Ketika membicarakan sosok superhero atau para pahlawan fiktif berkemampuan di luar nalar manusia, rata-rata pikiran kita pasti langsung tertuju kepada tokoh-tokoh komik besutan dua penerbit paling terkemuka di muka bumi. Siapa lagi kalau bukan Marvel dan DC. Lewat kedua nama tersebut teciptalah para karakter superhero yang hingga kini kepopulerannya tetap berkibar di berbagai penjuru negeri. Sebut saja Superman, Iron Man, Hulk, Batman, dan masih banyak lagi tokoh komik favorit lainnya. Belum lagi kesuksesan adaptasi layar lebarnya yang semakin menancapkan nama mereka di hati para penggemarnya di seluruh dunia.
Tak mau kalah dengan pahlawan mancanegara, para seniman di Indonesia pun turut berlomba-lomba menciptakan karakter superhero asli anak bangsa. Lalu sudah berapa banyak sosok superhero yang diciptakan oleh tangan-tangan kreatif orang Indonesia? Banyak, banyak sekali.
Beberapa di antaranya bahkan sukses menghiasi layar kaca Indonesia selama bertahun-tahun. Pendekar buta dari goa hantu berkode 212, Wiro Sableng si sinto gendheng, yang belakangan diketahui bahwa penciptanya adalah ayahanda artis Vino G. Bastian. Panji manusia millenium, pahlawan tampan yang pada masanya diidolakan oleh berbagai kalangan terutama gadis remaja, tak terkecuali mamah muda. Serta pahlawan wanita sang pembela kebajikan, Saras 008.
Dan jika kita menilik jauh ke belakang sebelum pahlawan-pahlawan di atas dilahirkan, Indonesia sejatinya sudah punya beberapa sosok pembela kebenaran berkekuatan super. Misalnya adalah Sembrani (1974), Kapten Kilat (1973), Godam (1969), Gundala manusia petir (1969), dan pahlawan super pertama Indonesia sekaligus yang akan kita bahas kali ini, Sri Asih.
Awal Mula
Tokoh ini diciptakan pertama kali sekitar setengah abad yang lalu, yakni pada tahun 1953. Penciptanya tak lain dan tak bukan adalah R.A. Kosasih. Beliau ini juga diakui sebagai bapak komik Indonesia karena kepiawaiannya menulis cerita bergambar. Komik ini pertama kali diterbitkan oleh Melodie, sebuah penerbit asal Bandung, pada tahun 1954.
Sri Asih sebenarnya merupakan seorang gadis lugu bernama asli Nani Wijaya yang merupakan kepokanakan seorang pejabat. Ia baru akan berubah dan memperoleh kekuatan supernya ketika mengucapkan kata sakti “Dewi Asih.”
Penampilan Sri Asih
Meski terinspirasi dari superhero wanita asal Amerika Serikat, Wonder Woman, namun Sri Asih punya penampilan yang jauh berbeda dari karakter ciptaan William Moulton Maurston tersebut. Sri Asih adalah jawaban dari keinginan Bapak Kosasih untuk menciptakan karakter pahlawan yang tak hanya mampu mendidik lewat perilakunya yang sopan santun dan ramah, namun juga punya penampilan yang sesuai dengan budaya Indonesia.
Srikandi super ini menggunakan busana kain kebaya, lengkap dengan mahkota, kain sumping, dan selendang. Mengingatkan kita pada tokoh-tokoh dalam cerita pewayangan Indonesia.
Kekuatan super Sri Asih
Sri Asih merupakan pahlawan wanita yang digambarkan punya kemampuan luar biasa. Beberapa kemampuan yang sering ia demonstrasikan ketika sedang berhadapan dengan kawanan penjahat adalah kemampuan terbang, tenaganya kuat, kebal terhadap peluru, serta mampu menggandakan diri. Musuh bebuyutannya sendiri adalah serigala hitam dan geng gerombolan kawa-kawa.
Sri Asih bukan hanya merupakan komik superhero pertama di Indonesia. Ia juga merupakan superhero Indonesia yang kisahnya pertama kali diangkat ke layar lebar, tepatnya pada tahun 1954.
Serial Sri Asih
Beberapa serial komik Sri Asih yang pernah diterbitkan di antaranya adalah:
- Sri Asih, RA Kosasih, (Melodie, 1954)
- Sri Asih di Singapura, RA Kosasih
- Sri Asih di Surabaja, RA Kosasih
- Sri Asih vs Mata Seribu, RA Kosasih, (Melodie, 1970), diterbitkan ulang tahun 1979.
- Sri Asih di Macao, RA Kosasih, (Djaja Makmur)
- Sri Asih vs Komplotan Kawa-Kawa
- Sri Asih vs Gerombolan
- Sri Asih vs. Bajak Laut
- Sri Asih tertangkap
Sudah jadi kewajiban kita, generasi penerus, untuk terus mengapresiasi dan melestarikan karya-karya para pendahulu kita. Meski superhero Indonesia saat ini masih kalah jauh dengan kecanggihan superhero luar negeri, namun setidaknya mereka mampu mencerminkan kearifan lokal dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan.