Sebuah video yang beredar di Twitter memperlihatkan perempuan yang sedang duduk di depan rumahnya dibopong secara paksa ke tempat yang diduga di mana calon suami berada. Berdurasi hanya 30 detik saja, video ini diunggah oleh @RallyTsog pada Jumat (6/12/2019).
Dalam postingannya, akun tersebut menyebut bahwa hal tersebut dinamakan sebagai Kawin Tangkap. Sang perempuan akan dibawa secara paksa oleh sekelompok lelaki dewasa ke rumah seseorang yang ingin menjadi suaminya –tanpa persetujuan si perempuan. Hal ini merupakan tradisi yang masih dianggap warisan leluhur, padahal menurut sebagian orang, dengan begini perempuan diposisikan sebagai makhluk lemah yang tak punya hak, bahkan atas diri mereka sendiri.
Kronologi kejadian kawin tangkap yang viral
Twitter please do your magic!
Ini salah satu praktik kebudayaan di Sumba hari ini.
Orang2 biasanya menyebut sebagai kawin tangkap. Seorang perempuan ditangkap dan di bawa oleh beberapa pria dewasa untuk dijadikan istri tanpa ada persetujuan si perempuan. pic.twitter.com/n71euKVQ9A— Rally Tsog (@RallyTsog) December 6, 2019
Karena video tersebut sudah disebarkan dan viral di media sosial, Pemerhati Budaya Sumba, Pater Roberst Ramone CSsR mengonfirmasi bahwa kejadian itu memang benar terjadi di Sumba, NTT. Diketahui, perempuan yang ada di dalam video ini adalah M. M sendiri sudah hidup bersama kekasihnya yang bernama W selama setahun di kos. Namun, karena suatu masalah, keduanya kerap bercek-cok sejak bulan Juli. Sudah dilakukan pertemuan adat agar masalah mereka beres, namun tak kunjung ada solusi. Untuk itulah, warga akhirnya memboyong paksa M untuk dipertemukan dengan W.
Video singkat rekaman pihak keluarga perempuan
Video singkat tersebut direkam oleh pihak keluarga perempuan yang kaget saat melihat anak mereka dibawa oleh banyak pemuda. Saat perempuan itu dibawa, pihak keluarga kemudian melaporkan W kepada polisi. Tak lama setelah laporan dibuat, M sudah kembali kepada keluarganya. Nah, selanjutnya, masalah di antara dua sejoli itu dikembalikan kepada keluarga mereka, agar diselesaikan secara mufakat dan musyawarah. “Kurang lebih pukul 21.00 WITA, pihak wanita kembali ke kos bersama keluarga untuk pamit dan kembali ke keluarga,” jelas Pater seperti dilansir dari kompas.com.
Tradisi kawin tangkap yang sesungguhnya
Kalau mau melihat dari sejarah, tradisi kawin tangkap ini memang ada dan dilakukan oleh orang Sumba sejak lama. “Sepengetahuan saya era 70-80 penculikan terjadi dengan beberapa alasan, yakni kesepakatan tidak terjadi di antara dua keluarga wanita dan laki sementara pasangan muda saling suka,” ujar Pater selaku pemerhati budaya Sumba. “Kesepakatan hanya terjadi satu pihak saja misalnya hanya pihak laki saja, maka sebagai jalan pintas kawin lari/paksa,” lanjutnya lagi. Kawin tangkap ini tak hanya terjadi pada kalangan muda-mudi saja, tetapi kepada siapa saja yang mau menikah namun terkendala restu pihak keluarga. Sehingga mereka melakukan kawin lari.
Kawin tangkap tidak dilakukan kepada orang tak dikenal
Nah, kawin tangkap ini juga tidak dilakukan kepada orang asing yang tak dikenal. Bila seorang perempuan ditangkap untuk diajak menikah, maka sudah pasti lelaki yang melakukan penangkapan adalah orang yang ia kenal dan sedang dalam jalinan asmara dengan si perempuan. Namun, tradisi ini tetap menempatkan perempuan sebagai pihak yang tak bisa memutuskan. Kalau sudah ditangkap dan diajak kawin, maka keduanya akan dinikahkan.
BACA JUGA: Raih Gelar ‘Destinasi Terindah’ Versi Jerman, Inilah 5 Fakta Tersembunyi Pulau Sumba
Tradisi ini sudah susah dihilangkan, karena masyarakat sendiri menganggap sebagai hal lumrah yang sudah menjadi warisan. Padahal, kalau mau dikenalkan kepada dunia, ada banyak loh tradisi dan budaya Sumba yang unik dan khas.