Kebanyakan orang memiliki persepsi yang mirip tentang profesi dosen. Kerjanya tidak sampai 12 jam, bisa mengajar di beragam universitas, pendapatannya kelihatannya besar, masih dapat fasilitas pula dari kampus. Tidak heran sih, kalau jadi dosen disebut sebagai salah satu pekerjaan idaman.
Namun, ternyata jadi dosen itu tak semudah yang kita pikirkan tadi Sahabat Boombastis. Di balik kenyamanan, ada juga keruwetan yang dialami oleh para dosen ini. Kalau tak percaya, ini buktinya.
Menghadapi mahasiswa bimbingan yang tingkahnya minta ampun
Seorang pengajar Jurusan Akuntansi di Universitas Padjajaran melalui akun twitter pribadinya. Ia menceritakan betapa ruwetnya menjadi dosen pembimbing. Dikarenakan banyak mahasiswa yang menghilang, format penulisan salah dan lain sebagainya. Bukan cuma mahasiswa yang pusing skripsi, dosen pembimbing pun juga punya curahan hati.
Saya bisa gila lama lama jadi dosen. Please lah ya para mahasiswa akuntansi, apalagi yg tugas akhir (skripsi/thesis/disertasi), bantulah para dosen pembimbingmu tetap waras yaaa… a thread… jeritan hati dospem… emang cuma mahasiswa doang yg bisa stress ngadepin dospem?
— Ersa Tri Wahyuni (@ErsaTriWahyuni) April 27, 2019
Memang permasalahan klasik antara dosen dan mahasiswa yang paling sering terjadi adalah etika. Misalnya bagaimana cara menghubungi dosen, atau tepat waktu bila sudah ada janji bimbingan dan sebagainya. Tidak adil bila hanya menyalahkan mahasiswa atau dosennya. Tapi fyi nih, dosen juga punya tenggat waktu dan penilaian sebagai indikator keberhasilan mendidiknya. Jadi bila sudah dapat dosen yang profesional dan kooperatif, jangan sia-siakan ya, Sahabat Boombastis.
Diprotes karena memberi nilai jelek
Namanya juga dosen, pasti mempunyai hak dan pertimbangan untuk memberikan nilai. Sayangnya, hal seperti ini jarang dipahami oleh mahasiswa. Kalau mereka mendapat nilai jelek, pasti para mahasiswa ini tidak terima dan memberi label jika dosen tersebut adalah pengajar yang jahat alias dosen killer. Untungnya karena sudah terlatih, kebanyakan dosen punya emosi stabil serta sabar menghadapi berondongan mahasiswa yang demo karena tidak terima dengan nilainya. Biasanya ini terjadi saat KHS (Kartu Hasil Studi) sudah diterbitkan.
Ada dosen yang cukup baik memberikan penjelasan, ada juga yang pilih no comment sehingga mau tak mau kita kudu ngulang semester depan. Yang sering luput dari mahasiswa adalah bahwa penilaian itu tak hanya karena hasil ujian, tapi juga keseluruhan mulai dari keaktivan, ketekutan dan sebagainya. Bobotnya pun bukan sekedar kuantitas, tapi juga kualitas. Misalnya, bagaimana kita memahami mata kuliah itu, bukan sekedar teori dan nilai bagus.
Ternyata, dosenlah yang mengikuti mahasiswanya
Sebagai seorang dosen, mereka mempunyai beban yang sangat berat di bahunya. Salah satunya mencerdaskan anak bangsa yang sedang mereka ajar. Alhasil, para dosen wajib memberikan yang terbaik untuk anak didiknya supaya mereka mengerti tentang teori yang sedang diajarkan. Yaitu dengan, BERINOVASI.
Lha ya kalau dosennya masih muda, bagaimana kalau itu adalah dosen yang sudah legend banget alias usianya di atas 45 tahun? Biasanya memang kecepatan berinovasinya tidak secepat yang kekinian. Padahal tiap tahun ajaran, mahasiswanya selalu lebih muda. Membuat rancangan dan strategi pengajaran cukup menguras waktu dan energi tentunya.
Dari sini, para pengajar handal ini wajib mengetahui metode menyenangkan supaya para mahasiswa mengerti tentang mata kuliah yang sedang diajarkan. Pun begitu, masih banyak mahasiswa yang tidak menyadari kerja keras para dosen agar mereka bisa menuntut ilmu dengan lebih baik lagi. Titip absen lah, lebih milih ke kantin lah. Sesungguhnya mahasiswa begini memang kerugian.
Perjalanan yang panjang untuk menjadi seorang dosen
Gelar S-2 tenyata tak menjamin seseorang untuk bisa menjadi dosen lho gengs. Untuk tingkat Perguruan Tinggi Negeri (PTN), seseorang harus mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) terlebih dulu. Salah satu dosen Fakultas Hukum Universitas Padjajaran bernama Artaji menambahkan jika rekrutmen dosen PTN tidak bisa dilaksanakan setiap waktu. Harus menunggu ada formasi yang kosong terlebih dulu.
Seseorang yang telah lulus seleksi CPNS juga harus menjalani masa selama satu tahun agar bisa diangkat menjadi PNS. “Sebelumnya harus ikut prajabatan terlebih dulu.” Selama masih berstatus CPNS, gaji yang diperoleh hanya sebesar 80 persen dari gaji seorang PNS. “Itu juga belum dipotong sana-sini,” ungkap Artaji. Haduh, berat juga ya perjalanannya untuk menjadi dosen, ckckck…
Beban berat, tapi gajinya cuma seiprit
Apabila beban yang diampu oleh dosen sangat berat, tentu ada timbal baliknya. Gaji besar misalnya. Namun, hal ini disanggah oleh Surajiman, Dekan Fakultas Hukum Universitas Nasional, Jakarta. Ia mengungkapkan jika di Indonesia, kesejahteraan dosen masih jauh dari harapan. Kemungkinan besar ini karena pengelolaan keuangan yang belum rapi dan sertifikasi belum beres sepenuhnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Artaji selaku dosen Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung. Menurutnya, beban pada dosen masih belum sepadan dengan gaji yang dibayarkan selama ini. Jadi, alangkah lebih baik jika pemerintah juga memperhatikan kesejahteraan dari para pendidik. Apabila kesejahteraan terpenuhi, maka dosen niscaya bisa lebih berkonsentrasi dalam mengajar.
BACA JUGA : Dosen Menggendong Bayi Sambil Ajarkan Emansipasi Wanita dalam Ruang Kuliah
Dosen yang sering kita anggap adalah profesi paling enak, ternyata faktanya tak begitu. Mereka mempunyai berbagai kesulitan yang selama ini tidak pernah kita lihat. Maka dari itu, saudara-saudariku tercinta yang sekarang sedang ada di masa perkuliahan, hormati dan hargai dosen kalian ya. Hindari ngedumel dan tekuni studi kalian, karena ini fase menyiapkan diri pada masa depan yang lebih menantang lagi, setelah selesai wisuda nanti.