Bagi sebagian besar murid-murid di sekolah, merupakan hal yang wajar untuk menghormati para guru. Biasanya, jika ada pejabat tinggi yang datang, mereka juga dikumpulkan di satu ruangan untuk menyambut mereka. Kali ini, kondisinya berbeda. Seseorang yang berada di tengah kumpulan murid-murid SMP ini bukan seorang guru dan juga pejabat tinggi.
Tidak biasa terjadi hal-hal semacam ini. Seorang yang bisa dibilang bukan orang nomor satu menuai atensi besar dari para murid, hingga ada yang menciumi tangannya. Ternyata, sosok perempuan ini merupakan tukang sapu di sekolah mereka. Namun, bagaimana bisa ia dihormati hingga sebegitu besarnya? Simak kisahnya dalam ulasan berikut ini.
Diperlakukan Istimewa oleh Seisi Sekolah
Pada hari itu, tampaknya seluruh isi sekolah Ubon Ratchathani, Thailand sedang menggelar sebuah seremoni. Seorang wanita paruh baya tampak duduk di sebuah kursi menghadap beratus-ratus siswa, yang lainnya tampak duduk lesehan di lantai. Tampak di sebelah wanita tersebut dua orang sedang berdiri.
Seremoni tersebut berlangsung dengan khidmat. Rupanya hal tersebut merupakan momen yang sangat menyentuh sampai-sampai wanita tersebut menangis tersedu-sedu. Beberapa orang ada pula yang tampak sama, yang lainnya berusaha menahan diri.
Seorang Tukang Sapu yang Disayangi
Wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi itu ternyata seorang buruh sapu di sekolah tersebut. Ia biasa dipanggil Auntie Dang. Dirinya memang sudah bekerja bertahun-tahun di Ubon Ratchathani sehingga bagi para murid dan guru, ia sudah seperti keluarga.
Ketika diberi perlakuan spesial hingga digelarkan seremoni, banyak pihak yang tak kuasa menahan tangis. Termasuk para guru yang juga memberi hadiah perpisahan bagi Auntie Dang. Salah satu perwakilan murid menyampaikan aspirasinya, “kami berterima kasih, engkau tak hanya mengurusi sekolah ini, tapi juga kami semua,” yang lalu membuat tangis Auntie Dang pecah.
Alasah Auntie Dang Meninggalkan Sekolah
Rupanya seremoni tersebut merupakan momen perpisahan yang digelar untuk Auntie Dang. Ia telah mengundurkan diri dari Ubon Ratchathani karena mengidap penyakit kanker. Ia juga mengaku kondisinya sudah tak seprima dahulu kala sehingga memilih berhenti dari pekerjaannya saja daripada merepotkan banyak orang.
Semua murid mendekapkan tangannya seperti ketika akan berdoa. Hal tersebut merupakan hal umum ketika menghormati keberadaan seseorang. “Kini engkau harus beristirahat karena kesehatan. Tolong maafkan segala perilaku kami, yang sering membuat kelas kotor,” kata salah satu perwakilan siswa kepada Auntie Dang.
Ucapan Auntie Dang yang Mengiris Hati
Sebagai wanita biasa, Auntie Dang sungguh tersanjung dengan apa yang telah dilakukan seisi sekolah kepadanya. “Aku ini hanya tukang sapu. Kalian tak perlu melakukan ini. Tak ada yang pernah melakukan ini padaku. Terima kasih semuanya,” ucapnya sambil terisak-isak.
Mendengarkan ucapan Auntie Dang, para murid yang sedari tadi menahan tangisnya sudah tak kuasa. Keberadaan wanita tukang sapu ini memang terkenang bagi semua pihak sekolah. Tak ayal jika pada akhirnya mereka sangat merasa kehilangan.
Meski hanya sebagian kecil dari sebuah sekolah, tampaknya Auntie Dang memiliki tempat tersendiri bagi semua penghuni Ubon Ratchathani. Perpisahan mereka sangat mengharu biru. Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah hargai dan sayangi sosok sekecil apapun di hidup kita sebelum terlambat, daripada nantinya menyesal?