Tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol merupakan salah satu yang tak bisa dilupakan masyarakat Korea Selatan, bahkan dunia, hingga saat ini. 16 April 2014 seperti kiamat bagi para penumpang—yang mayoritas terdiri dari anak-anak SMA, juga keluarganya. Hingga kini, masih ada 5 korban yang belum ditemukan.
Melalui kanal YouTube-nya, Korea Reomit alias Jang Hansol—yang menjuluki dirinya orang Korea medhok, menjelaskan mengenai tragedi ini. Sebagai warga negara Korea Selatan, tentu dirinya paham betul mengapa kasus ini menjadi sangat besar dan diingat, sehingga dirinya ingin membagi pengetahuan tersebut kepada banyak orang.
Versi yang berbeda-beda mengenai tenggelamnya kapal
Sebelumnya, dalam video Nessie Judge yang berjudul Konspirasi TERSERAM Korea Selatan!!, tragedi mengenal tenggelamnya kapal feri Sewol ini juga sudah dibahas. Banyak konspirasi yang dipercaya, bahwa kapal feri Sewol sengaja ditenggelamkan oleh Pemerintah, karena pemiliknya, yaitu Yoo Byung-eun, seorang pebisnis juga aktivis di komunitas Gereja terbesar se-Korsel, berselisih paham.
Jang Hansol sendiri menjelaskan, bahwa ada tiga versi yang terkuak ke publik, meski belum diketahui mana yang benar hingga 5 tahun berlalu. Kapal feri Sewol yang berangkat dari Incheon menuju pulau Jeju, dan mengangkut 476 orang penumpang, tenggelam ke arah kiri. Versi pertama, yang diterbitkan Pemerintah, menyatakan bahwa terjadi belokan mendadak ke arah kiri, yang menyebabkan barang-barang (termasuk mobil, tas, dan lain-lain) berpindah ke satu sisi.
Otomatis, barang-barang tersebut membuat kapal berat sebelah dan perlahan-lahan tenggelam. Namun, hal ini dibantah oleh para ahli, karena menurut mereka waktu tenggelamnya kapal, jika disebabkan oleh beban di salah satu sisi tidak akan secepat itu (waktu tenggelamnya kapal feri Sewol). Versi kedua dirilis oleh Angkatan Laut Korea Selatan, yang menyebutkan adanya pergerakan zigzag dari pukul 8:48 hingga 8:52, dan tidak tercatat di Auto Identification System (AIS).
Apesnya, saat itu, data-data yang merekam pergerakan kapal feri Sewol tidak terekam, karena disebutkan AIS tidak menerima radar alias dimatikan. Padahal, AIS tidak pernah dan dilarang untuk dinonaktifkan. Versi ketiga datang dari seorang nahkoda kapal yang kebetulan berjalan dekat dengan kapal feri Sewol. Sehingga, selain melihat dari AIS, ia juga menyaksikan tenggelamkan kapal feri Sewol dengan mata kepala sendiri.
Menurut sang nahkoda, kapal feri Sewol tidak berada pada titik lokasi yang disebutkan oleh dua versi sebelumnya, tapi lebih dekat dengan Pulau Byeongpung, atau sekitar 750 meter perbedaan jarak. Selain itu, Pulau Byeongpung jika dilihat dari atas hanya tampak kecil, tetapi di bawah laut, ia masih memiliki daratan. Sehingga diperkirakan, jangkar kapal feri Sewol dilepaskan dan mendarat di bagian Pulau Byeongpung bawah laut.
Hal tersebut pun menyebabkan kapal oleng dan bergerak memutar seperti yang telah terjadi. Selain itu, arah tenggelamnya juga sesuai jarum jam, karena jika hanya kelebihan beban di satu sisi, maka akan tenggelam dengan arah sebaliknya. Film dokumenter berjudul Intention atau Geunal Bada, dibuat untuk merekam jejak tenggelamnya kapal feri Sewol, berdasarkan versi ketiga.
Kemarahan besar masyarakat kepada Pemerintah
Tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol ini menewaskan 304 orang, termasuk 5 di antaranya yang belum ditemukan hingga sekarang. Mayoritas penumpang, seperti yang sudah disebutkan di atas merupakan siswa SMA yang akan ber-darmawisata ke Pulau Jeju. Kejanggalan banyak ditemukan oleh masyarakat, mulai dari penanganan Pemerintah yang lamban, banyak versi yang diungkapkan,
media yang menyebutkan semua aman terkendali, hingga menolak bantuan dari negara lain. Selain itu, beberapa video amatir yang muncul ke publik, yang berasal dari handphone para korban juga menerangkan bahwa ketika kapal perlahan tenggelam, para penumpang dihimbau untuk tetap diam di tempat, bukannya disuruh keluar dan lompat ke laut. Ketika penyelamatan pun, 5 kru kapal didahulukan daripada para penumpang.
Skandal idol K-Pop sebagai pengalihan isu
YouTuber Nessie Judge menjelaskan, banyak masyarakat Korsel yang percaya bahwa kapal feri Sewol sengaja ditenggelamkan untuk menghukum pemiliknya, Yoo Byung-eun. Rekayasa penenggalaman kapal feri Sewol ini sengaja dibuat ketika mengangkut banyak anak SMA, agar publik merasa geram.
Tak sampai di situ, dua minggu setelah kapal feri Sewol tenggelam, Yoo Byung-eun ditemukan tak bernyawa dengan dikelilingi botol-botol alkohol, yang dinilai tak tampak seperti sosoknya yang agamis. Sebegitu gigantis tragedi ini, tetapi tak lama pula pengusutan dan penanyangannya di media. Hal yang lebih besar dibicarakan malah skandal idol K-Pop.
Pertama, tercyduk-nya Sulli f(x) dengan Choiza yang ternyata menjalin hubungan—terkadang, pacaran untuk idol K-Pop dianggap haram. Ditambah lagi, skandal narkoba dari Park Bom 2NE1, yang dirinya mengklaim memiliki resep untuk mengonsumsi obat tersebut dari Amerika Serikat. Belum lagi, ditutup dengan come back girl group Red Velvet, dengan single Happiness. Masyarakat pun teralih dengan berita mengenai idol K-Pop dan perlahan isu kapal feri Sewol pun ikut tenggelam.
BACA JUGA: Tak Banyak yang Tahu, Inilah Sisi Gelap dari Spektakulernya Industri Hiburan K-Pop
Meskipun banyak teori mengenai tenggelamnya kapal feri Sewol hingga dibuat film dokumenternya, hingga saat ini, belum ada kepastian mengenai hal tersebut. Sehingga, peringatan setiap tanggal 16 April pun selalu diwarnai dengan kejanggalan, kebingungan, dan rasa sedih yang memuncak dari para keluarga korban.