in

Dijadikan Tas Hingga Bungkus Gorengan, Inilah 4 Fakta Tidak Berharganya Uang di Venezuela

Selama ini kita mengenal Zimbabwe dengan harga uang yang luar biasa murahnya. Bayangkan saja, bahkan banyak orang yang menjual gepokan uang di pasar-pasar dengan barang. Mau bagaimana lagi, pasalnya lantaran anjloknya mata uang di sana, satu juta duit Zimbabwe pun tak cukup buat beli roti.

Ternyata Zimbabwe tidak sendiri, salah satu negara di benua Afrika juga mengalaminya. Bayangkan saja, saking tidak berharga bahkan uang di sana malah dijadikan bungkus gorengan. Lalu seberapa parah keadaan di sana? Simak ulasan berikut.

Tak ada harganya, uang Venezuela lebih mahal kalau dijadikan kerajinan

Umumnya, saat pergi ke tempat pariwisata pastinya ada sebuah oleh-oleh menarik dari daerah tersebut. Namun ada pemandangan berbeda di Venezuela masalah cendera mata khasnya. Alih-alih batu atau baju motif khusus, ternyata di sana terkenal banyak yang menjual kerajinan dari uang. Mulai dari tas, dompet hingga barang lainnya ternyata memang dibuat menggunakan alat pembayaran.

Uang dijadikan tas

Usut punya usut, lantaran adanya krisis ekonomi parah dan hutang negara luar biasa. Bayangkan saja, inflasi di sana bisa mencapai  13 ribu persen. Dengan modal  seratus ribu Bolivar ( mata uang Venezuela) yang dibentuk jadi tas, para penjual bisa mendapatkan tiga ratus ribu Bolivar.  Hal itu lebih baik ketimbang hanya membelanjakan uang seratus ribu Bolivar tadi yang bahkan tidak bisa membeli daging.

Sangat tidak berguna, uang lembaran dibuat bungkus gorengan

Seperti yang diketahui, uang Venezuela memang dianggap sangat tidak berharga. Serupa dengan kejadian uang yang dijadikan kerajinan, beberapa tahun sebelumnya netizen juga memposting foto yang tak kalah heboh. Bayangkan saja, saking tidak berharganya uang lembaran di sana, bahkan ada yang sampai menggunakannya sebagai bungkus gorengan.

uang dijadikan bungkus gorengan [image source]
Tentu hal ini sempat bikin melongo, mengingat beberapa negara di dunia ini bahkan akan mempidanakan mereka yang menyalahgunakan alat pembayaran resmi. Mau bagaimana lagi, uang lembaran di sana bahkan tidak akan cukup untuk membeli permen.

Ogah dibayar uang, orang Venezuela lebih suka dibayar makanan

Masalah ekonomi Venezuela makin bertambah ketika inflasi yang makin meningkat tiap tahunnya. Alhasil banyak pekerja di sana yang tak rela jika harus digaji dengan uang.  Ya, beberapa opsi akhirnya dipilih sebagai pengganti uang, mulai dari makanan, pulsa hingga hal-hal nyeleneh lainnya.

Lebih suka dibayar makanan [image source]
Dilansir dari Liputan6, salah seorang tukang ledeng Venezuela mengaku lebih suka jika harus dibayar makanan. Ya, ketimbang menggunakan duit yang mungkin tidak cukup sehari-hari, mending makanan karena meskipun sedikit paling tidak keluarganya bisa makan.

Bingung mengatasi krisis berkepanjangan, pemerintah pakai mata uang digital

Lantaran sangat tidak berharganya uang di Venezuela, tentu hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi pemerintah. Akhirnya berbagai cara pun dipikirkan untuk menghadapi krisis berkepanjangan. Salah satunya adalah menggunakan mata uang digital pengganti Bolivar yang memang kini sangat anjlok. Mata uang bernama Petro ini diharap akan membantu Venezuela dalam mengolah sumber daya yang ada di sana.

Venezuela Uang digital [image source]
Ya, sejatinya negara ini bukanlah salah satu yang paling miskin di dunia. Pasalnya ada sangat banyak sumber daya yang ada di sana, mulai dari tambang, minyak dan lain-lain. Namun jatuhnya Bolivar pada dollar serta hutang menumpuk membuatnya jadi seperti sekarang.

Tentu yang terjadi di Venezuela ini menjadi sebuah wanti-wanti bagi tiap negara. Apalagi mengingat keadaan di sana saat ini lebih para dibanding krismon Indonesia tahun 98. Adanya hutang yang terlalu parah serta inflansi berlebih bisa membuat rakyat menderita.

Written by Arief

Seng penting yakin.....

Leave a Reply

5 Episode Running Man Paling Bikin Ngakak yang Bakal Buat Dirimu Betah Nongkrong Seharian

5 Bukti Kehebatan Sepak Bola Tiongkok yang Siap Menjadikannya Terbaik di Asia dan Samai Eropa