Mendengar kata pembunuhan, mungkin kita akan langsung bergidik ngeri membayangkan darah berceceran dan tubuh yang membujur kaku. Kengerian itu akan semakin menjadi-jadi saat kita mendengar adanya kelompok tertentu yang menjadikan pembunuhan sebagai kebiasaan dan tradisi. Lalu apa yang kalian pikirkan jika pembunuhan itu terjadi sangat dekat dengan lingkungan kita?
Well, bagi kalian yang belum tahu, ternyata ada beberapa suku di Indonesia yang menjadikan pembunuhan sebagai salah satu tradisi. Ada berbagai alasan dan tujuan di balik tindakan sadis yang mereka lakukan. Suku mana saja yang memiliki tradisi saling bunuh, dan apa tujuan mereka melakukan itu? Berikut ulasannya!
1. Carok, Madura
Tradisi carok menjadi alasan kenapa beberapa orang bergidik ngeri saat harus pergi ke Pulau Madura. Saat terjadi perselisihan, orang Madura akan mengambil sabit (pisau tajam berbentuk melengkung yang jadi senjata khas Madura), dan tak segan membacokkannya pada lawan.
Terlebih lagi, orang Madura dikenal memiliki temperamen yang sangat tinggi sehingga aksi carok dilakukan demi mempertahankan harga diri. Tradisi ini jelas dilarang karena bertentangan dengan hukum. Namun dalam beberapa kasus, beberapa orang Madura masih kerap melakukannya untuk melawan orang yang dianggap musuh.
2. Kanibalisme, Papua
Masih ingat dengan kasus Sumanto yang memakan mayat manusia beberapa waktu lalu? Well, ternyata itu bukan kasus pertama yang terjadi Indonesia. Ternyata, negeri kita sempat didiami oleh suku-suku yang melakukan praktek kanibalisme.
Beberapa tahun lalu ada laporan adanya praktek kanibal yang dilakukan suku Korowai, di mana seorang ayah memakan putrinya sendiri yang baru berusia tiga tahun. Tragisnya, gadis tersebut dimakan dengan cara digigit lehernya, kemudian dinikmati daging dan darahnya. Menurut berbagai sumber, ritual kanibalisme ini hanya dilakukan pada orang-orang yang melakukan pelanggaran adat dan hukum.
3. Ngayau, Kalimantan
Ngayau atau kayau adalah tradisi berburu kepala yang dilakukan suku Dayak, Kalimantan. Dalam bahasa Dayak sendiri kayau memang berarti musuh. Dengan kata lain, ngayau berart berburu kepala musuh. Namun dengan adanya ngayau, bukan berarti orang Dayak adalah suku kejam yang tak mengenal peri kemanusiaan.
Nyatanya, perburuan kepala hanya dilakukan saat orang Dayak merasa terancam, misalnya dalam perang. Selain itu, bukan sembarang orang yang bisa melakukan kayau. Penebasan kepala musuh sendiri dilakukan karena mereka percaya cara ini akan menghindarkan dari gangguan roh musuh.
4. Ritual Suku Naulu, Maluku
Kalau di Kalimantan ada tradisi Ngayau untuk mempertahankan kekuasaan, maka lain pula di Maluku. Ada satu suku bernama Naulu yang dikenal memiliki tradisi penggal kepala manusia untuk persembahan. Bagi suku Naulu, persembahan kepala manusia adalah ritual suci yang akan melancarkan kehidupan mereka. Adapun persembahan kepala ini biasanya dilakukan saat pria melamar seorang wanita, atau saat pengukuhan seorang pemuda menjadi pria dewasa. Selain itu, ritual ini juga dilakukan untuk melindungi rumah dan warga dari kesialan.
Sempat dinyatakan punah, ritual ini ternyata masih berlanjut hingga tahun 2005. Saat itu, dua jenazah tanpa kepala ditemukan di kawasan Maluku. Setelah ditelusuri, ternyata mereka menjadi korban persembahan untuk menjaga rumah adat suku tersebut. Pemerintah setempat pun melakukan tindakan tegas dan melarang tradisi ini diteruskan. Beberapa pelakunya dihukum mati, sedangkan beberapa lainnya dipenjara seumur hidup.
Benar-benar kisah yang mengerikan bukan? Untungnya, Indonesia telah menerapkan hukum yang tegas atas tindak pembunuhan sehingga kejadian ini bisa diminimalisir. Sesuai dengan perkembangan jaman yang ada, tentunya pemerintah mengatur nilai-nilai yang lebih cocok diterapkan pada keberagaman masyarakat masa kini.