Umumnya, orang-orang yang menamai diri mereka sebagai demonstran adalah mereka yang menuntut keadilan, karena merasa haknya belum dipenuhi oleh pemerintah. Ketika berdemonstrasi dan turun ke jalan, bukan saja tentang orasi menyuarakan pendapat, tetapi juga didukung oleh berbagai embel-embel perintilan yang dibawa.
Mulai dari spanduk, pakaian yang dikenakan, hingga mungkin ada pertunjukan teater yang memperkuat aksi protes tersebut. Uniknya, spanduk yang dibawa enggak melulu ngegas, ada juga yang berisi tulisan santai bahkan tergolong kocak. Seperti beberapa yang sempat Boombastis.com rangkum di bawah ini.
Wah, jelas dong. Bisa-bisa setelah pilpres kemarin doi udah enggak ada niatan buat selfie lagi..
Dengerin tuh apa kata mbak-nya, bukan buat GOLONGAN KAMU saja ya
Kalau Bu Susi sudah berbicara enggak main-main nih
Siapa juga yang nyuruh kalian manjat di situ, Maliiihhhhhh ?
Jangan lagi nyalahin korban yang bajunya kebuka-lah, seksi-lah, kontrol otak masing-masing..
Adududuudu, ini mah dari hati banget nulisnya…
Solusinya cuma satu mbak: Jadilah Bos! hehe
Bagaimana netiyjen, apakah sepakat??? Saya sih yes,
Kalau BBM mahal Dilan lama-lama jalan kaki, terus Milea siapa yang jemput dong?
Udah, jomblo gausah mikir aneh-aneh, khusus yang sudah punya pasangan aja nih..
Tambah menderita lagi kalau udah sakit hati, eh ditambah kena polusi..
Dari kami, pekerja gaji rendah kerja dobel yang hanya bisa minum kopi sachet…
Dari 12 spanduk demo di atas, kita bisa belajar kalau mengkritisi itu tidak selalu dengan kata-kata ngegas. Dengan ungkapan lucu-lucuan itu, ada banyak hal yang bisa disampaikan kepada para pemangku kekuasaan. Setidaknya kita sudah menyuarakan apa yang ingin disampaikan, urusan dikabulkan atau tidaknya, masih ada demo mendatang. hehe.