Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, keberadaan tuak atau arak tentu sangat meresahkan masyarakat. Meski demikian, kita juga tidak bisa memungkiri bahwa minuman tradisional beralkohol itu adalah salah satu warisan budaya yang sudah ada sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu.
Terlepas dari boleh atau tidaknya mengonsumsi tuak dari segi agama atau sosial, minuman ini tetap menarik banyak orang untuk mencobanya. Ada yang menenggak tuak karena penasaran, karena memang suka dengan alkohol, atau ikut-ikut karena merupakan tradisi di daerahnya. Anyway, inilah arak asli buatan Indonesia yang masih eksis sampai sekarang itu.
Arak Bali
Keberadaan arak Bali sudah menjadi legenda di kalangan para traveler dari dalam maupun luar negeri. Minuman beralkohol yang dibuat dari nira ini diproses dengan sangat sederhana hingga secara kualitas masih sangat terjamin. Keadaan ini membuat arak di kawasan Bali terutama Karangasem selalu diminati oleh banyak orang. Bahkan ada yang sengaja memborongnya untuk dikonsumsi sendiri atau dijual kembali.
Rata-rata arak di kawasan Bali dijual berdasarkan kandungan alkohol di dalamnya. Paling tinggi kadar alkohol yang mampu dihasilkan berkisar 35-40%. Selanjutnya ada arak dengan kadar alkohol 30% dan 25% yang menduduki kelas 2 dan 3. Di zaman modern seperti sekarang, arak Bali sudah banyak dikemas dalam kemasan botol agar praktis dibawa ke mana saja.
Tuak Tuban
Tuban adalah salah satu Kota Wali di mana Sunan Bonang dimakamkan di sini setelah wafat. Selain dikenal sebagai tempat penyebaran Islam di kawasan Jawa Timur ternyata Tuban juga dikenal sebagai Kota Tuak. Di kota ini, semua orang akan dengan mudah mendapatkan tuak yang memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi.
Di sepanjang jalan, pedagang biasanya mewadahi tuak di dalam botol plastik. Cairan yang dihasilkan dari fermentasi nira siwalan ini dijual bebas tanpa harus izin terlebih dahulu. Semua orang sudah bisa memaklumi kalau tuak adalah minuman khas yang bahkan menurut cerita sudah ada sejak zaman kerajaan Nusantara di masa lalu. Membuang tuak di Tuban mungkin akan memangkas mata pencaharian dan juga identitas daerah.
Tuak Batak
Dari Bali dan Jawa sekarang saat ke kawasan Sumatra. Di kawasan Sumatra Utara khususnya Batak Toba, masih banyak ditemukan kedai tuak atau lapo tuak. Kedai ini menjual minuman yang berasal dari fermentasi nira aren yang dikenal memiliki kadar alkohol yang sangat tinggi. Biasanya para pria di kawasan ini akan berkumpul di kedai tuak setiap malam lalu minum hingga mabuk atau batas kemampuannya.
Masih maraknya tuak dijual dan dihasilkan di kawasan Toba karena banyak orang menganggap tuak bisa menjadi obat penenang dan anti stres. Selain itu ada yang menganggap tuak baik untuk kesehatan secara menyeluruh. Oh ya, tuak di sini juga dianggap sebagai bagian dari ritus kedewasaan dan juga sarana sosialisasi antara penduduk.
Tuak Dayak
Berbeda dengan tiga daerah yang telah dibahas sebelumnya. Tuak yang dihasilkan oleh suku Dayak berasal dari fermentasi ketan atau beras. Selain itu, beberapa komponen seperti rempah juga kerap ditambahkan untuk memperkuat rasa dan juga memberikan manfaat untuk tubuh ketika nanti dikonsumsi.
Seperti halnya di kawasan Sumatra Utara, tuak yang ada di kawasan ini digunakan sebagai komponen upacara. Biasanya para pria akan meminum tuak secara bersama hingga mabuk berjemaah. Tuak bukan hanya sekadar minuman yang bisa membuat pengonsumsinya mabuk saja tapi juga simbol kekerabatan antar personal di dalam sebuah suku.
Demikianlah bahasan singkat tentang tuak dan arak asli buatan Indonesia yang masih diminati banyak orang. Oh ya, minuman ini beralkohol, jangan sesekali meminumnya jika tidak sesuai dengan keyakinan Anda.