Setiap kepala daerah sampai kepala negara pasti memiliki fasilitas-fasilitas yang diperoleh sejak pertama kali dilantik. Kendaraan dan tempat tinggal merupakan dua jenis fasilitas yang kerap diberikan untuk para pejabat yang mengemban tanggung jawab untuk negara tersebut. Fasilitas tersebut diberikan tentu saja agar sang pemimpin dapat lebih fokus serta lebih mudah untuk bekerja sehari-hari.
Namun tentu saja yang namanya pemberian bebas saja apakah ingin digunakan atau tidak. Seperti halnya sosok Hendrar Prihadi sang wali kota Semarang yang justru memilih untuk tidak menempati fasilitas rumah dinas yang diberikan padanya. Alih-alih tinggal di rumah dinas, beliau lebih menyukai rumahnya yang berada di gang sempit.
Hendrar Prihadi sebelumnya menggantikan walikota yang tersandung kasus korupsi
Nama Hendrar Prihadi atau yang biasa dikenal dengan nama Hendi ini sebenarnya baru dilantik sebagai wali kota Semarang sejak Februari 2016. Namun pria kelahiran Semarang ini sudah mulai menjalankan tugas sebagai orang nomer satu di Kota Semarang sejak 2013 untuk menggantikan Soemarmo Hadi Saputro, wali kota Semarang, yang terkena kasus korupsi. Hendi menggantikan Soemarmo karena sebelumnya dia menjabat sebagai wakil wali kota.
Hendi mendapat penghargaan dari KPK karena tidak berkenan tinggal di rumah dinas
Sosok Hendrar Prihadi mungkin sangat bertolak belakang dengan wali kota Semarang sebelumnya. Pasalnya ketika berkesempatan menduduki kursi wali kota pada 2013 lalu, ayah tiga anak ini langsung menerapkan prinsip pemerintahan yang bersih pada anak buahnya. Hendi dikenal sebagai seorang kepala daerah yang rajin melaporkan penerimaan hadiah sekecil apapun serta hasil kekayaannya pada Inspektorat Pemkot Semarang.
Saat ini Hendrar Prihadi tinggal di gang sempit
Saat menolak menggunakan fasilitas rumah dinas, tentu saja Hendi memilih untuk tinggal di kediamannya sendiri. Pria berusia 45 tahun ini sekarang mendiami sebuah rumah yang terletak di gang sempit di tengah wilayah perkampungan warga di Kota Semarang. Rumah dengan ukuran 600 meter persegi ini ternyata berada dalam gang yang sama seperti kediaman orang tua Hendi di daerah Lempongsari, Semarang.
Rumah tersebut mengingatkan Hendi akan masa lalunya menjadi sales
Rumah sederhana itu ternyata dibangun sendiri oleh Hendrar Prihadi di tahun 2000 dari 0, sehingga tak heran bila bangunan itu memiliki nilai sejarah yang tak bisa dilupakan. Hendi bercerita bahwa konsep bangunannya sendiri mengadopsi budaya Jawa yang minimalis dikarenakan dana pembangunannya dulu juga minimalis.
Sederhana, itulah mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Hendrar Prihadi ini. Sejak awal tugasnya sebagai PLT wali kota, dia mampu memberi contoh yang baik untuk anak buahnya dengan menerapkan prinsip transparan dan sederhana. Hendrar juga berani menolak fasilitas rumah dinas mewah demi dapat tinggal di lingkungan yang telah membesarkannya serta untuk menjaga anggaran belanja daerah yang dipimpinnya tidak membengkak. TOP buat Mas Hendi!