Ada banyak para gerilyawan Falintil (Fretilin) yang dulu pernah menjadi seteru Indonesia di palagan Timor-TImur, kini berhasil menduduki kursi pejabat tinggi di negaranya. Dilansir dari tirto.id, salah satu mantan pejuang tersebut adalah Jose Maria de Vasconcelos , mantan presiden Timor Leste dan pemimpin revolusioner yang akrab disapa Taur Matan Ruak.
Di masa konfrontasi militer dengan Indonesia, sosoknya sempat bergerilya melawan TNI bersama dengan Falintil, Angkatan Darat Fretilin yang baru terbentuk. Sumber dari ramalaninteljen.net menyebutkan, dirinya diperintahkan untuk bergerilya setelah kematian Komandan Nicolau Lobato pada Desember 1978. Salah satunya berhadapan dengan Kopassus yang saat itu bernama Komando Pasukan Sandhi Yudha.
Saat dimulainya Operasi Seroja pada tanggal 7 Desember 1975, Taur Matan Ruak kala itu harur lari kocar-kacir ke bukit-bukit dengan Falintill lantaran gempuran TNI yang begitu hebatnya. Dilansir dari ramalaninteljen.net, ia diangkat sebagai Asisten Kepala Staf Falintil, yang bertanggung jawab untuk daerah operasional di Sektor Timur dan kemudian Sektor Tengah pada Maret 1981. Setelah kematian Komandan Nicolau Lobato, dirinya tampil sebagai salah satu petinggi gerilyawan Falintil yang sangat diperhitungkan.
Saking sengitnya gempuran pihak Indonesia terhadap tentara Falintil, Ruak sempat tertangkap oleh pihak TNI di daerah Viqueque. Mujur, dirinya berhasil meloloskan diri dan bergabung kembali dengan pasukan lainnya di pegunungan. Dalam sebuah pidatonya, ia bahkan menceritakan bahwa dirinya sempat berhadapan dengan TNI di sejumlah daerah. Beberapa di antaranya berakhir dengan kemenangan dan berhasil merampas senjata milik tentara Indonesia.
Karirnya kembali menanjak setelah setelah Panglima Falintil, Xanana Gusmao ditangkap TNI di Dili pada November 1992. Sumber dari ramalaninteljen.net menuliskan, Taur Matan Ruak akhirnya dipromosikan sebagai Kepala Staf Falintil. Perjuangannya semakin berat lantaran Xanana akhirnya menyerah dan Konis Santana meninggal pada tanggal 11 Maret 1998. Tak menunggu lama, Ruak akhirnya diangkat sebagai Panglima dan menjadi Chefe Estado Maior Umum Forcas Armadas (CEMGFA atau Panglima Angkatan Bersenjata) saat adanya restorasi kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 2002.
Di masa perang, sosok Taur Matan Ruak kerap menjadi incaran prajurit elit Kopassandha (kini Kopassus). Dilansir dari jpnn.com, Jenderal (purn) Luhut Pandjaitan yang kala itu menjabat sebagai perwira Detasemen Tempur, hampir saja menangkap dirinya yang merupakan seorang pentolan gerilyawan Falintil, sayap militer Fretilin. Meski demikian, keduanya terlihat sangat akrab dan bersahabat saat bertemu sebagai perwakian dari negara masing-masing. ’’Operasi kami dulu terlambat sekitar dua jam saja. Kalau tidak, Anda pasti sudah saya tangkap,’’ kelakar Luhut yang kini menjabat Menko Polhukam.
Atas jasa-jasanya, tak heran sosok seperti Taur Matan Ruak di atas akhirnya terpilih sebagai PM Timor Leste. Meski sempat berseteru melawan Indonesia di masa lalu, tak ada gurat dendam pada dirinya saat bertemu dengan rivalnya yang berasal dari Kopassus. Mudah-mudahan, kedua negara bisa mengambil hikmah dari kejadian kelam di masa lalu untuk membangun kerjasama yang lebih erat dan harmonis ke depannya.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…