Dari banyaknya bencana yang pernah terjadi di Indonesia, tragedi Sinila bisa dikatakan sebagai yang paling menakutkan. Jangankan mengalami, mendengar ceritanya saja mungkin akan membuat bulu kudukmu berdiri. Bagaimana tidak, ketika bencana yang lain bisa diusahakan untuk dihindari meskipun mungkin pada akhirnya gagal, tragedi satu ini seolah tak memberi kesempatan bagi para korbannya untuk hidup.
Secara umum tragedi Sinila terjadi karena gas beracun, bukan tsunami atau yang lainnya. Meskipun mungkin penyebab terjadinya remeh, tapi rasa sakitnya tak tertahan. Menurut para saksi mata, kejadian ini sungguh mimpi buruk. Tubuh bisa leluasa berlari, tangan pun masih mampu berayun, tapi leher serasa dijerat dengan kawat. Rasanya tercekat dan membuat kerongkongan terasa terbakar. Sangat menakutkan kalau membayangkan masa itu, menurut mereka.
Anehnya, kejadian yang sudah mirip simulasi kiamat ini nyatanya tak diketahui banyak orang. Padahal apa yang terjadi mungkin lebih heboh dari semua bencana yang pernah ada di Indonesia. Nah, makanya ulasan kali ini akan membahas lebih dalam tentang hal tersebut. Lalu, seperti apa kejadian mencekam itu? Ketahui lewat ulasan berikut.
Awal Mula Sinila
Sinila adalah nama dari salah satu kawah yang berada di pegunungan Dieng. Tepatnya di daerah Batur, Banjarnegara. Di sekitar Sinila ada beberapa desa yang tinggal dengan damai dan sejahtera, berapa di antaranya adalah Desa Batur, Sumberejo, dan Pekasiran. Mungkin daerah mereka berada sangat nyaman, tapi menurut riwayat beberapa kali sering terjadi fenomena alam yang bikin tak bisa tidur.
Fenomena ini macam-macam, mulai dari erupsi, gempa-gempa dengan guncangan kuat, sampai kawah-kawah yang mengalirkan gas-gas berbahaya. Dari banyaknya kejadian ini, tak satu pun yang benar-benar berbahaya bagi warga desa-desa tersebut. Kecuali untuk yang nomor tiga. Ya, kawah-kawah beracun itu yang pada akhirnya membuat banyak warga kehilangan nyawa.
Suasana Mencekam di 20 Februari 1979
20 Februari 1979, para penduduk desa di kaki Dieng ini takkan pernah mengira jika di tanggal itu akan ada kejadian paling miris dalam sejarah mereka. Tiba-tiba saja terjadi guncangan besar yang seolah menjadi sakelar bagi rentetan kejadian menakutkan lainnya. Dan benar saja, satu persatu kawah di sana mulai bereaksi. Ada yang memuntahkan lahar-laharnya, ada pula yang mulai menghembuskan gas-gas berbahaya.
Tahu kalau akan ada hal menakutkan terjadi, warga di desa-desa tadi langsung berhamburan untuk menyelamatkan dirinya. Suasana saat itu sangat mencekam tapi juga membingungkan. Pasalnya, warga tidak tahu harus lari ke mana. Mereka seolah dicegat oleh monster-monster di berbagai sisi. Entah dapat ilham dari mana, para penduduk pun memutuskan lari ke daerah bernama Kepucukan yang justru mendekatkan mereka kepada maut.
Mayat-Mayat Bergelimpangan di Jalan Seperti Film Horor
Sambil membawa serta keluarga dan hewan-hewan ternak, para warga kaki gunung Dieng lari secepat mungkin ke daerah Kepucukan. Namun, fatal, wilayah ini justru yang paling pekat hembusan gas beracunnya. Sehingga alih-alih bisa selamat, warga pun satu persatu menerima kematiannya.
Semburan CO2 dan H2S yang melimpah, membuat warga tak bisa berbuat banyak. Seketika saat dihirup, gas-gas ini seolah mencekik lalu membunuh mereka dari dalam. Hanya selang beberapa waktu saja, mereka yang terkena ini pun langsung meninggal seketika. Jumlah korban dalam tragedi ini sendiri sekitar 155 orang. Sebagian besar tergeletak di jalan-jalan menuju Kepucukan. Kalau kamu menyaksikan kejadian ini dengan mata kepala sendiri, maka jangan harap bisa tidur dengan nyenyak.
Kondisi Mayat-Mayat yang Mengenaskan
Ada yang cukup aneh kalau melihat kondisi jenazah para warga ini. Seharusnya, menghirup CO2 dan H2S hanya akan membuat lemas dan tewas. Tapi, pada kenyataannya yang semacam ini tidak ditemui. Mayat-mayat yang ada malah menunjukkan kondisi yang sangat menyeramkan.
Ya, banyak jenazah yang mengalami pendarahan hebat. Bukan dari luka atau semacamnya, tapi keluar melalui lubang-lubang di tubuh mereka. Hidung, mulut, telinga, semuanya mengalirkan darah. Entah kenapa bisa begini, namun diduga hal tersebut terjadi karena reaksi gas-gas berbahaya yang dihirup.
Penjarahan Makin Bikin Warga Berduka
Dalam kejadian ini memang 155 orang yang tewas, namun untungnya jumlah ini hanyalah sebagian kecil dari total keseluruhan warga. Sisa sekitar 15 ribu orang berhasil menyelamatkan dirinya. Meskipun demikian, mereka tidak benar-benar beruntung pula. Banyak di antaranya yang mengalami pengalaman nyaris mati.
Tak hanya itu saja, para warga selamat ini juga mengalami sejumlah kerugian besar lainnya. Ya, siapa yang menyangka di tengah-tengah duka semacam ini, ada orang-orang yang tega melakukan penjarahan di rumah-rumah warga. Memang, saat kejadian orang-orang sudah ribut menyelamatkan diri tanpa memikirkan lagi harta-harta yang ditinggal di rumah. Sungguh, benar-benar sikap antipati yang sangat disayangkan.
Kira-kira seperti itulah gambaran mencekam dari tragedi Sinila. Beberapa orang yang dulu jadi saksi mata, masih begitu ingat betapa kejadian ini sangat-sangat menakutkan. Meskipun begitu heboh di tahun 1979, namun kejadian ini sudah banyak dilupakan.