in

Demi 9 Adikku Tersayang, Bangku Kuliah Kutinggalkan dan Pupus Sudah Cita-citaku

Hidup di era zaman now ini cukup susah mengingat banyaknya penduduk Indonesia yang menyebabkan saingan bertambah serta kesejahteraan yang kurang merata. Tidak hanya mencari pekerjaan saja, tapi mulai dari masuk TK hingga perguruan tinggi, banyak dikeluhkan oleh seluruh pelajar Indonesia. Namun, sosok pemuda asal Sulawesi Barat ini malah melakukan hal yang berkebalikan dari teman-teman sebayanya.

Sudah enak menjalani perkuliahannya sebagai mahasiswa Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), ia malah melayangkan surat permohonan pengunduran diri. Pasti banyak di antara kalian yang berpikir sosok ini kurang bersyukur. Namun, ketika sudah mengetahui alasannya, dijamin kalian hanya bisa mengelus dada.

Tercatat Sebagai Mahasiswa Berprestasi

Sosok bernama Muhammad Izhak ini baru menginjakkan kaki di usianya yang ke-22 tahun ini. Ia merupakan seorang mahasiswa jurusan Teknik Kimia di ITB. Dilansir dari liputan6.com, ia juga merupakan salah satu penerima beasiswa bidikmisi yang prestasi akademiknya bisa diperhitungkan.

Mahasiswa ITB [image source]
Namun, tinggal setitik lagi menyandang gelar sarjana, Izhak malah memutuskan untuk mengundurkan diri dari kampus nomor satu di Indonesia itu. Bukan karena stres menghadapi skripsi, tapi ia lebih memilih untuk kembali ke kampung dan mengurus 9 adiknya. Sayang sekali, ia harus merelakan perjalanannya menggapai cita-cita hanya sampai di sini.

Awal Mimpi Buruk Izhak

Izhak merupakan anak sulung dari 10 bersaudara. Ia rela merantau jauh-jauh dari Sulawesi Barat ke Bandung untuk mengejar cita-citanya. Namun, tahun 2017 berjalan seperti mimpi buruk baginya. Beberapa bulan lalu, tepatnya bulan September, ia kembali ke kampung untuk merawat ibunya yang terserang Tumor ganas.

Kasihan Izhak [image source]
Namun, tak berselang lama, ibunya tutup usia. Tiga minggu kemudian, ayahnya juga menyusul ibunya pergi ke surga atas penyakit tuberkolosisnya. Melihat keadaan yang semakin tak terkontrol itu, akhirnya Izhak merelakan mimpinya menjadi Sarjana Teknik Kimia dan kembali pulang ke kampung untuk mengurus adik-adiknya.

Keseharian Izhak yang Berbeda Jauh dari Masa-masa Kuliahnya

Beberapa bulan yang lalu, keseharian Izhak mungkin tak jauh-jauh dari pergi ke perpustakaan, berkutat dengan rumus-rumus sembari mengerjakan skripsinya. Namun, ia harus meninggalkan kebiasaan kuliahnya dulu dan berubah menjadi bapak rumah tangga. Ia pun membagi tugas untuk dikerjaan adik-adiknya dengan adil.

Keseharian Izhak [image source]
Ia dan empat adiknya bertugas mengolah nira enau menjadi gula aren, sedangkan dua yang lain bertugas membersihkan rumah, mencuci pakaian serta piring, ketika yang lain sibuk menuntut ilmu. Dilansir dari Kompas.com, salah satu adik perempuan Izhak sedang mengenyam pendidikannya di salah satu Universitas negeri di Parepare.

Pemasukan Keluarga Izhak dan Impian Kecilnya

Bukan tanpa alasan setiap hari Izhak dan adik-adiknya mengoleh nira enau menjadi gula aren. Hal tersebut merupakan mata pencaharian keluarga kecil ini sehari-harinya. Pemasukan Izhak bergantung dari seberapa gula aren yang bisa terjual setiap harinya. Satu bulan, pendapatannya berkisar Rp. 200.000.

Harapan Izhak [image source]
Meskipun sangat jauh dari kata cukup, ia masih berusaha untuk menghidupi 9 adiknya, termasuk yang sedang menuntut ilmu di bangku kuliah. Ia pun mengungkapkan ingin adiknya meneruskan cita-cita dan pendidikannya, meskipun ia harus putus sekolah.

ITB yang Kecolongan

Dilansir dari liputan6.com, ITB disebutkan mengalami kecolongan atas kasus Izhak ini. Seharusnya, melihat Izhak merupakan mahasiswa penerima beasiswa bidik misi serta prestasinya yang bisa dipertimbangkan, ia berhak mendapatkan bantuan untuk tetap sekolah dari kampusnya. Namun, agaknya pihak ITB sudah mengakui jika kejadian ini merupakan sebuah kelalaian.

Pihak ITB [image source]
Wakil Rektor Bidang Akademik, Bermawi Priyatna Iskandar, mengungkapkan ITB siap beri rekomendasi untuk Izhak melanjutkan studinya. Jika ia tak ingin jauh dari adik-adiknya, ITB siap beri surat rekomendasi kepada universitas di daerah Izhak agar mantan mahasiswanya itu tetap bisa melanjutkan studinya.

Mengingat susahnya hidup di zaman now ini, sosok seperti Izhak pun jarang ditemukan. Meskipun begitu, terbukti masih ada sosok berhati besar seperti dirinya di Indonesia pada masa kini. Sebagai sesama manusia yang menjunjung tinggi pendidikan, kita doakan yang terbaik saja untuk Izhak ke depannya. Semoga kisah ini juga bisa menginspirasi boombers semua untuk tidak menyia-nyiakan apa yang sudah kalian dapat sekarang.

Written by Harsadakara

English Literature Graduate. A part time writer and full time cancerian dreamer who love to read. Joining Boombastis.com in August 2017. I cook words of socio-culture, people, and entertainment world for making a delicious writing, not only serving but worth reading. Mind to share your thoughts with a cup of asian dolce latte?

Leave a Reply

Inilah 4 Nyanyian Supporter Indonesia yang Paling Sering “Dijiplak” oleh Malaysia

Nostalgia Ninja Pahlawan Jiraiya, Super Hero Anak 90-an dengan “Pedang Cahaya Kemilau”