Categories: Trending

Miris, Para Pekerja di Jepang Tinggal di Warnet Karena Mahalnya Biaya Hidup

Sebuah fenomena sosial yang aneh kembali terjadi di Jepang. Akibat biaya sewa rumah dan properti yang semakin tinggi dan sulitnya mencari pekerjaan tetap, beberapa orang di Jepang memutuskan menjadi Net Campers. Para Net Cafe Refugees adalah orang yang menyewa sebuah bilik di warnet sebagai pengganti rumah.

Mungkin, sulit anda bayangkan tinggal di sebuah ruangan kubus dengan luas tidak lebih dari 2 X 2 meter. Namun itulah yang sedang terjadi di negeri sakura. Mari kita temui dua orang Net Campers dalam sebuah film dokumenter yang sedang ramai dibicarakan ini.

1. Memilih Warnet Ketimbang Apartemen yang Mahal

Salah satu penghuni warnet mengatakan, awalnya dia berencana untuk mencari apartemen sebagai tempat tinggal. Namun, pekerjaannya yang hanya sebagai tim sekuriti di sebuah perusahaan konstruksi membuatnya tidak mampu membayar sewa. Akhirnya dia memutuskan untuk tinggal di warnet. Awalnya, dia hanya melewatkan 1-2 malam saja di sini. Namun akhirnya warnet sempit ini menjadi rumahnya.

Memilih Warnet daripada Apartemen yang Mahal (C)Youtube via AwesomeVideos

Di sini, dia bisa melakukan kegiatan normal seperti di rumah. Pihak warnet menyediakan fasilitas kamar mandi yang cukup baik. Warnet juga dilengkapi toko kecil untuk membeli makanan dan minuman ringan. Namun, tetap saja tidur di kamar sesempit ini, berhimpitan dengan komputer, adalah hal yang tidak sehat.

2. Sudah Terjadi Sejak Akhir tahun 1990-an

Menurut Makoto Kawazoe, bagian dari serikat pekerja muda di Jepang mengatakan bahwa fenomena penghuni warnet ini sudah terjadi di akhir 1990-an. Para “pengungsi” ini rata-rata bekerja sebagai pegawai paruh waktu. Itu artinya mereka hanya berpenghasilan kurang dari setengah penghasilan pegawai biasa. Mereka juga rata-rata dalam masa kontrak yang sangat singkat.

Sudah Terjadi Sejak 1990 (C)Youtube via AwesomeVideos

Sebenarnya, jika seseorang menganggur, pemerintah Jepang menyediakan dana untuk hidup sehari-hari. Namun, orang Jepang biasanya keras kepala dan malu untuk menggantungkan hidupnya terhadap subsidi semacam itu. Jadi, mereka lebih memilih menjadi kuli kasar atau bekerja serabutan. Penghasilan sebagai pekerja serabutan inilah yang akhirnya membuat mereka menurunkan standar hidup sedemikian rupa dan akhirnya tinggal di warnet.

3. Ketidaknyamanan Pada Lingkungan Juga Menjadi Faktor Pendorong

Tadayuki Sakai bukanlah orang yang berasal dari pekerja kasar dan serabutan. Dia adalah bekerja bagi sebuah perusahaan komputer di Jepang. Namun, karena beban pekerjaan yang diembannya sangatlah berat, dia memutuskan untuk berhenti bekerja. Dia tidak ingin kembali ke rumah, sehingga dia memilih menjadi salah satu dari “pengungsi warnet”.

Tidak Nyaman Pada Lingkungan (C)Youtube via AwesomeVideos

Sakai selalu dianggap emosional dan “sakit” oleh rekan kerjanya. Bahkan bosnya sering sekali menegur dia dengan kata-kata kasar. Itu membuat Sakai jatuh dalam depresi. Dia akhirnya memutuskan untuk tidak lagi bekerja dan menghindari kehidupan bersosialisasi dan tinggal di warnet.

4. Tekanan Kerja di Jepang Sangat Mengerikan

Bangsa Jepang memang dikenal dengan orang-orang berintegritas tinggi dan memiliki tingkat displin yang sangat luar biasa. Salah satu faktor pendukung kemajuan Jepang pada masanya adalah sikap mereka yang pekerja keras. Namun, ternyata sikap ini punya sisi lain yang “gelap”.

Tekanan Kerja yang Mengerikan (C)Youtube via AwesomeVideos

Banyak pekerja di Jepang yang merasakan hidupnya tidak berarti lagi karena setiap hari harus menghadapi tekanan demikian rupa. Dari mulai deadline tugas hingga bos yang sering mencaci maki. Dalam kehidupan orang Jepang, ada istilah “lebih baik menjadi bengkok daripada harus patah”. Ibarat besi, seseorang sebaiknya menunduk di depan atas daripada harus “patah” dan tidak memiliki penghasilan.

5. Fenomena Terus Berlanjut

Fenomena semacam ini terus berlanjut di Jepang. Disusul dengan fenomena bunuh diri akibat tekanan kerja yang sangat berat. Video dokumenter ini dibuat oleh seorang warga Jepang yang khawatir akan masa depan bangsanya.

Bagi kita, hidup semacam itu mungkin tidak pernah terlintas di benak kita. Namun, fenomena inilah yang terjadi di Jepang. Video lengkap tentang kehidupan sehari-hari para “pengungsi warnet” bisa anda lihat di bawah ini.

Masalah serius ini sebenarnya juga menunjukkan tanda keberadaannya di Indonesia. Meski biasanya diisi oleh orang-orang yang ingin bermain game, namun di Indonesia, banyak sekali orang yang menghabiskan hari-harinya di warnet. Kita juga sering mengenal “paket begadang” di warnet dimana seseorang bergadang semalaman di warnet dengan biaya tertentu.

Bukan tidak mungkin suatu saat fenomena ini akan menimpa Indonesia juga. Bagaimana pendapat anda? (HLH)

Share
Published by
Centralismo

Recent Posts

Statemen Arra Bocah Viral Dianggap Menyinggung Pekerja Pabrik, Ortu Dikritik Netizen dan Psikolog

Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…

6 days ago

Profil Fedi Nuril, Sang Aktor yang Gencar Kritik Pemerintah dan Pejabat Publik

Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…

1 week ago

Kontroversi RUU TNI yang Mendapat Penolakan Masyarakat

Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…

2 weeks ago

Indonesia Airlines, Maskapai Indo tapi Memilih Berpusat di Singapura

Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…

2 weeks ago

Kasus Pencabulan oleh Kapolres Ngada, Akhirnya Pelaku Dimutasi

Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…

2 weeks ago

Terkuaknya Skandal Aktor Termahal Korea Selatan, Netizen: Hindari Pria Korea

Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…

3 weeks ago