Dari sekian aksi teror yang pernah dilakukan oleh sekelompok teroris di Indonesia, setidaknya ada beberapa dari anggota mereka yang dikenal sebagai figur yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Alih-alih hanya sekedar melakukan serangan, mereka juga kerap mengatur strategi dan siasat yang ciamik sebelum beraksi.
Salah satunya adalah sosok Ali Fauzi, mantan teroris yang dikenal keahliannya dalam bidang kimia untuk menciptakan bom dari bahan sederhana. Tak hanya dirinya, mereka yang juga pernah tersangkut beragam aksi terorisme di Indonesia, ternyata juga memiliki riwayat sebagai orang-orang yang cerdas di bidangnya. Seperti apa kisahnya?
Noeim Ba’asyir yang merupakan seorang guru komputer
Sebagai adik dari Abu Bakar Ba’asyir yang merupakan terpidana kasus terorisme, sosok Noeim Ba’asyir sejatinya adalah figur yang cerdas. Dilansir dari nasional.tempo.co, pria berusia 45 yang juga terkena kasus serupa dengan sang kakak, adalah seorang lulusan sarjana di bidang komputer. Bahkan sebelum ditangkap oleh Polisi, ia sempat menjadi guru di sebuah sekolah dasar dan memiliki usaha rental komputer yang menerima jasa pengetikan skripsi di rumahnya. Dihormati karena kecerdasannya, Noiem bahkan dipanggil sebagai “Pak Guru” di semasa berada di dalam tahanan.
Ahli kimia yang membuat Ali Fauzi disegani karena pintar merakit bom
Sebagai mantan Jihadis di medan gerilya Filipina bersama kelompok Abu Sayyaf dan Lainnya, sosok Ali Fauzi begitu disegani karena keahliannya dalam meracik bahan peledak menggunakan bahan-bahan sederhana. Seperti pada wawancara yang dikutip dari akun SURYAtv , dirinya menguraikan bagaimana mudahnya membuat sebuah bom dengan menggunakan bahan-bahan sederhana. Ia pun menjelaskan, hanya bermodal Rp 100 ribu saja Ali bisa menciptakan bom dengan daya ledak tinggi.
Dul Matin yang menjadi buruan AS karena keahliannya di bidang elektronika
Meski sempat dikabarkan tewas di Filipina, sosok Dul Matin masih misterius hingga saat ini. Laman megapolitan.kompas.com menuliskan, Sejak kasus bom Bali tahun 2002, warga Jalan Pemali Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ini tak jelas keberadaannya. Meski demikian, aksinya di lapangan membuat sosok pria ini dicari oleh pemerintah AS dan dihargai sebesar Rp 10 juta dollar. Hal ini dikarenakan keahliannya dalam membuat sirkuit bom berikut detonatornya yang dianggap sangat berbahaya. Sosok Dr. Azahari, dikabarkan juga sering memesan papan sirkuit yang dirangkai menjadi peledak kepada dirinya.
Dr. Azahari yang memilih jadi teroris ketimbang dosen
Sosok teroris cerdas lainnya adalah sosok Dr. Azahari. Sebelum tewas di Kota Batu, Malang karena disergap oleh Tim Walet Hitam Polri, pria asal Malaysia itu merupakan seorang akademisi yang meraih gelar Ph.D. dari Universitas Reading di Inggris dalam bidang valuasi properti (property valuation). Bahkan, ia sempat mengajar di Universitas Teknologi Malaysia. Jalan radikal yang ditempuhnya, membuat sosok Dr. Azahari mendapatkan pelatihan pembuatan bom di Afganistan. Dikutip dari id.wikipedia.org, diperkirakan bahwa ialah yang menulis panduan-panduan pembuatan bom milik Jemaah Islamiyah, yang digunakan dalam Bom Bali 2002 dan Bom JW Marriott 2003.
BACA JUGA: Ali Fauzi, Mantan Teroris yang Sanggup Buat Bom dengan Bahan Sederhana
Dilihat dari rekam jejak masa lalu mereka sebelum menjadi seorang teroris, para pelaku di atas sejatinya merupakan orang-orang yang cerdas dan ahli di bidangnya. Hanya saja, jalan yang ditempuh termasuk salah dan bertentangan dengan hukum. Hal ini membuktikan, bahwa propaganda merupakan hal yang sangat ampuh untuk mempengaruhi seseorang. Meski dirinya orang yang cerdas sekalipun.