Tak perlu dijabarkan secara definitif, mendengar kata perbudakan saja pikiran kita sudah dipenuhi dengan imajinasi-imajinasi mengerikan. Mulai gambaran manusia yang disiksa, disamakan dengan binatang, sampai perlakuan-perlakuan buruk dan ngeri lainnya. Perbudakan adalah hal jahat dan keji, sampai kapan pun hal itu takkan berubah. Tapi, segala hal itu selalu punya sisi lain. Termasuk perbudakan yang nyatanya tak melulu selalu menampilkan potret ngeri atau stigma yang ternyata tak seratus persen benar mutlak.
Sejarah mencatat jika perbudakan ternyata punya sisi lain yang tak pernah kita ketahui. Entah itu tentang perlakuan buruk kepada para budak atau mungkin anggapan kaum-kaum tertentu yang selalu difigurkan sebagai budak atau tuan. Ternyata tak selalu seperti ini.
Lalu seperti apa sisi lain dari perbudakan tersebut? Ketahui jawabannya lewat ulasan menarik berikut.
1. Romawi Kuno Punya Perayaan Khusus Untuk Budak
Perbudakan di masa lalu bisa dibilang lebih ngeri daripada di era modern. Dulu, budak benar-benar sama seperti barang di mana ia bisa diperlakukan seperti apa pun. Beda dengan masa-masa modern di mana budak bisa lebih diapresiasi. Meskipun perbudakan di masa kuno sangat buruk, ternyata tak semua seperti itu. Romawi Kuno misalnya, mereka nyatanya juga sangat mengapresiasi para budak.
Tak hanya dihormati, para budak di kerajaan ini dimuliakan dengan dibuatkan semacam perayaan khusus. Namanya adalah Saturnalia di mana acara ini dilakukan dengan cara menukar posisi antara budak dan majikan. Jadi, dalam selang beberapa hari, para budak gantian yang akan dilayani oleh tuannya. Romawi kuno mungkin jadi satu-satunya kerajaan kuno yang memperlakukan budak seperti ini.
2. Ketika Orang Kulit Hitam Menjadi Tuan dari Budak
Budak selalu diasosiasikan dengan orang-orang kulit hitam. Hal ini tak salah memang karena sejarah menuliskan seperti itu. Termasuk di Amerika di mana para budak adalah orang-orang kulit hitam Afrika, sedangkan para majikan adalah orang-orang kulit putih. Namun, meskipun orang kulit putih seringkali diasosiasikan sebagai tuan, nyatanya mereka bukanlah yang pertama melakukan itu.
Ya, siapa sangka jika pemilik budak paling pertama di Amerika justru seorang pria berkulit hitam. Pria ini bernama Anthony Johnson yang diketahui memang jadi orang pertama yang memiliki budak di tanah Paman Sam. Hal ini pun jadi semacam kontradiktif dengan stigma yang sudah kadung beredar. Tapi, terlepas dari itu, ini jadi bukti jika orang kulit hitam lebih lebih punya capaian, meskipun dalam hal ini bukan untuk sesuatu yang patut dibanggakan.
3. Orang Eropa Pernah Dijual Sebagai Budak
Kita seringnya membayangkan sosok budak adalah mereka yang berkulit hitam serta berasal dari Afrika. Tentu ini adalah hal yang salah karena budak ternyata tak selalu seperti ini. Orang-orang Eropa yang terhormat serta sering digambarkan sebagai sosok majikan, ternyata juga pernah mengalami masa tidak enaknya perbudakan.
Ya, antara tahun 1530 sampai 1780, tercatat sebanyak sejuta orang Eropa dijual sebagai budak. Mereka dijual untuk bekerja atau pun dimiliki oleh orang-orang kaya. Ada yang mengatakan jika para budak Eropa berkulit putih ini dijual ke Afrika untuk melayani tuan-tuannya yang kemungkinan salah satunya adalah orang berkulit hitam.
4. Romawi Tidak Berani Kasar Terhadap Budaknya
Memperlakukan budak secara manusiawi bisa dibilang adalah hal yang konyol untuk dilakukan di masa lalu. Pasalnya, orang-orang zaman dulu selalu berpendapat jika budak memang layak diperlakukan seperti itu. Namun, lagi-lagi tak semua kerajaan di masa lalu seperti itu. Romawi contohnya, mereka ternyata sangat menghormati para budaknya.
Menurut catatan sejarah, orang-orang Romawi tak pernah kasar kepada budaknya. Alih-alih disiksa dan semacamnya, para budak orang Romawi diperlakukan sangat hormat. Mereka diberi tunjangan dan juga bonus. Bahkan agar bisa melakukan pekerjaan dengan lebih baik, para budak juga dilatih dan juga dimotivasi. Bukan seperti budak, ini justru sama seperti para pekerja hari ini.
Inilah fakta-fakta tentang perbudakan yang selama ini jarang diketahui banyak orang. Siapa yang tahu jika ternyata Romawi punya perayaan budak, atau mungkin tentang orang-orang Eropa yang ternyata juga pernah jadi budak orang-orang Afrika. Meskipun demikian, tetap saja perbudakan adalah hal yang buruk dan sebisa mungkin tak terjadi lagi. Meskipun faktanya pada hari ini di beberapa negara masih sangat lazim ditemukan budak-budak.