Setiap hari scrolling di berbagai sosial media, pasti akan selalu ada yang mengeluh tentang macet. Nggak di Jakarta, di Surabaya, atau di kota lainnya, sepertinya macet itu sudah menjadi kejadian yang sering banget terjadi. Nggak cuma timeline sosial media, sekarang kalau browsing di internet iseng yang dicari adalah tips mengatasi macet, tips mengatasi stres atau rasa bosan di kala terjebak macet, dan sejenisnya.
Kalau ditanya soal siapa yang salah, seperti biasa, saling tunjuk ke sana kemari. Lagi pula kenapa harus merasa bersalah kalau bisa menyalahkan pemerintah. Kan sudah menjadi tugasnya pemerintah untuk membuat jalan raya yang lancar tanpa kemacetan?
Jangan harap masalah kemacetan bisa selesai kalau masyarakatnya masih saja berpikir dengan cara seperti itu. Bisa dibilang masalah kemacetan ini menjadi tugas pemerintah, tapi penduduknya juga harus ikut terlibat dalam membereskan masalah ini. Bukan sekedar menyerahkan semua kepada yang bertugas tanpa mau tahu apa sebenarnya penyebab kemacetan parah terjadi.
Sekarang ini semua orang inginnya cepat dan nyaman. Yang penting kebutuhan pribadi terpenuhi. Akhirnya segera beli kendaraan pribadi sendiri. Wajar saja, karena semua orang juga ingin merasakan kenyamanan di jalan raya. Tapi ya jangan ngomel kalau jalan raya jadi semakin padat dan macet karena ternyata ada ribuan orang di Indonesia yang berpikiran sama. Ingin nyaman, jadi beli mobil sendiri-sendiri, dan akhirnya jalan raya penuh sesak dengan kendaraan pribadi.
Mau pergi ke mini market di ujung jalan atau sekedar jalan beberapa meter tapi takut kepanasan dan takut capek. Akhirnya ambil kunci mobil, nyalain AC, berangket ke mini market yang cuma jarak beberapa meter. Ya kalau berangkatnya memang bukan waktu jam sibuk sih kemungkinan nggak akan jadi masalah karena jalan sedang lengang. Tapi kalau pas jam sibuk dan waktu macet-macetnya, jangan ngomel “duh, kok makin macet aja sih jalan di sini!” Karena situ juga yang berkontribusi nambah kemacetan.
Tidak terima dengan kebijakan tertentu, atau kegiatan tertentu, lalu bikin demo. Tujuannya agar suaranya didengar pemerintah. Nah, yang demo apa sudah mendengarkan suara orang-orang yang terburu-buru mau ke kantor, berangkat sekolah, atau bahkan mau ke rumah sakit? Demonstrasi itu sah-sah saja, tapi ya ada peraturan, etika, dan tata tertibnya.
Kendaraan umum sebenarnya sudah tersedia, tapi memang masih banyak yang tidak memenuhi standard kenyamanan. Tapi kalau pemerintah sudah menyiapkan kendaraan umum yang lebih nyaman seperti bus atau KRL, penumpang juga harus ikut menjaga. Jangan dengan seenaknya merusak fasilitas umum. Nanti kalau angkutan umum nggak nyaman, pemerintah lagi yang disalahkan.
Masalah kemacetan itu bukan cuma urusan pemerintah, tapi juga semua masyarakat pengguna jalan. Kalau pemerintah sudah bikin fasilitas dan peraturan tapi masyarakatnya yang nggak patuh ya percuma saja. Jangan lantas seenaknya saja protes bilang pemerintah nggak becus mengatasi kemacetan.
Intinya, semua itu berasal dari niat dan kemauan semua orang untuk berubah. Kalau masih saja mencari alasan untuk menolak berubah ya alasan itu akan selalu ada. Sekarang pertanyaannya, apakah kita mau mengorbankan kenyamanan pribadi untuk kenyamanan bersama?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…