in

Lamaran dari Usia 15 Tahun Hingga Menikah dengan Mantra, Begini Tradisi Pernikahan Suku Biak

Orang-orang Biak [sumber gambar]

Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia memang kaya akan budaya. Dalam pernikahan saja, beda daerah sudah beda pula tradisi yang berlaku. Nah, tanpa panjang lebar lagi, kali ini Boombastis.com akan membahas satu suku yang berada di paling ujung timur Indonesia, yaitu Suku Biak di Papua. Suku yang memiliki berbagai adat dan budaya yang masih kental ini juga punya cara unik menikahkan putra dan putri mereka. Satu di antaranya adalah sudah ada kesepakatan perjodohan di awal. Jadi, tak khawatir lagi akan lama menjomblo, karena jodoh sudah bisa dirediksi dari jauh-jauh hari. Selain itu, masih ada lagi beberapa yang akan kita bahas. Cekidot!

Di dalam adat Suku Biak, lamaran dilakukan sejak anak usia 15 tahun. Melansir laman resmi Budaya Indonesia, Suku Biak sudah mulai mencarikan calon pasangan untuk anak mereka kelak sedari kecil. Perjodohan dilakukan oleh orangtua saat anak masih kecil. Nah, tradisi ini dinamakan dengan ‘sanepen’. Adapun proses pelaksanaannya dilakukan antara para orang tua dari masing-masing anak yang akan menikah nantinya. Sedangkan tradisi lain dinamakan fakfuken, yaitu pengenalan dan lamaran yang dilakukan saat kedua calon mempelai (pria dan wanita) berumur 15 tahun.

Suku Biak yang masih kecil [sumber gambar]
Kedua pihak akan saling membawakan kaken Saat tradisi fakfuken berlangsung, dari pihak lelaki akan membawa sebuah ‘kaken’, yaitu benda berupa kalung ataupun gelang dari manik-manik. Mengenai jumlahnya, tak ada aturan pasti berapa yang harus dibawa, tetapi biasanya pihak lelaki menyesuaikan dengan kemampuan mereka untuk membawanya. Begitu lamaran diterima oleh sang perempuan, mereka juga punya kewajiban untuk membawa kaken kepada pihak lelaki. Ya, istilahnya saling membalas dan memberi satu sama lain, lah ya.

Manik-manik suku Biak [sumber gambar]
Penentuan mas kawin dan tanggal pernikahan Nah, sama seperti pernikahan pada umumnya, mereka juga akan menentukan tanggal pernikahan dan jumlah mahar yang harus diberikan kepada perempuan. Konon, zaman dahulu, laki-laki yang datang dari keluarga mampu bisa saja membawakan mahar berupa sebuah perahu lo. Sedangkan mereka yang datang dari kalangan orang biasa hanya membawakan gelang yang dibuat dari kulit kerang, biasanya disebut dengan ‘kamfar’.

Orang-orang Biak [sumber gambar]
Namun, tradisi seperti ini sudah jarang. Zaman sekarang, lelaki akan datang dengan membawa mas kawin berupa perhiasan, entah itu perak ataupun emas. Adanya upacara pernikahan yang sakral Setiap pernikahan memang dilaksanakan dengan sakral. Begitu pun yang ada di Suku Biak, ada upacara adat tersendiri. Acara ini akan dimulai dengan prosesi penyerahan seperangkat pusaka dari pihak keluarga wanita kepada keluarga lelaki sebagai simbol bahwasanya orangtua si anak perempuan sudah menitipkan sepenuhnya anak mereka pada keluarga lelakinya. Pihak lelaki akan menerima, sebagai tanda bahwa mereka siap menjaga dan memperhatikan anak perempuan itu laksana anak mereka sendiri.

Tetua suku [sumber gambar]
Pernikahan yang diiringi dengan mantra dan doa-doa dari tetua. Setelahnya, kedua pengantin akan menghisap satu batang rokok berbentuk cerutu dengan cara bergantian. Diawali oleh lelakinya yang menghisap, kemudian pindah ke pengantin perempuan. Setelahnya masing-masing akan menghisap satu cerutu lain, masing-masing dalam waktu bersamaan. Setelahnya baru mereka dibacakan mantera-matera oleh para tetua, yang fungsinya sebagai doa untuk kedua mempelai.

BACA JUGA: 11 Fakta Unik Tentang Papua yang Jarang Diketahui Orang

Begitulah pernikahan di Papua berlangsung. Memang dilaksanakan secara sederhana namun, sakral dan penuh makna. Kalau di daerahmu apakah ada keunikan? Bisa share di kolom komentar ya, Sobat.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Perjalanan Demonstrasi Mahasiswa Indonesia dari Masa ke Masa yang Penuh Perjuangan

Jadi Andalan Bubarkan Demo, Inilah Alat Milik Polri yang Bikin Mahasiswa Lari Kocar-kacir