Singapura memang dikenal sebagai negara yang gesit akan kemajuannya. Jadi salah satu pusat perdagangan dan industri maju, membuat negara ini makin dikenal dunia. Jadi wajar kalau banyak orang datang ke sana bukan untuk melihat alamnya, namun ingin mempelajari penduduk dan teknik ekonominya yang sangat maju.
Itu adalah Singapura yang sekarang, dulu negara ini sangat tertinggal loh. Bahkan jauh deh kalau dibanding Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Sudah tertinggal, didepak lagi oleh negara-negara induknya yang makin membuat Singapura menderita. Tapi, kini ia menjadi singa yang mengaum meski negaranya super kecil. Yuk kenalan dengan Singapura zaman dulu di artikel di bawah ini.
Dulunya dikuasai oleh orang-orang Indonesia
Kita tidak berbicara mengenai kerajaan-kerajaan zaman dulu, namun lebih pada keturunan yang paling banyak mengusai sektor-sektor di sana. Dilansir dari laman Merdeka, tadinya penduduk dari Melayu (Indonesia-Malaysia) ada kurang lebih 90% dari total populasi di sana. Hal ini berarti hampir semua sektor yang dikuasai oleh orang-orang Melayu. Sedangkan sisanya, berasal dari orang Tionghoa dan imigran-imigran lainnya.
Namun ketika negara kecil ini dikuasai Inggris, jumlah imigran yang datang ke sana jadi semakin banyak. Tahun 1937, jumlah mayoritas di sana adalah keturunan Tionghoa sebesar 85 persen, sisanya adalah orang Keling-Hindu dan Melayu. Ya, masyarakat Indonesia dan Malaysia harus tersingkir karena adanya gelombang imigran yang tak terbendung.
Didepak dari Malaysia karena rawan konflik
Jika Singapura saat ini jadi rebutan karena kemajuannya, berbeda dengan yang dulu. Dilansir dari laman Tirto, awal kemedekaan negara ini adalah melalui penjegalan. Ya, Singapura yang awalnya bergabung dengan faderasi Malaysia didepak oleh negara induknya.
Hal itu karena adanya konflik tak tertahankan antara penduduk Melayu dan keturunan Tionghoa di sana. Alhasil negara kecil ini mendapatkan kemerdekaan yang tidak mereka inginkan. Hal ini tentunya jadi tantangan yang sangat besar, pasalnya menjadi sebuah bagian negara saja banyak problem yang belum dapat diselesaikan apalagi menjadi sebuah negara.
Kemiskinan di awal kemerdekaan yang lumayan parah
Mendapatkan kemerdekaan yang tidak diinginkan tentunya jadi sebuah sumber banyak problematika. Salah satunya adalah masalah kemiskinan yang harus dihadapi. Dilansir dari lama Merdeka, pada masa itu 65% penduduk Singapura berada di bawah garis kemiskinan.
Belum lagi banyak fasilitas pelabuhan yang bobrok setelah sempat dijajah oleh Jepang. Bayangkan saja, banyak keturunan Tionghoa, Bengal dan Melayu harus tinggal berdusun dalam ruangan yang sempit. Bisa dibilang kalau Indonesia pada masa itu jauh lebih kaya ketimbang Singapura. Mau tak mau, negara ini harus bangkit dari keterpurukannya, salah satunya dengan memilih pemimpin yang dapat membuka jalan membawa Singapura yang maju.
Lee Kuan Yew jadi penyelamat negeri tertinggal
Sosok pemimpin Singapura ini bisa dibilang memiliki gaya keras dalam membuat negaranya maju kembali. Misalnya saja, melakukan pembatasan jumlah anak, mewajibkan penduduknya menabung hingga sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar. Lee Kuan Yew seolah memaksa pada penduduknya untuk maju dan bangkit dari kemiskinan.
Kepemimpinan keras tersebut ternyata lumayan efektif membuat negara ini mengubah nasib. Bayangkan saja, Singapura sempat menjadi salah satu negara dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia. Tidak ada yang mengira, kalau negara yang dulu disia-siakan ternyata bisa lebih maju ketimbang negeara induknya dulu, Malaysia. Hal itu tidak terlepas dari kerjasama antara pemimpin dan rakyatnya.
BACA JUGA: Sebelum Jadi Sultan Minyak, Beginilah Keadaan Dubai yang Tak Jauh Beda dari Daerah Miskin Lainnya
Singapura mungkin bisa menjadi contoh yang baik bagin Indonesia. Bagimana tidak, pasalnya kita mengelami masalah yang sama, yaitu memberantas kemiskinan di negeri. Jika memang Singapura bisa menyelesaikannya tak menutup kemungkinan Indonesia bisa menyusul.