Dalam beberapa hari terakhir, media sedang dihebohkan dengan munculnya foto Presiden Jokowi dengan Suku Anak Dalam. Dua foto yang berbeda diperdebatkan karena dianggap rekayasa. Banyak orang menganggap pertemuan antara Jokowi dan Suku Anak Dalam telah direncanakan sebelumnya. Dan hal ini semua merupakan bagian dari pencitraan.
OK, kita tidak akan membahas masalah yang membuat banyak pihak berang itu. Kita akan membahas mengenai Suku Anak Dalam. Siapa sajakah mereka dan seperti apa kehidupan suku yang terus memegang tradisinya ini. Mari kita kupas mendalam satu persatu.
1. Asal Mula Suku Anak Dalam
Hingga saat ini asal-usul Suku Anak Dalam belum menemui titik terang. Para peneliti belum tahu bagaimana suku yang terasing ini bisa ada, dan apa yang menyebabkannya. Namun dalam sebuah tulisan yang pernah dimuat di BMT, Depsos tahun 1988, Suku Anak Dalam berasal dari Kerajaan Jambi. Mereka sebenarnya seorang prajurit yang dikirim berperang melawan Kerajaan Tanjung Jabung.
Raja Pagar Ruyung mengirim pasukan yang telah menyanggupi akan menghabisi kerajaan yang menantang. Mereka bahkan berjanji tidak akan kembali sebelum selesai. Namun sayang, sebelum tiba di lokasi musuh mereka justru kehabisan makanan. Mereka terjebak di dalam hutan belantara yang sangat lebar. Para prajurit ini malu mau pulang karena sudah berjanji. Pun mau melanjutkan juga nanti kalah karena kondisi sedang buruk.
Akhirnya mereka memutuskan menetap di hutan untuk menyepi di hutan. Lambat laun mereka membuat kebudayaan sendiri hingga menjadi Suku Anak Dalam yang kita kenal sekarang.
2. Hutan Adalah Milik Suku
Suku Anak Dalam sebenarnya terbagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama adalah mereka yang lahir dan tinggal di hutan. Kedua adalah yang lahir di hutan lalu berbaur dengan desa terdekat. Terakhir adalah mereka yang lahir dan besar di desa penduduk. Bagi mereka yang tinggal di hutan, belantara hijau penuh pohon itu dianggap rumah. Seluruh hutan yang luas adalah kepunyaan suku yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan adat.
Konsepsi mengenai kepemilikan ini terjadi sejak puluhan hingga ratusan tahun lalu. Diturunkan dari generasi ke generasi. Hutan, bagi Suku Anak Dalam adalah tempat bermain, bekerja, membina rumah tangga hingga tempat meninggal dunia. Itulah mengapa mereka saat ini semakin tersisih. Illegal logging dan pembakaran hutan membuat mereka semakin susah mencari tempat tinggal. Banyak rumah-rumah mereka telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit yang hanya menguntungkan golongan tertentu.
3. Selalu Hidup Berpindah-pindah
Suku Anak Dalam tidak pernah menetap pada suatu bagian tempat di hutan. Mereka selalu berpindah-pindah sesuai dengan keadaan. Kebiasaan suka berpindah ini disebut dengan melangun. Mereka akan melakukan perpindahan jika terjadi pergantian musim. Artinya di daerah sekitar tempat tinggal tak ada lagi tanaman buah, dan bahan makanan. Mereka juga berpindah jika di daerah mereka sudah semakin susah mendapatkan hewan buruan.
Selain perkara hewan dan juga bahan makanan, mereka juga berpindah akibat kematian. Biasanya Suku Anak Dalam tidak mengubur siapa saja yang meninggal. Mereka membuat semacam bale-bale setinggi 1,5 m dan meletakkan jenazah di dalamnya. Setelah itu mereka berpindah sejauh 10 km. Mereka pun juga harus menunggu minimal 3 tahun jika ingin kembali ke tempat semula.
4. Berladang Untuk Bertahan Hidup
Seiring dengan berkembangnya waktu, hewan ternak dan juga buah di hutan kian menipis. Praktik illegal logging menjadi salah satu penyebab hal ini terjadi. Sumber penghasil pangan mereka musnah terbakar atau telah berubah menjadi kebun sawit. Mengetahui hal ini Suku Anak Dalam mau tidak mau harus bertahan hidup. Akhirnya mereka menerima ilmu yang diberikan oleh penduduk sekitar. Dari sinilah interaksi terjadi hingga sekarang.
Penduduk desa mengajari mereka bagaimana cara bertanam dan menggunakan alat. Ada pula yang mengajari anak-anak ilmu pengetahuan hingga saat ini ada yang bisa baca tulis. Tanpa melakukan ini suku anak dalam akan kian habis dilindas zaman yang semakin semerawut seperti sekarang.
5. Kepercayaan Masa Lalu yang Dipegang Hingga Sekarang
Suku Anak Dalam tidak memiliki keyakinan seperti agama umum di Indonesia. Mereka mempercayai sesuatu hal yang dianggap hebat dan berkuasa. Selain itu, Suku Anak Dalam juga juga percaya tentang empat unsur alam seperti air, tanah, api, dan angin. Seperti seorang avatar yang juga mempercayai empat elemen penting itu.
Suku Anak Dalam juga percaya jika orang yang telah meninggal rohnya akan langsung ke surga. Kembali tempat mereka berasal dan diterima Raja Nyawa. Itulah mengapa mereka memberikan penghormatan pada orang yang meninggal dunia. Dengan begitu roh tidak akan mengganggu yang hidup dan segera ke surga.
Itulah sekelumit hal yang bisa kita ketahui tentang Suku Anak Dalam. Meski hidup di hutan, mereka tetaplah saudara kita. Tetap warga negara Indonesia yang segala haknya harus diberikan. Dalam hal ini tidak merusak hutan yang menjadi tempat mereka hidup dan mempertahankan budayanya!