Jagad dunia maya dihebohkan dengan kabar seorang mahasiswa Institut Teknologi Surabaya (ITS) yang mengerjakan skripsi 3.045 halaman dalam waktu 3 minggu saja. Muharom Gani Irwanda namanya. Ia sendiri tidak menyangka bisa menyelesaikan skripsi tersebut bisa setebal itu.
Sebelumnya, ada nama Lisa Stefanny yang terdaftar sebagai alumnus Universitas Surabaya (UBAYA) dengan skripsi setebal 1150 halaman dan selesai dalam waktu yang juga relative singkat, 1,5 bulan saja. Di saat mahasiswa lain tak selesai-selesai skripsinya, susah menemui dosen pembimbing, mereka dengan mudahnya tidak menyadari bisa membuat masterpiece setebal itu. Mewakili para netizen, inilah pertanyaan yang layak diajukan kepada si doyan nggarap skripsi tebal.
Apa motivasinya kok bisa menyelesaikan tugas ribuan lembar?
Kepo enggak sih kamu, kok bisa ya si A mengerjakan skripsi hingga ribuan halaman? Kok bisa ya si B dapat nilai bagus dari skripsi yang sekian ribu halaman? Pasti banyak netizen yang penasaran dengan motivasi di balik pengerjaan skripsi ini. Seperti kisah Lisa Stefanny, mahasiswa UBAYA yang sebelumnya punya skripsi lebih dari 1000 lembar juga, alih-alih mabok, ia malah sangat enjoy dan senang saat menyelesaikan skripsinya.
Begitupun Gani, ia malah tak pernah menyangka kalau skripsi berjudul “Penjadwalan Waktu Pelaksanaan dan Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan Proyek Pembangunan Denver Apartment, Kompleks Citraland CBD-Kota Surabaya” itu bisa begitu banyak. Ia baru sadar saat sepupunya menghitung jumlah keseluruhan tugas akhir tersebut. Jadi, apa motivasinya? Jawabannya, mereka hanya suka mengerjakan apa yang mereka cintai, tak lebih.
Apakah tidak capek? Tidurnya bagaimana?
Mahasiswa akhir yang sedang disibukkan dengan skripsi pasti harus rela tidur lebih sedikit daripada adik-adik yang masih berstatus maba. Ya, karena setiap malam harus begadang memikirkan ide dan kalimat yang harus dituangkan agar si skripsi mudah dibaca.
Tapi, tampaknya itu tidak berlaku untuk Lisa dan Gani, buktinya tugas dengan jumlah ribuan lembar selesai dalam waktu kurang dari dua bulan saja. Kalau sudah mengerjakan dengan sepenuh hati, dikerjakan setiap hari (tanpa ngeluh), jangankan ribuan lembar, puluhan ribu lembar pun bisa selesai. Syaratnya sih cuma satu, telaten.
Bagaimana tanggapan dosen pembimbing dengan tugas setebal itu?
Selain malas, kesusahan menulis apa yang ingin ditulis, kendala lain dari skripsi adalah dosen pembimbing yang kadang tidak bisa diajak berkompromi. Kadang lebih sering berada di luar negeri, inginnya hasil karya perfectionist, hingga si mahasiswa stress dan memilih untuk meninggalkan skripsi mereka. Berbeda kasus dengan Lisa dan Gani ini sepertinya.
Gani dikenal sebagai mahasiswa yang cukup berprestasi, ia bahkan mengusulkan untuk mengerjakan metode konstruksi untuk gedung 37 lantai, sebelum akhirnya disarankan mengerjakan 11 lantai oleh dosmpenya. Dari sini kita tentu sudah melihat kalau ia merupakan mahasiswa yang benar-benar niat mengerjakan dan berani mempresentasikan hasil karyanya. Bahkan merasa tertantang untuk mengerjakan project yang lebih susah. Si dosen pembimbing juga pastinya terbantu oleh mahasiswa, enggak harus memeriksa lembar per lembar untuk memastikan bimbingannya bekerja dengan baik, kan?
BACA JUGA: Viral Mahasiswi Bikin Skripsi Hingga 1000 Halaman Lebih Hanya dalam Waktu 1,5 Bulan Saja
Semua orang bisa lulus dalam waktu cepat kok, tinggal mau atau tidaknya berusaha dengan keras. Tapi, kembali lagi, mereka yang lulus dengan cepat pun belum tentu adalah yang terbaik. Sukses atau tidaknya mahasiswa memang tak bisa diukur dari ketebalan skripsi, tapi skripsi bisa mencerminkan bahwa si pembuatnya sudah mengusahakan kerja keras terbaik.