Di sela-sela ramainya ibukota Jakarta kita akan bisa menemukan beberapa orag bersepeda fixie membawa tas besar di punggungnya. Mereka adalah para kurir sepeda yang sedang berpacu dengan waktu mengirimkan barang tepat waktu sampai di tangan penerimanya.
Yups, memang bukan motor atau mobil yang mereka kendarai untuk mengirim barang tersebut. Mungkin keberadaan mereka di wilayah lain di Indonesia masih kurang familiar karena kurir sepeda lebih banyak kita temui di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Nah, biar kita lebih mengenal pekerjaan satu ini, yuk kita simak dulu uraian berikut.
1. Kurir Sepeda di Indonesia
Kurir sepeda adalah pekerjaan yang sebenarnya sudah dikenal dunia lama sekali. Pekerjaan jasa ini sudah ada sejak kemunculan sepeda itu sendiri di wilayah Eropa. Di Amerika, kurir sepeda mulai booming di kota-kota besar yang terkenal dengan padatnya lalu lintas, seperti New York dan San Fransisco.
2. Berawal dari Kecintaan pada Sepeda
WMS didirikan oleh seorang mahasiswa FISIP yang tak merampungkan pendidikannya bernama Hendi Rachmat. Gagasan membuka usaha pengiriman barang ini adalah karena Hendi tak rela jika kecintaannya pada sepeda jenis fixie kian kikis seiring meredupnya tren sepeda ini. Yups, sepeda fixie sempat booming sekitar tahun 2010an, kemudian meredup di tahun 2012.
3. Memulainya dari Modal yang Tak Seberapa
Dengan modal Rp. 15 juta Hendi membangun WMS. Kini kurir yang sudah bergabung dengan WMS berjumlah 16 orang dengan usia antara 18 sampai 20 tahun. Menurut Jeje, salah satu kurir sepeda WMS, mengatakan jika penghasilan awalnya sebagai seorang kurir sepeda mencapai Rp. 3 juta. Ketika itu Jeje masih kuliah dan penghasilan 3 juta adalah nominal yang besar untuk seorang mahasiswa.
4. Usahanya Pernah Tutup dan Bangkit Kembali karena Film
Sebelum seperti sekarang ini, Hendi ternyata pernah merasakan pahitnya gulung tikar. Ketika fixie masih ramai dipakai kalangan muda di Jakarta, usaha sepeda Hendi ikut ramai. Tapi ketika tren hidup bersepeda mulai meredup, usaha Hendi dan beberapa usaha Hendi lainnya ikut meredup dan tutup satu per satu. Hendi sebenarnya tak rela tren bersepeda mati sampai di sini.
5. WMS Kian Maju dan Berkembang
Saat ini WMS melayani jasa pengantaran antara pukul 09.00-19.00 dengan 2 tipe pelayanan, VVIP dan VIP. Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau yaitu antara Rp.50ribu sampai Rp.100ribu per alamat atau paket. Menurut Hendi, selama setahun WMS berdiri, pengantaran tak pernah lewat dari 2 jam dengan uji coba berbagai rute di Jakarta. Alhasil, beberapa perusahaan besar di Jakarta pun jadi pelanggan setia WMS.
6. Berpacu dengan Waktu, Meski Nyawa Taruhannya
Hendi dan kawan-kawan sadar betul, tanggung jawab sebagai kurir tidaklah mudah. Mereka harus berpacu dengan waktu, sehingga barang sampai di tujuan tepat waktu dan pelanggan tidak menunggu terlalu lama. Paket atau barang yang diantar juga harus dijaga kondisinya agar tidak cacat atau rusak. Para kurir juga dilarang menyentuh atau pun membuka paket.
7. Menjadi Sumber Inspirasi Bagi Indonesia
Kehadiran WMS di Jakarta, memunculkan jasa pengiriman dengan kurir sepeda dan komunitas sepeda lainnya di beberapa kota di Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Malang. Untuk mewadahi kegiatan ini dibentuklah asosiasi kurir sepeda atau disingkat Indonesia IMBA pada Januari 2016 lalu.
Di zaman yang butuh mobilisasi super cepat ini, ternyata sepeda masih mampu berperan di dalamnya. Dengan kombinasi ciamik antara kecintaan pada sepeda, budaya hidup sehat, lingkungan bebas polusi, pemanfaatan teknologi, dan peluang bisnis, membuat pekerjaan sebagai kurir sepeda menjadi salah satu solusi yang punya segudang manfaat. Lantas, bagaimana dengan kalian yang mengaku pecinta sepeda? Apa inspirasi dan aksi nyata yang sudah kalian lakukan?