Perkembangan peradaban kadang tidak selalu membawa hal-hal yang baik. Memang benar, kalau makin modern kita bisa mencicipi nyamannya dibantu teknologi, ataupun jadi luwes dalam berpikir gara-gara ilmu pengetahuan yang berkembang. Namun, karena modernitas juga hal-hal yang berhubungan dengan etnik, tradisi dan kekunoan perlahan menghilang. Hal seperti ini dialami pula oleh suku-suku terpencil di Indonesia.
Indonesia begitu luas dan banyak suku-suku terpencil di sini. Seiring berkembangnya zaman, beberapa mulai menerima perubahan-perubahan dan larut dalam peradaban. Namun, sebagian lagi tetap teguh memegang prinsip hidup masa lalu dan memilih mengisolasi diri. Sayangnya, meskipun demikian, perkembangan modernitas yang sedemikian kencang, lambat laun akan turut menggerus mereka.
Seorang fotografer asal Inggris bernama Jimmy Nelson mengatakan sisa-sisa kehidupan primitif mungkin akan hilang sebentar lagi. Makanya ia menenggelamkan dirinya dalam sebuah proyek mengabadikan foto dari suku-suku yang mungkin sebentar lagi akan menghilang. Ada banyak sebenarnya suku-suku primitif yang difotonya, namun kita ambil saya yang dari Indonesia. Berikut ulasannya.
Suku ini suka berpindah-pindah, kadang menempati Papua Nugini kadang Juga wilayah Indonesia. Suku huli punya ciri khas hiasan muka dan juga aksesoris di kepalanya yang unik. Suku Huli masih memegang prinsip hidup orang dulu, mereka benar-benar menggantungkan hidupnya kepada alam.
Hal yang menarik dari suku Huli adalah keterbukaannya. Ya, mereka menerima siapa pun di luar lingkaran suku untuk hidup lebih dekat. Suku Huli masih kerap berperang, biasanya karena babi, wanita dan wilayah. Meskipun demikian, mereka lebih suka berdamai. Sistem hidup suku Huli cukup kompleks karena punya struktur yang jelas. Makin gencarnya eksplorasi dan menurunnya jumlah binatang buruan, mungkin akan membuat mereka perlahan meninggalkan tata cara kehidupan lama dan beralih ke sistem hidup yang lebih baru.
Mudman begitulah nama lain dari suku Asaro ini. Istilah Mudman atau manusia lumpur sendiri karena mereka punya ciri khas yakni topeng lumpurnya yang menakutkan itu. Ceritanya, para pria Suku Asaro pernah berperang melawan musuhnya lantaran desanya direbut. Lalu entah dapat ilham dari mana, akhirnya mereka melumuri badan dengan semacam lumpur putih dan membuat topeng dari tanah liat. Muslihat ini berhasil dan mereka bisa merebut desa.
Asaro dikenal dengan sistem hidup yang masih primitif, mereka berburu dan juga memanfaatkan hasil hutan. Asaro diperkirakan hanya akan bertahan dalam beberapa tahun saja. Pasalnya, mereka sudah mulai mengenal kehidupan modern. Mungkin saja ketika merasa alam sudah tak lagi menyediakan apa yang mereka inginkan, orang-orang Asaro akan bertransformasi menjadi penduduk papua di kota besar.
Sama seperti suku-suku lain di Papua, Kalam hidup bergantung kepada alam. Meskipun demikian, mereka punya sistem hidup yang cukup kompleks. Termasuk bagaimana menanam, merawat tumbuh-tumbuhan dan membuat bangunan. Suku Kalam membagi tugas bagi pria dan wanitanya. Kalau pria biasanya bertugas untuk berburu dan berperang. Sedangkan para wanita biasanya merawat tanaman dan juga anak-anak.
Soal perang, suku Kalam memang kadang suka melakukannya. Tujuannya adalah untuk memperebutkan wilayah, wanita dan juga babi. Ciri khas mereka ketika berperang adalah menggunakan penutup kepala besar dan mencoreng mukanya dengan bubuk berwarna.
Diperkirakan suku Goroka sudah ada di Papua sejak seribu tahun lalu. Ratusan tahun terlewati mereka tetap mempertahankan apa yang nenek moyang ajarkan. Ya, menggantungkan hidup kepada alam. Lantaran ajaran ini pula, suku Goroka begitu menghormati pertiwi. Kalau dilihat dari karakteristiknya, Suku Goroka punya sistem yang mirip dengan suku lainnya. Yakni pembagian tugas antara laki-laki dan perempuannya jelas.
Orang-orang Garoka juga suka berperang. Tujuannya juga untuk mempertahankan wilayahnya serta menguasai kekayaan musuh. Uniknya, ketika berperang pria Suku Garoka biasanya tampil habis-habisan. Mereka akan mengenakan atribut khas suku mereka, termasuk penutup kepala yang besar itu serta dandanan muka yang menyeramkan. Makin seram akan membuat musuh makin takut, begitu lah yang dipercayai suku Garoka.
Jauh menanjak ke arah Jayawijaya, tinggal lah sekelompok suku yang masih mempertahankan adat serta gaya hidup kekunoan mereka. Ya, siapa lagi yang dimaksud kalau bukan Suku Dani. Suku ini tinggal di daerah lembah bernama Baliem. Dipercaya jika keberadaan Suku Dani ini sudah beratus-ratus tahun lalu.
Meskipun dianggap primitif, tapi Suku Dani mengenal dengan baik tata cara bertani dan menggunakan alat-alat. Yang jadi ciri khas dari suku ini adalah pakaian para lelaki dan perempuannya yang unik. Para lelaki hanya menggunakan Koteka sedangkan wanitanya menggunakan semacam rumbai-rumbai untuk menutupi tubuh mereka. Dan yang paling jadi ikon Suku Dani adalah rumah mereka yang bernama Hanoi.
Suku-suku ini diperkirakan takkan bisa bertahan lama. Modernitas perlahan akan memaksa mereka untuk mulai meninggalkan cara hidup lama. Pariwisata juga turut membuat deretan suku ini menghilang dengan cepat. Suku asli perlahan terpengaruh dengan budaya dari luar dan perlahan mulai meninggalkan tradisi asli mereka. Deretan suku Indonesia ini pun diperkirakan akan segera menghilang lantaran hal-hal tersebut.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…