Sulawesi sedang berduka, pasalnya pulau ini baru saja digoyang gempa berkekuatan 7,4 SR dengan tsunami setinggi 4 meter. Jangan ditanyakan lagi berapa korban jiwa, ada ratusan mayat bergelimpangan, rumah-rumah terseret air, serta bangunan serta kendaraan yang rusak parah.
Nah, dari kejadian tersebut ada satu peristiwa yang menggugah hati kita semua. Seorang petugas bandara melakukan aksi heroiknya untuk selamatkan banyak nyawa, walau pada akhirnya ia sendiri tak selamat. Bukan hanya satu orang loh yang pernah melakukan ini, beberapa sosok di bawah ini layak menjadi pahlawan di tengah bencana mematikan yang terjadi.
Anthonius Gunawan Agung, pahlawan di tengah gempa Donggala
Nama Anthonius Gunawan Agung banyak dibicarakan oleh netizen sesaat setelah gempa yang mengguncang Donggala. Ya, Anthonius merupakan petugas air traffic control (ATC) Airnav Indonesia. Ketika bencana tersebut terjadi, pria 22 tahun ini sedang mengarahkan pesawat Batik Air ID 6231 untuk terbang dari Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, Palu, menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan. Menurut pengakuan pilot Batik Air (Capt. Ricosetta Mafella), ia sempat merasakan getaran, namun tak menyadari bahwa ada gempa.
“Batik 6231 runway 33 clear for take off,” Kalimat pendek ini diucapkan oleh Anthonius dan menjadi penyelamat bagi banyak jiwa. Setelah memastikan pesawat take-off dengan selamat, Anthonius berusaha menyelamatkan diri. Sayang, lantai 4 tower tersebut ambruk, usaha melompat Anthonius pun tak berhasil, ia mengalami patah tulang parah dan akhirnya meninggal dunia –walaupun sempat dibawa ke rumah sakit. Atas jasanya tersebut, Anthonius mendapat penghargaan dengan kenaikan jabatan dua tingkat serta bentuk apresiasi. RIP Anthonius, you are a hero!
Subandi, komandan Damkar yang tewas karena selamatkan timnya
Menjadi pemadam kebakaran sama saja seperti sudah menantang maut. Orang yang bekerja berjibaku dengan si jago merah ini memang bisa kapan saja terenggut namanya. Peristiwa heroik ini terjadi pada tahun 2005 lalu. Subandi, komandan pemadam kebakaran Jakarta Selatan ini tewas dalam tugasnya. Ketika itu, ia sedang bertugas di sebuah gedung di Blok M. Melihat timnya yang terjebak di dalam gedung, Subandi ikut masuk. Tapi, kobaran api karena kehilangan arah untuk keluar dari TKP. Selang yang dibawa Subandi terputus dan akhirnya dia tidak bisa keluar.
Dilansir dari merdeka.com, ia sudah melempar topi sebagai isyarat bahwa dirinya butuh pertolongan, namun tiba-tiba api meledak dan kena badannya sehingga menyebabkan ia tewas. Sebagai atasan, Subandi menjadi motivasi tersendiri untuk membangkitkan semangat anak buahnya dalam menjalankan tugas.
Riyanto, pemeluk bom demi lancarnya misa natal
Meskipun sudah belasan tahun berlalu, kisah Riyanto terus menjadi kenangan. Ia adalah pahlawan pendekap bom yang meledak di Gereja Eben Haezer Mojokerto pada perayaan natal tahun 2000. Riyanto ketika itu sedang menjalankan tugasnya sebagai banser NU dalam mengamankan gereja ketika kegiatan ibadat sedang berlangsung. Ketika sedang memeriksa, ia menemukan ada bungkusan plastik hitam di bawah salah satu bangku gereja. Mendapati bahwa yang ia pegang adalah bahan peledak, Riyanto cepat membawanya dengan maksud dimasukkan ke dalam parit.
Sementara itu, aparat kepolisian yang ikut memeriksa memerintahkan semua orang agar mundur dan tiarap. Nasib sial menimpa pemuda tersebut karena bom keburu meledak dalam dekapannya. Tubuhnya hancur dan ditemukan berserakan sekitar 100 meter dari lokasi ledakan. Hingga sekarang, nama Riyanto selalu menjadi kenangan buruk tersendiri terkait peristiwa suram perayaan natal di 2000.
Aloysius Bayu Rendra Wardhana, hadang pelaku bom bunuh diri Surabaya
Masih ingat tragedi menyedihkan tiga bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu bukan? Nah, salah satu nama yang layak disebut real hero adalah Aloysius Bayu Rendra Wardhana. Bayu yang merupakan Koordinator Relawan Keamanan Gereja Santa Maria Tak Bercela ketika itu berusaha menghadang pelaku pembawa bom yang mengendarai motor. Karena urung masuk ke gereja, pelaku meledakkan diri yang pada akhirnya membuat Bayu juga tewas bersama mereka.
Karena pengorbanan inilah, semua jamaah yang seharusnya tewas di dalam gereja menjadi selamat. Aksi Bayu mendapat pujian dari banyak kalangan. Semua berbelasungkawa, turut merasakan kehilangan yang dialami keluarga, apalagi Bayu meninggalkan istri dan dua anaknya yang masih kecil. God Bless You, Mas Bayu!
Ya, begitulah mereka yang menjadi pahlawan dalam beber peristiwa besar yang seharusnya meregang banyak nyawa. Jasa orang seperti mereka membuat kita sadar bahwa masih banyak orang baik di negeri ini. Seperti kata pepatah “Jika tidak bisa menemukan orang baik, maka jadilah salah satu di antaranya”.