Miris sebenarnya kalau membicarakan tayangan dalam negeri khususnya sinetron. Alasannya sudah jelas karena secara kualitas baik cerita, akting, animasi dan lain sebagainya masih di bawah standar. Belum lagi, banyak hal-hal buruk yang dimuat, misalnya cinta-cintaan ala bocah yang diduga benar-benar memberikan pengaruh buruk bagi anak-anak. Gara-gara ini banyak orang yang pada akhirnya mulai malas lagi memandang televisi di jam-jam prime time.
Jujur saja sinetron lokal seperti hiburan murahan yang dibuat ala kadarnya. Tidak benar-benar memberikan manfaat, baik dari sisi entertaining lebih-lebih pesan moral. Para kreator sinetron di Indonesia sepertinya harus lebih banyak belajar lagi terutama kepada para sineas luar yang lebih oke misalnya Amerika Serikat. Jika dibandingkan dengan TV series di AS, sinetron kita kalah sangat telak dari sisi mana pun.
Berikut adalah alasan-alasan kenapa TV series di negeri Paman Sam itu jauh lebih greget dari sinetron Indonesia.
1. Totalitas Gila-Gilaan Bikin Gambar Jadi Keren
Kerennya sineas AS itu adalah kegregetan mereka yang sangar. Sama sekali tidak setengah-setengah dalam melakukan sesuatu meskipun hanya bikin serial televisi saja. Kita ambil contoh misalnya The Flash Series, di serial ini kita bisa melihat bagaimana sebuah tayangan TV dibikin seperti film. Ada efek level dewa di sana plus ledakan-ledakan yang memang dibuat secara asli.
Tak hanya itu, dari sisi pendukungnya juga sangar. Entah make up atau pun set-set latarnya. Benar-benar sangat edan. Kalau dibandingkan dengan sinetron Indonesia, waduh, terlalu jauh. Tayangan series lokal kita tak pernah ada yang greget dalam hal apa pun. Semuanya seperti setengah-setengah. Entah, mungkin estetika hanya akan membuat produser kehilangan lebih banyak uang.
2. Aktor dan Aktrisnya Greget dan Punya Pengalaman Segudang
Tidak ada yang namanya amatir di industri perfilman televisi Amerika. Semua posisi diisi oleh orang-orang bertalenta dan punya pengalaman. Lebih-lebih aktor dan aktris yang bermain di dalamnya. Setiap aktor dan aktris sudah pasti pernah bermain di serial-serial lain sebelumnya. Hampir jarang ada pemain anyar yang dipilih, apalagi sebagai peran utama untuk series terkenal.
Kita ambil contoh misalnya Tom Cavanagh yang bermain sebagai Dr Wells di serial The Flash. Meskipun perannya tidak sebanyak si tokoh utama, tapi pria ini punya pengalaman yang luar biasa banyak. Bahkan ia juga bolak-balik bermain layar lebar. Di Indonesia, sama sekali tidak memperhatikan parameter pengalaman atau jam terbang. Asal wajahnya ganteng dan cantik atau keturunan indo, pasti akan lulus casting dan bisa langsung bermain. Hasilnya? Ya, silakan deskripsikan sendiri.
3. Cerita dan Tema Sangat Oke, Kreatif, dan, Boombastis
Tak hanya pemainnya yang oke punya atau totalitas dalam pengemasan, series ala Amerika juga selalu punya tema-tema yang sangar. Sebut saja Walking Dead yang temanya apocalypse, atau mungkin tema-tema hero seperti The Flash, Arrow, atau Supergirl. Bahkan ada juga tema-tema unik seperti yang ditampilkan dalam Game of Throne.
Dilihat dari ceritanya, series Amerika juga sangat greget. Tidak seperti sinetron Indonesia yang kesannya dipaksakan agar panjang, di sana cerita dikemas apik, pas dan sedap. Tidak terlalu panjang sehingga bisa tak bikin bosan. Di bagian detail cerita, para penulis naskahnya selalu bisa membawakan ketegangan ala film-film box office.
4. Jam Tayang serta Jumlah Episode yang Pas
Tidak seperti sinetron Indonesia, series Amerika tidak memiliki durasi yang panjang serta episode yang jumlahnya banyak. Setiap kali diputar, durasi series Amerika mungkin hanya satu jam, itu pun mereka tayang satu minggu sekali. Jumlah episodenya sendiri sekitar belasan sampai dua puluhan saja.
Di Indonesia sama sekali lain. Sinetron di putar tiap hari dengan durasi yang tak karuan, bahkan pernah ada sinetron yang sampai 2 jam lebih. Ibarat makanan, series Amerika itu seperti sepiring nasi padang yang lengkap dan pas porsinya, sedangkan sinetron Indonesia seperti nasi padang yang nasinya sebakul dengan lauk yang sedikit dan kita disuruh menghabiskannya sekaligus.
5. Ditutup Dengan Nilai Moral yang Sangat Jelas
Tak melulu fokus terhadap cerita, gambar atau aktor, hal yang tak kalah penting seperti pesan moral juga tak pernah lupa disematkan para sineas Amerika ini. Setiap serial TV pasti disisipi dengan hal-hal baik. Misalnya dalam Flash series ketika Barry Allen mendapatkan kekuatan baru, ia tidak serta merta sok jadi pahlawan. Ia melewati banyak hal hingga akhirnya membuatnya jadi superhero.
Sinetron Indonesia sih juga ada sih pesan-pesan moral yang disampaikan, namun porsinya sangat sedikit sekali. Itu pun juga seperti nilai yang dipaksakan. Misalnya adegan bullying di mana si pemain utama disiksa secara verbal tapi ia sangat sabar dan bisa mengikhlaskan semua. Bahkan di-lebay-lebay-kan dengan membalas perilaku jahat dengan kebaikan. Memang masuk pesan moralnya, tapi hal yang seperti ini jauh dari penerapan secara nyatanya.
Sinetron Indonesia harus mulai banyak berbenah. Ya, meskipun tidak langsung menyamai kualitas series luar, perbaikilah apa-apa yang bisa. Entah cerita, durasi, dan lain-lainnya. Jika saja para sineas sinetron mau melakukan ini, maka masyarakat pasti akan menggandrungi televisi. Ingat Si Doel? Ya, ini adalah bukti kalau sinetron juga bisa sangat bagus.