Categories: Trending

7 Suku-suku Terasing di Dunia yang Masih Bertahan di Tengah Modernitas

Di tengah serbuan era teknologi yang semakin jauh berkembang dan masyarakat yang hidup modern, rasanya sulit membayangkan ada orang-orang yang masih hidup dengan cara-cara tradisional. Apalagi kita yang sudah begitu terbiasa dengan kemudahan era millenium ini.

Tapi jangan salah, ternyata masih banyak orang hidup tanpa tergantung dengan teknologi modern. Mereka mampu hidup dengan cara-cara tradisional mereka dan jauh dari serangan modernitas. Namun sayang, perlahan jumlah mereka kini semakin sedikit.

1. Tsaatan, Mongolia

Suku Tsataan [Image Source]
Suku Dukha atau yang dalam bahasa Mongol disebut dengan Tsataan adalah masyarakat penggembala Rusa Kutub yang tinggal di utara Mongolia. Mereka adalah salah satu suku penggembala Rusa terakhir di dunia. Namun dengan populasi rusa yang terus menyusut, kini hanya tinggal 40 keluarga yang masih meneruskan tradisi ini.

2. Gauchos, Argentina

Seorang Gaucho [Image Source]
Gauchos adalah sebuah suku yang tinggal di wilayah selatan benua Amerika terutama di Argentina, Paraguay dan Uruguay. Mereka adalah para penunggang kuda hebat dan merupakan seorang penggembala yang tinggal dengan berpindah-pindah tempat. Gauchos adalah simbol nasional Argentina dan Uruguay yang mewakili tradisi nasional mereka.

3. Maori, Selandia Baru

Maori [Image Source]
Maori adalah suku asli Polinesia yang tinggal di Selandia Baru. Mereka memiliki bahasa, budaya, dan mitologi sendiri yang unik. Kedatangan bangsa Eropa ke New Zealand memberikan banyak pengaruh terhadap kehidupan suku Maori. Konflik dengan pendatang, penyakit, dan masalah lain membuat populasi Maori mengalami kemerosotan. Namun sejak abad ke-20, mereka mulai bangkit kembali dan meningkatkan posisi mereka dalam masyarakat Selandia Baru.

4. Chukchi, Rusia

Suku Chuckchi [Image Source]
Chukchi adalah suku asli yang tinggal di Semenanjung Chukchi dan pantai laut Chukchi serta laut Bering. Mereka terbagi menjadi dua macam, yaitu yang tinggal di wilayah perairan dan tundra. Yang tinggal di wilayah perairan memiliki tempat tinggal di tepi pantai dan sumber penghidupannya adalah berburu mamalia laut. Sementara yang tinggal di tundra atau padang di kutub, mereka bekerja dengan menggembala rusa kutub. Mereka harus berjuang untuk bertahan akibat kerusakan alam dan polusi yang dilakukan masyarakat modern.

5. Goroka, Indonesia dan Papua Nugini

Goroka [Image Source]
Goroka adalah suku asli yang tinggal di sebuah desa dataran tinggi kecil di Papua Nugini. Namun karena adanya peperangan antar suku dan perebutan wilayah kekuasaan, masing-masing tinggal jauh terisolasi dari yang lain sehingga munculah bahasa-bahasa baru. Karena itulah penduduk Goroka hidup sederhana tapi memiliki ikatan dan hubungan keluarga yang sangat erat, serta menghormati keajaiban alam dan dunia.

6. Nenets, Rusia

Suku Nenets [Image Source]
Nenets adalah suku asli yang tinggal di wilayah utara Rusia dengan sistem kepercayaan yang menghargai bumi dan sumber daya alam yang dihasilkannya. Mereka hidup sebagai pemburu dan peternak rusa kutub dan telah bertahan ratusan tahun tinggal di wilayah dengan suhu -50 derajat celcius di musing dingin dan -35 derajat celcius di musim panas. Namun sejak revolusi Rusia, Uni Soviet memaksa suku Nenets untuk tinggal menetap dan bergabung dengan masyarakat serta menyekolahkan anak-anaknya di asrama. Akibatnya, banyak anggota suku Nenets yang kehilangan identitas budaya mereka.

7. Ladakhi, India

Ladakhi [Image Source]
Ladakh adalah nama sebuah gurun dingin di daerah utara India di wilayah Jammu dan Kashmir. Masyarakat Ladakhi tinggal di wilayah dengan suhu mencapai -30 derajat celcius ini dan mrmiliki kebudayaan yang begitu kaya dan banyak di antaranya sudah ada sejak zaman pra-Buddha. Wilayah Ladakh sangatlah sulit dicapai dan banyak jalanan kecil, sehingga hanya sahabat terbaik atau musuh terburuk saja yang akan bisa mencapai Ladakh.

 

Mungkin sulit membayangkan masyarakat yang bisa hidup terasing tanpa teknologi modern dan hanya mengandalkan alam. Namun dari sini kita bisa mempelajari serta memahami bahwa alam sebenarnya sangatlah penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Maka dari itu, sudah seharusnya kita kembali menghargai alam dan berbuat sebaik mungkin untuk memelihara lingkungan hidup.

Share
Published by
Tetalogi

Recent Posts

Rosita Istiawan Pionir Hijau, Dedikasi Bangun Hutan 25 Tahun

Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…

9 hours ago

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kebakaran Hebat Gedung Terra Drone, Korban Tembus 20 Orang

Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago