanker.
Bahaya-bahaya di atas bisa ditekan dengan melakukan tindakan pencegahan. Misalnya dengan memutuskan sambungan WiFi sebelum tidur atau saat tidak digunakan dan tidak meletakkan router di dapur atau kamar tidur. WiFi memang bermanfaat luar biasa, tapi bukan berarti kita bisa terus menerus menggunakannya karena dampaknya sangat tidak menyenangkan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…