Tragedi Bintaro, rasanya masih pahit dan sedih sekali mengenang kecelakaan kereta api ini. Tragedi Bintaro adalah tragedy paling dahsyat dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Hingga sekarang, kisah masinis yang ketika itu bertugas masih membuat mata kita basah. Namanya Slamet Suradio, mengenai penyebab kecelakaan bisa kalian semua baca di part 1, di sini.
Pak Slamet ini sudah bekerja di Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) atau sekarang berganti nama menjadi Perusahaan Kereta Api Indonesia (PT KAI) yang merupakan perusahaan BUMN. Pak Slamet sendiri sudah bekerja dari sekitar tahun 1962. Jadi, saat kecelakaan tersebut terjadi dirinya bukanlah orang yang baru bisa membawa kereta api. Hanya saja, nasib saat itu tak berpihak padanya.
Dalam ulasan kali ini, Boombastis.com akan melanjutkan cerita dari part 1 yang belum selesai. Simak sampai habis ya, agar tak ada lagi salah paham dan kisah yang terpotong-potong.
Hal mengerikan yang dialami oleh Slamet Suradio pasca kecelakaan
Setelah dibawa ke rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Slamet sendiri dirawat selama kurang lebih 3 bulan. Ada banyak sekali hal yang ia alami selama masa rawat tersebut. Sesuai dengan wawancara kanal YouTube Prasetya Atyanto, Pak Slamet didatangi oleh polisi yang menurut dirinya mengaku bahwa kereta yang ia jalankan tersebut berangkat atas dasar kehendaknya sendiri.
Padahal, faktanya, Slamet berangkat atas perintah dari PTKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) Sudimara, bahkan dirinya sudah mendapat PTP. Slamet bahkan sempat ditodong pistol, kaca rumah sakit diancam untuk dipecahkan, Slamet juga diancam akan diculik ketika itu. Dari penjelasan Pak Slamet, karena menelan banyak korban, kasus ini butuh kambing hitam untuk menanggung semua kemarahan orang-orang yang kehilangan keluarga mereka. Setelah di pengadilan pun, Slamet dilarang menggunakan pengacara luar.
Masuk penjara dan dibebaskan oleh Presiden Soeharto
Ketika vonis hukum sudah dijatuhkan kepadanya. Slamet awalnya dijatuhkan hukuman 5 tahun penjara. Namun, ia mendapat keringanan dan hanya dipenjara selama 3,6 tahun kurang lebih. Slamet sendiri dibebaskan oleh Presiden Soeharto ketika itu. Selain Slamet, ada dua orang lagi yang juga dijebloskan ke dalam penjara, yaitu Adung Syafei sang Kondektur yang dihukum dua tahun, dan terakhir adalah Umrihadi sang Kepala Stasiun Kebayoran Lama yang dihukum 10 bulan.
Bebas pada tahun 1991, Slamet masih sempat kembali ke tempat kerjanya. Hanya saja, ketika itu ia masih bekerja, hanya saja tak lagi sebagai masinis. Namun, tak berselang lama, Slamet ternyata mendapatkan surat pemecatan sebagai masinis. Yang menyedikan lagi, dirinya tak mendapatkan uang pensiun dari hampir 32 tahun mengabdi di perusahaan perkeretaapian tersebut.
Memulai hidup baru dengan orang baru pula
Nampaknya tragedy bintaro tak hanya menamatkan kariernya sebagai seorang masinis saja, tetapi juga sebagai seorang suami. Ketika ia berada di penjara, istrinya mengajukan gugatan cerai. Setelah keluar pun, ternyata sang istri sudah direbut oleh temannya sendiri. Akhirnya, dengan rasa frustasi, Slamet pulang ke kampung halamannya. Di sinilah ia bertemu dan menikah dengan orang baru.
Hingga kini, Slamet dikaruniai tiga orang anak dari pernikahan keduanya. Kalau dari ceritanya di kanal YouTube Prasetya Atyanto, anaknya bekerja di Jakarta dan jarang pulang. Di usia yang sudah senja, Slamet tak hidup layak, ia hanya mengandalkan hasil penjualan rokok untuk makan. Satu hal yang sangat ingin sekali ia peroleh adalah uang pensiunannya yang tak pernah dikeluarkan oleh negara.
Mendapat bantuan dari para warganet
Dalam liputan bersama Kisah Tanah Jawa, Om Hao dan kawan-kawannya menggalang dana melalui website kitabisa.com untuk membantu Mbah Slamet. Dari sana, yang awalnya hanya ditargetkan 10 juta Rupiah, beruntung uang yang terkumpul sangat banyak, yaitu Rp 175.217.477, dari ratusan orang dermawan. Nah, uang tersebut akan diberikan kepada Mbah Slamet untuk ia meneruskan usahanya.
Kalau mau dibandingkan dengan uang pensiun yang harus ia terima, mungkin memang tidak sepadan ya, soalnya juga disertai dengan kekecewaan Mbah Slamet kepada pemerintah. Di hari ini pula, tepat 32 tahun lalu tragedy bintaro terjadi. Tim Kisah Tanah Jawa menyerahkan uang tersebut, sekaligus mengajak Mbah Slamet ke lokasi kejadian.
Hallo, Javanica!
Sore ini kami kembali berkunjung ke rumah Pak Slamet untuk menginformasikan amanah dari para donatur bersama perwakilan Javanica Purworejo yaitu @n.septi_309 dan @amy.wibawanti (akun IG) pic.twitter.com/JjoCBT1J6E— Kisah Tanah Jawa (@kisahtanahjawa) October 19, 2019
BACA JUGA: Mengais Sisa Tangis: Sisi Lain Tragedi Bintaro oleh Masinis Kereta, Mbah Slamet
Tragedi ini terjadi bukan karena kesalahan masinis semata ya, gais –yang memang tidak bisa mengelak dari kecelakaan maut itu. Tetapi juga pihak-pihak yang terkait dan mengatur jalannya kereta ketika itu. Semoga ya Mbah Slamet terus diberikan kesehatan dan tetap semangat menjalani kehidupan usia tuanya. Semangat terus Mbah~