Indonesia memiliki ratusan suku bangsa yang tersebar dari ujung Sumatra hingga Ujung Papua. Suku-suku ini berkembang sejak zaman dahulu kala, mungkin ratusan tahun yang lalu sejak Belanda masih melakukan kolonialisasi di Indonesia. Salah satu suku yang masih bertahan setelah ratusan tahun menjalankan tradisinya adalah Suku Dani di Papua.
Suku ini dari dulu hingga sekarang terus mempertahankan tradisinya. Bahkan modernisasi yang mulai masuk ke Indonesia tidak membuat mereka jadi kepincut. Meski demikian, Suku Dani tetaplah suku hebat yang menjadi penguasa Jayawijaya yang sangat megah itu. Dan inilah fakta unik dari mereka.
1. Punya Mumi Hitam yang Merupakan Mayat Leluhur
Satu hal yang menarik dan membedakan Suku Dani dengan suku lainnya adalah mereka punya mumi. Biasanya mumi ini adalah leluhur yang dianggap memiliki jasa yang sangat besar. Salah satu mumi paling tua di tempat ini berusia 300 tahun. Mumi ini memiliki nama Wim Motok Mabel dan selalu di tempatkan di pilamo atau rumah laki-laki.
Mumi di Suku Dani memiliki warna hitam dan memiliki posisi duduk dan kepala mendongak ke atas. Mumi ini kerap dikeluarkan jika ada wisatawan yang ingin melihatnya. Konon, mumi ini dibuat dengan mengeringkan mayat lalu mengangin-anginkan mayat di atas perapian hingga mengering dan berubah warna menjadi hitam pekat.
2. Tradisi Potong Jari Sebagai Ungkapan Berduka Cita
Suku Dani memiliki satu tradisi unik dalam mengungkapkan rasa berduka cita. Mereka tidak akan menangis atau membaca doa-doa. Suku Dani akan memotong jari mereka (ruas jari) sebagai perwujudan rasa sakit karena telah di tinggalkan. Mereka biasanya akan memotong jari dengan benda tajam, digigit hingga putus atau ditali hingga jari mati baru dipotong.
Bagi Suku Dani, jari adalah simbol dari keluarga, kekerabatan dan juga kebersamaan. Saat salah satu keluarga meninggal akan mengungkapkan rasa sakit yang sangat hebat itu dengan ikipalin atau potong jari. Tradisi ini sekarang masih ada meski lambat laun mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya.
3. Kepercayaan Roh Nenek Moyang yang Bertahan Hingga Sekarang
Suku Dani tidak mengenal agama modern yang resmi di Indonesia. Mereka memeluk sebuah kepercayaan yang menghormati roh leluhur sebagai kekuatan terbesar di alam semesta. Mereka percaya jika kekuatan sakti akan diturunkan dari generasi ke generasi secara patrilineal atau keturunan laki-laki.
Mereka mempercayai kekuatan sakti bernama Atou. Kekuatan sakti tersebut akhirnya dipecah lagi menjadi kekuatan menjaga kebun, kekuatan menyembuhkan penyakit dan penolak bala, dan yang terakhir adalah kekuatan untuk menyuburkan tanah. Kepercayaan ini terus dipegang dari dahulu tanpa ada perubahan sama sekali.
4. Perang Suku Dani yang Unik di Era Modern
Banyak sekali suku-suku di dunia ini yang melakukan perang untuk memperebutkan wilayah, memperebutkan makanan hingga menjaga harga diri. Hal yang sama juga dilakukan oleh Suku Dani. Di masa lalu mereka melakukan perang hingga banyak korban berjatuhan. Biasanya konflik kepemilikan tanah menjadi pemicu perang antar desa mau pun antar suku yang letaknya bersebelahan.
Di era modern seperti sekarang, perang tidak dilakukan sampai membuat banyak orang terluka hingga meninggal. Perang dilakukan untuk menyambut wisatawan yang datang untuk melihat tradisi Suku Dani yang sangat unik. Setahun sekali di Lembah Baliem yang jadi tempat tinggal Suku Dani selalu ada festival Baliem. Pada festival ini Suku Dani dan suku lain seperti Suku Lani dan Suku Yali akan berperang. Tentu saja perang ini untuk pertunjukan sekaligus melestarikan tradisi.
5. Tradisi Pesta Bakar Batu Sebagai Wujud Kerukunan
Suku Dani sering sekali mengadakan pesta besar untuk menyambut acara pernikahan kelahiran dan juga kemenangan perang. Pesta ini akan disiapkan oleh semua orang yang ada di desa tanpa terkecuali. Suku Dani suka sekali memasak babi dan umbi-umbian. Bahan makanan ini akan dimasukkan ke dalam lubang yang telah diberi batu dan daun-daun. Mereka memasak bahan makanan yang sangat banyak untuk dibagikan ke semua orang.
Suku Dani tidak menggunakan korek atau bahan bakar. Mereka hanya menggosok-gosokan batu hingga menimbulkan panas yang akan ditangkap oleh dedaunan. Setelah timbul api kecil, para juru masak akan memperbesarnya dan akan digunakan sebagai alat pengukus tumpukan bahan yang berada di antara batu-batu. Proses pematangan makanan ini biasanya berlangsung selama berjam-jam. Setelah semuanya matang, makanan ini akan dibagikan ke semua orang yang datang, termasuk wisatawan.
Inilah lima fakta unik dari Suku Dani yang merupakan penguasa Pegunungan Jayawijaya. Mereka adalah suku yang ramah, arif, dan selalu menjaga budayanya dengan sekuat tenaga. Semoga di tahun-tahun yang akan datang Suku Dani akan semakin kuat dalam menahan gempuran modernisasi yang melanda Indonesia.