Pembukaan tahun selalu diawali dengan keramaian di beberapa sudut kota. Seperti menyalakan kembang api, mengadakan live music hingga konvoi di jalan raya demi memeriahkan jalanan kota. Namun apa Sahabat Boombastis memperhatikan kalau di tahun ini tidak seperti biasanya alias lebih sepi?
Ini bukan di tempat tinggal penulis saja, tapi hampir semua kota di Indonesia merasakan hal yang sama. Buktinya di beberapa berita menunjukkan bahwa pengunjung tempat wisata turun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu contohnya adalah Kepulauan Seribu yang sekarang amat sepi wisatawan.
Padahal kita tahu kalau kepulauan yang memiliki pemandangan cantik tersebut tak pernah sepi oleh pengunjung. Namun, sejak adanya musibah tsunami Banten yang terjadi beberapa waktu lalu menyebabkan orang-orang cenderung menghindari wilayah pantai untuk berjaga-jaga dari bencana itu. Dihimpun dari Warta Kota, pemilik penginapan di Kepulauan Seribu banyak yang menanggung rugi karena fenomena ini.
Selain dari pemilik penginapan, penjual terompet juga mengalami kerugian. Sumarko, selaku pedagang terompet, kembang api dan petasan mengatakan jika pendapatannya menurun sebanyak 50%. Dinukil dari laman pojokpitu.com, fenomena ini kemungkinan besar terjadi karena isu tentang penyakit HIV/AIDS yang bisa tersebar melalui terompet. Jadilah para masyarakat enggan untuk membeli terompet guna menyambut tahun baru.
Terakhir yang tidak jauh dari kehidupan kita adalah tayangan di televisi. Di tahun-tahun sebelumnya, kita melihat hampir semua stasiun televisi menampilkan acara untuk penyambutan tahun baru. Tapi sayangnya, untuk tahun ini hanya beberapa channel saja yang menayangkan acara tersebut. Sebagian lainnya cuma menayangkan film-film bioskop yang belum pernah ditampilkan di saluran televisi lokal.
Fenomena-fenomena di atas cukup membuktikan jika penyambutan 2019 ini tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Hal ini pun mengundang banyak tanya mengapa ini bisa terjadi. Ya kalau menurut penulis peristiwa ini terjadi karena ada dua hal nih Sahabat Boombastis.
Pertama adalah Indonesia baru saja dilanda banyak bencana. Mulai dari gempa di Lombok, Tsunami Palu, likuifaksi Petobo dan yang terakhir adalah gelombang dahsyat di Banten serta Lampung. Pada akhirnya, masyarakat lebih memilih merayakan tahun baru secara sederhana karena mengingat negaranya masih dirundung duka. Sehingga tak pantas lah kita merayakannya terlalu berlebihan. Atau bisa juga orang-orang memilih tahun baruan di rumah untuk menghindari bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Lalu yang kedua adalah aturan dari daerah masing-masing tentang pelarangan perayaan tahun baru. Dilansir dari laman tirto.id, banyak kota di Indonesia menerapkan aturan ditiadakannya penyambutan tahun baru dengan hura-hura. Kota yang paling banyak menerapkan aturan ini adalah di Sumatera dan Kalimantan. Pemerintah setempat mengadakan peraturan ini supaya wilayahnya lebih tertib dan masyarakat mengisi penyambutan tahun baru dengan kegiatan bermanfaat.
BACA JUGA : Perayaan Tahun Baru Paling Keren di Seluruh Dunia
Tahun baru memang tidak pernah lepas dari gegap gempita tiupan terompet dan juga warna warni kembang api. Namun di tahun ini kita menjadi banyak belajar jika tahun baru tidak harus dirayakan dengan cara yang berlebihan. Bisa dengan cara berkumpul bersama keluarga atau mengadakan kegiatan keagamaan. Dengan begitu tahun baru kita menjadi lebih bermakna dan tidak menghambur-hamburkan uang tentunya.