Selama ini kita selalu takjub dengan orang Amerika dengan segala kecanggihan dan modernitasnya. Tapi, siapa sangka kalau di sana masih ada penduduk yang hidupnya terpencil layaknya orang kerdil di Aceh dan Suku Kubu di Jambi.
Adalah Suku Havasupai atau Supai saja, mereka meninggali wilayah Grand Canyon, Arizona yang terkenal dengan keindahannya yang luar biasa, tetapi juga punya akses yang sangat sulit. Seperti apa yang kehidupan mereka? Yuk, kepoin dalam ulasan berikut ini.
Jalur yang hanya bisa ditempuh dengan helicopter
Setiap tahun ada 5.5 juta orang datang mengunjungi Grand Canyon, namun jarang sekali ada yang menyadari bahwa jurang raksasa ini merupakan rumah bagi komunitas kecil di pelosok Amerika. Untuk mencapai tempat ini, hanya bisa menggunakan helicopter.
Namun, sekarang sudah ada pula yang menggunakan keledai –dengan melewati batu-batu tinggi dan curam di Grand Canyon.
Ditinggali kurang dari 1000 penduduk
Pai berarti orang, dan Havasupai berarti orang-orang yang tinggal di air berwarna toska. Melansir phinemo.com, di Supai ini hanya ada 650 orang penduduk, dengan 450 di antaranya tinggal di wilayah Supai. Semua anggotanya menggunakan bahasa asli suku tersebut lebih dari 25 tahun.
Pada tahun 1975, Presiden Ford memberikan 185 kilometer persegi lahan, dan akses untuk 95 km persegi lahan di National Park Service. Masyarakat Havasupai sekarang juga diakui oleh pemerintah Amerika Serikat sebagai salah satu suku nasional yang berhak mengatur urusan rumah tangga mereka.
Tempat tinggal yang pernah digusur oleh pemerintah
Meski sekarang sudah diakui, suku ini pernah mengalami perjalanan yang sangat panjang. Perluasan kekayaan tambang dan mineral membuat mereka harus kehilangan wilayah tempat tinggalnya. Suku Supai ini pernah mengalami pengusiran oleh pemerintah, hingga mereka harus berperang demi mempertahankan tempat tinggalnya.
Terlebih di 1919, saat Grand Canyon ditetapkan oleh Presiden Roosevelt sebagai bagian dari National Park Service, banyak dari orang-orang Supai yang menjadi pekerja di wilayah tersebut sekaligus melobby pemerintah untuk tetap mempertahankan wilayah mereka, masih melansir Phinemo.com.
Menjadi tujuan wisata para pelancong
Wilayah Supai ini tampak seperti bukan di Amerika yang penuh dengan hiruk pikuknya. Karena, tak ada jalan besar dan orang yang berlalu lalang, tak ada pula macet, kendaraan seperti mobil dan motor, serta hiruk pikuk perkotaan. Meski tinggal di tempat terpencil di sini terdapat sekolah, rumah ibadah, dan kantor pos kok. Masyarakat Supai masih hidup dengan bercocok tanam dan membuat kerajinan tangan.
Yang pasti, keberadaan mereka menjadi salah satu tujuan wisata para pelancong dari berbagai negara (entah itu dengan menggunakan keledai ataupun helicopter). Namun, kalau menggunakan helicopter, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari masyarakat setempat di Supai.
BACA JUGA: Menengok Kehidupan Sakai, Si Suku Paling Terasing di Indonesia
Begitulah keberadaan Supai menjadi keunikan tersendiri. Selama ratusan tahun, suku ini masih melestarikan segala tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang mereka, dari cara berpakaian hingga pekerjaan.