Meski dikenal sebagai negara yang kaya akan kandungan alamnya, Indonesia ternyata masih belum mampu untuk membuat rakyat didalamnya sejahtera. Salah satu contohnya adalah, kurangnya akses jalan di pelosok-pelosok desa terpencil, yang bisa digunakan untuk kebutuhan transportasi sehari-hari. Permasalahan ini rupanya membuat seorang bule asal Swiss, ikut turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Toni Ruttiman, seorang warganegara asing asal Swiss, terketuk hati nuraninya ketika melihat fenomena miris tersebut di Indonesia. Berbekal keahliannya di bidang pembangunan konstruksi Jembatan, Toni Ruttiman mulai berkeliling ke seluruh pelosok desa di Indonesia. Membentangkan jembatan harapan untuk mereka yang terkucilkan selama ini. Seperti apa sepak terjang pria bule tersebut, simak ulasan berikut ini.
Peristiwa gempa yang terjadi di Ekuador merupakan titik balik bagi kisah perjalanan hidup seorang Toni Ruttiman, Disaat malam perayaan kelulusan sekolah menengah, dirinya malah nekat melakukan perjalanan menuju ke Ekuador. Berbekal uang sumbangan dari tetangga dan tabungan pribadinya sebesar 9000 Swiss Francs, Toni Ruttiman berhasil menjejakan kakinya di negara yang terletak di benua Amerika Selatan tersebut.
Bersama dengan seorang ahli Hidrolik asal Belanda, Toni berhasil membangun sebuah jembatan yang sebelumnya terputus karena bencana Gempa. Dengan dibantu oleh orang-orang lokal setempat, dirinya berhasil membentangkan jembatan sepanjang 52 meter tersebut. Tak lama setelah kegiatan itu, Toni kembali ke Swiss dan mulai berkuliah di Federal Institute of Technology di Zurich. Namun sayang, dirinya memutuskan untuk keluar dan mulai fokus untuk membantu membangun jembatan di negara-negara di kawasan Amerika Selatan dan Asia Tenggara.
Tiba di indonesia diakhir tahun 2010, Toni Ruttiman yang mempunyai julukan Toni El Suizo, mulai bekerja keras melanjutkan misinya membangun jembatan di desa-desa terpencil. Dibantu oleh Tenaris yang merupakan produsen pipa baja di dunia, Toni Ruttiman secara diam-diam, keluar masuk pelosok desa-desa yang belum terjamah pembangunan oleh pemerintah.
Tak hanya dibantu oleh pihak Tenaris, Pemerintah Indonesia pun turut berpartisipasi dengan memberikan izin dan menawarkan jasa sebuah bengkel las di Jakarta. Selain itu, dirinya juga dibantu oleh orang indonesia yang bernama Suntana sebagai asistennya dan 3 orang tukang las. Tim kecil tersebut telah berjasa membangun 61 jembatan dengan konstruksi besi pada kurun waktu 2011 hingga 2014. Daerah cakupannya pun sangat luas seperti Banten, Jabar, Jateng, Jatim, dan bahkan hingga Sulawesi, Maluku Utara dan NTT.
Sayangnya, aksi kemanusiaanya tersebut sempat terhenti sesaat. Pasalnya, beberapa bahan seperti wirerope yang merupakan kabel pancang yang didatangkan langsng dari Swiss, harus terganjal di pelabuhan karena birokrasinya yang lamban dan rumit. Padahal, selama ini Toni Ruttiman secara rutin mendatangkan barang tersebut dengan lancar selama tiga tahun.
Tak ayal, hal ini akhirnya membuat pekerjaan Toni agak terhambat. Setelah diteliti, ternyata material tersebut ditahan oleh pelabuhan. Mirisnya lagi, tiga kontainer yang berisi wirerope tersebut, diharuskan membayar biaya denda demmurage atau batas waktu inap kontainer sebesar Rp 195,650 juta. Hal tersebut sontak membuat netizen di dunia maya kaget dan marah karena peristiwa tersebut.
Kisahnya yang viral didunia maya, membuat Basuki Hadimuljono selaku Menteri Pekerjaaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), memberikan bantuan secara kepada Toni Ruttiman tersebut. Rencananya, pihak Kementrian PUPR akan membayar seluruh biaya Demmurage yang selama ini mengganjal pembangunan jembatan tersebut.
Selain bentuk bantuan berupa pembebasan biaya, Kementrian PUPR juga akan memberikan pendampingan kepada Toni Ruttiman beserta dengan timnya. Tak hanya itu, mereka juga bersedia memberikan bantuan teknis jika ada kendala di lapangan selama pengerjaan.
Di tengah-tengah perjuangannya membangun jembatan di pelosok daerah terpencil, Toni Ruttiman pernah terserang penyakit kelumpuhan akibat sindrom Guillain-Bare yang mematikan otot-ototnya. Meski saat itu dirinya terbaring di rumah sakit, otaknya tetap bekerja dengan membuat sebuah program komputer, dimana struktur jembatan dalam bentuk sketsa berhasil dibuatnya. Dengan cara itu, rekan-rekannya dapat menyelesaikan pembangunan jembatan meski tanpa didampingi oleh dirinya.
Ternyata, bule dermawan tersebut tak hanya membangun jembatan di wilayah Asia, melainkan juga di wilayah terpencil Amerika tengah dan selatan. Dirinya tergerak untuk membantu di kawasan tersebut karena prihatin dengan sulitnya akses jalan yang disebabkan oleh bencana alam. Bahkan di Ekuador, para petani setempat memberikan julukan puentezz de chatarra atau jembatan yang terbuat dari bahan bekas, hasil kreasi Toni Ruttiman dan penduduk lokal.
Kisah Toni Ruttiman yang telah membangun begitu banyak jembatan, sangat menggugah rasa kemanusiaan, sekaligus sedikit “menyentil” rasa kepedulian kita pada bangsa ini. Disaat masyarakat Indonesia begitu sibuk dengan pembangunan di kota besar, desa-desa pelosok nun jauh yang terpencil, seolah hanya mendapatkan janji-janji dan mimpi untuk terjamah pembangunan. Dari sosok bule dermawan inilah, kita bisa menakar sekaligus berpikir lebih jauh, apa yang salah dengan Indonesia selama ini?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…