Indonesia penuh dengan berbagai tradisi warisan nenek moyang yang masih terus dilakukan hingga sekarang. Salah satunya adalah nyekar atau berziarah ke makam keluarga dan leluhur yang sudah mendahului kita. Selain pada hari kamis, Nyekar ini biasa dilakukan sesaat sebelum bulan Ramadan tiba hingga hari-hari awal berpuasa.
Nyekar ini dilakukan dalam rangka berkunjung untuk mengobati rasa rindu dan juga momen untuk membersihkan makam. Serta esensinya adalah sebagai permulaan baik ramadan dengan mendoakan mereka yang sudah tiada, dan saat lebaran jadi momen silaturahmi yang tak hanya dilakukan kepada sanak saudara yang masih hidup. Setiap orang di berbagai daerah melaksanakan tradisi ini, hanya mungkin berbeda namanya.
Nyekar dalam tradisi orang Jawa
Nyekar berasal dari kata ‘sekar’ yang artinya bunga. Kata nyekar ini secara istilahnya adalah menaburkan bunga saat berkunjung ke makam seseorang. Nyekar sendiri sudah ada sejak lama, sebenarnya tidak harus sebelum Ramadan. Berkunjung ke makam bisa kapan saja, sebagai salah satu cara untuk mengingat akan kematian.
Namun, mengapa nyekar lebih sering dilakukan saat menjelang Ramadan, hal tersebut karena orang jawa di masa lampau percaya bahwa akhir bulan sya’ban, arwah orang-orang yang sudah meninggal akan kembali ke dunia untuk menjenguk keluarga, oleh sebab itu bulan Sya’ban dinamai ruwah dalam horoscope jawa, yang berarti arwah yaitu bentuk jamak dari ruh. Bulan itu dianggap bulan yang baik untuk ziarah sebelum bulan ramadan.
Nyekar merupakan bentuk mengobati rindu kepada mereka yang telah meninggalkan kita
Kematian adalah bentuk perpisahan yang paling menyakitkan, di mana kita tak lagi bisa melihat orang yang kita sayangi selamanya. Makanya, saat sudah meninggal, satu-satunya cara mengobati rindu adalah dengan berkunjung ke makam sambil memberikan doa untuk mereka.
Dalam hal ini, Nyekar adalah bentuk untuk mengobati rindu meski hanya melihat pusara mereka saja. Sambil tidak lupa kalau di Indonesia, tabur bunga juga pasti membersihkan dan menyiram makam yang dikunjungi. Maka tak heran deh kalau menjelang Ramadan, TPU akan ramai orang dan bersih setelahnya.
Hukum berziarah ke makam orang yang sudah meninggal
Nah, kegiatan nyekar atau berziarah ini adalah sunnah Rasul. Memang pada awalnya, ziarah kubur dilarang karena takut orang yang berziarah bisa jatuh ke dalam kemusyrikan, namun larangan ini kemudian dihapus dan jatuh menjadi sunnah. Sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, “Dahulu aku melarang kalian ziarah kubur, namun (Allah) telah memberi izin kepada Muhammad untuk melakukannya sehingga dapat menziarahi makam ibunya. Berziarah kuburlah kalian karena akan menjadikan kalian mengingat akhirat.” (HR. Muslim).
Setiap doa yang diberikan kepada ahli kubur maka ia bisa menjadi bekal dan rezeki untuk mereka. Ya, doa anak dan keturunan yang saleh akan sampai kepada mereka yang sudah ada di alam kubur. Lagi pula menurut bercandaan salah satu Ustad terkenal di Jawa Timur, Anwar Zahid, doa ziarah kubur tidak pernah gagal terkirim, karena selama ini belum pernah ada laporannya.
BACA JUGA: Ziarah ke Makam, Keluarga 4 Artis Ini Tak Bisa Lagi Sambut Bulan Ramadan dengan Lengkap
Jadi, tradisi nyekar ini bukan hanya sekadar melepas rindu, membersihkan makan dan tabur bunga saja ya. Ada filosofi lain yaitu memberikan doa kepada mereka yang sudah meninggal. Tapi, yang tak kalah penting adalah doa bisa diberikan meski kamu tidak mengunjungi makam yang bersangkutan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang. Tapi kembali lagi, hal yang paling penting dari Nyekar adalah doa.