Indonesia adalah negara plural yang sangat kompleks bagian dalamnya. Ada banyak suku, bahasa, ras, agama dan kepercayaan sampai dengan golongan menjadi satu dan bertempat tinggal di Tanah Air ini.
Memang bukan kali pertama saja, namun beberapa tahun belakangan ini, Indonesia semakin sering kali digoyang oleh berbagai macam isu yang jika meledak bakal dapat memecah belah kebhinnekaan dan seluruh elemen di negara ini. Berikut ini hal-hal yang sangat fundamental yang mana jika dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu dapat memecah belah bangsa sekaligus menghancurkan kerukunan di Indonesia.
1. Politik
Tidak dapat dipungkiri dan bukan hanya di Indonesia saja, faktor politik dapat memecah belah kesatuan suatu bangsa. Salah satu contoh setiap kali diadakannya suatu pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di jabatan tertentu atau juga saat pemilihan presiden, selalu saja ada kubu satu dan kubu lainnya saling berseteru. Makin ke sini, kubu-kubu tersebut membentuk barisan fans dan haters yang jelas akan membela ‘idola’ mereka masing-masing, dan adaaa saja celah untuk mencela kubu yang lain. Bingar perselisihan antar suporter ini makin riuh di jaman social media.
Tak hanya dari pendukungnya, bahkan kini, para elit politik saling menyerang untuk menguatkan posisi dan golongannya secara terbuka. Tentu saja, bagi orang-orang yang awam akan politik sekaligus pendukung elit politik atau partai tertentu, akan menjadi makanan empuk untuk ‘dikorbankan’ oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan.
Politik memang keruh dan kotor, tapi bukan berarti kita tutup telinga. Lebih baik belajar memahami berbagai situasi politik meski tidak ikut menceburkan kaki ke sana, daripada dipermainkan suasana.
2. Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu unsur paling penting dan sangat sensitif bagi banyak pihak sekaligus dapat dijadikan sebagai alat untuk memecah belah kerukunan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Indonesia memang negara kaya, namun kemakmurannya tidak merata sehingga mudah timpang dan iri dengki. Seperti rumah tangga, kekayaan negara bagai gono-gini yang dipertanyakan oleh masyarakat.
Kebijakan perekonomian yang kerap naik dan susah turun bak kenyataan mencekik bagi rakyat menengah ke bawah (lepas dari faktor gaya hidup yang kadang tak sesuai dengan keadaan). Ujung-ujungnya, banyak yang kecewa dengan pemerintah dan merasa di-PHP dari janji-janji kampanye yang konon akan mensejahterakan mereka.
Di era 60-an atau juga saat krisis moneter menerjang Indonesia beberapa tahun lalu, banyak unjuk rasa karena perekonomian bangsa terpuruk dan berimbas kepada segala lini. Secara kasat mata memang hal ini dilakukan oleh masyarakat, tapi beberapa di antaranya juga disusupi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga mengakibatkan kerusuhan.
3. Rasial
Bukan kali ini saja kasus dan isu rasial menjadikan perpecahan di Bumi Pertiwi. Banyak kejadian yang berujung pada pengerahan massa sampai dengan pembunuhan terjadi karena isu-isu rasial, seperti yang pernah terjadi di Sampit, di Tanjungbalai sampai dengan yang baru-baru ini di Jakarta.
Hal-hal menyangkut rasial sangatlah mudah untuk dijadikan alat oleh pihak yang berkepentingan dengan memutar balikkan ucapan atau fakta dan memunculkan informasi baru. Tidak jarang, masyarakat akan langsung terhasut karena isu yang disebarkan tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu.
Yang perlu kita sadari bahwa Indonesia terbentuk dari rangkaian kebhinnekaan. Para nenek moyang telah memperjuangkan persatuan dan kata orang bijak, ‘tanah ini diijinkan untuk diinjak oleh perbedaan’. Maka janganlah menonjolkan perbedaan dan jangan membesar-besarkan keruh keadaan. Karena sebenarnya damai dalam keberagaman itu lebih indah.
4. Agama
Faktor satu ini dapat dikatakan yang paling penting dan sangat mudah digunakan sebagai sarana untuk menggoyang kebhinnekaan karena Indonesia adalah negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia dan jika ada yang dianggap melecehkan atau menistakan, maka serentak akan muncul pergerakan massa. Tidak jarang pula pergerakan massa tersebut berakhir anarkis karena ada pihak-pihak tertentu memprovokasi dan membuat isu berlatar belakang agama semakin meruncing dan memanas.
Namun, permasalahan sesungguhnya bukan pada agama mana yang paling dominan atau paling minoritas, atau agama mana yang superior dan umat mana yang jadi korban. Saat belajar PPKn, kita dikenalkan pada sikap toleransi. Namun tanpa ilmu yang cukup, toleransi itu bisa jadi dangkal nilainya. Pun tak mendalami agama sendiri dengan baik juga membuat kita mudah goyah dan terpengaruh keadaan. Memperbaiki ilmu agama bisa membentengi kita dari doktrin-doktrin melenceng dan menyesatkan, tapi sekaligus menegakkan apa yang memang selama ini keliru kita pahami. Dan lebih baik diam bila memang tidak tahu, karena lebih dari itu hanya akan menyalakan sumbu perselisihan antar umat.
Jaman makin modern dan canggih, negara dan taraf hidupnya makin berkembang, maka sadarilah bila tantangannya semakin kuat di depan. Ibu pertiwi berkali-kali ditampar dengan isu perpecahan akhir-akhir ini. Mungkin ini bukan waktunya adu pintar, tapi lebih banyak meluaskan wawasan agar benar-benar paham masalah dan solusi yang benar.