Sewaktu pesawat Lion Air JT 610 mengalami musibah di perairan Karawang, Jawa Barat beberapa waktu silam, ada banyak satuan personel yang diterjunkan untuk mencari keberadaannya. Salah satunya adalah Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas).
Bersama aparat berwenang lainnya, mereka akan bergerak dalam misi kemanusiaan dan penyelamatan. Tak hanya diturunkan pada kasus kecelakaan Pesawat Lion Air JT 610, mereka juga terjun langsung menangani korban bencana, seperti gempa dan Tsunami di Palu beberapa waktu silam. Begitu besarnya tanggung jawab yang diemban, tugas berat Basarnas di bawa ini juga membuktikan bahwa mereka adalah sosok pekerja keras.
Bertanggung jawab langsung kepada Presiden
Sebagai lembaga pemerintah non kementrian, kedudukan Basarnas berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Dilansir dari basarnas.go.id, tugas mereka berfokus untuk membantu Kepala Negara dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan. Tentu saja, rantai komando yang setiap pekerjaannya dipertanggungjawabkan langsung kepada Presiden, menjadi beban tersendiri yang harus dirasakan semua anggota Basarnas.
Pengamatan publik yang gencar terhadap tugas mereka
Tak salah jika tiap personel Basarnas dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin. Dilansir dari merdeka.com, banyak pihak yang mengapresiasi kinerja lembaga ini saat terjadi peristiwa kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 pada 2014 silam. Saat itu, Basarnas dielu-elukan oleh media asing seperti majalah penerbangan FlightGlobal dan Wall Street Journal (WSJ) atas kesigapannya menemukan sejumlah korban. Tentu saja, pujian semacam ini merupakan ujian sekaligus bukti, bahwa publik juga mengawasi kinerja yang dilakukan oleh Basarnas.
Psikologis personel yang harus tangguh saat berada di medan tugas
Saat berada di lapangan, tekanan secara psikologis sudah pasti dirasakan oleh tiap-tiap anggota Basarnas. Terutama saat sedang mengevakuasi korban yang telah meninggal. Dilansir dari regional.kompas.com, banyak dari personel Basarnas yang terkadang merasa kaget, terharu sekaligus sedih saat mengerjakan hal tersebut. Terlebih jika kondisi mayat yang mereka temukan dalam keadaan rusak atau tidak utuh. Alhasil, hanya mereka yang bermental baja saja yang bisa menjalankan tugas mulia nan berat tersebut.
Kendala dan permasalahan yang kerap terjadi di lapangan
Saat bertugas di lapangan, ada beragam kendala yang biasa dialami oleh para anggota Basarnas. Seperti yang diberitakan oleh nasional.kompas.com, proses evakuasi korban Lion Air JT 610 sejatinya berjalan sangat lancar. Namun sayang, badan pesawat utama belum berhasil diketemukan menjadi kendala tersendiri. Proses pencarian pun terus dilakukan secara intensif oleh anggota Basarnas. Tentu saja, hal ini adalah salah satu tugas berat yang harus diselesaikan oleh mereka.
Perlengkapan yang memadai menjadi tanggung jawab besar tiap personel Basarnas
Saat menjalankan misi evakuasi dan pencarian, para anggota Basarnas dilengkapi sejumlah peralatan khusus yang menunjang tugas mereka di lapangan. Dilansir dari basarnas.go.id, armada seperti Rescue Ship, Rescue Boat, Hovercraft, Rigid Inflatable Boat (RIB), Rubber Boat, dan Rafting Boat, merupakan salah satu penunjang saat bertugas di perairan. Tentu saja, hal ini menjadi tanggung jawab yang besar bagi tiap-tiap personel Basarnas agar menjalankan setiap tugasnya dengan lebih baik.
Memang tak mudah untuk menjadi bagian sebagai personel Basarnas. Selain dituntut untuk senantiasa siaga selama 24 jam, terkadang mereka juga harus menghadapi pilihan yang sulit saat bertugas. Tak salah, bila Basarnas hanya diisi orang-orang terpilih yang rela berkorban dan memiliki kemampuan penyelamatan serta rasa kemanusiaan yang tinggi.