Penikmat film Indonesia atau lebih sering disapa dengan moviegoers, dihebohkan dengan film horor yang sedang berada di puncak chart bulan ini. Film “Pengabdi Setan”-lah yang menjadi pusat kehebohan para penggemar film Indonesia. Pasalnya, film tersebut merupakan daur ulang dari karya aslinya pada tahun 1980. Di masanya, film ini merupakan film terhoror yang pernah ada. Merunut komentar dari para moviegoers yang sudah menikmati kesan horor dalam film Pengabdi Setan (2017), ternyata film ini nggak kalah serem dari versi aslinya!
Sebagai warga Indonesia yang cinta karya tanah air, kita patut berterima kasih kepada sosok yang berhasil membuat film bergenre horor ini menjadi “horor” beneran, tanpa adegan esek-esek yang sudah menjadi ciri khas film horor Indonesia. Dia adalah sang Sutradara, Joko Anwar. Sebelum menyutradarai Pengabdi Setan, banyak film garapannya yang juga mendapat atensi besar. Sepertinya sutradara satu ini memang penuh kejutan. Simak profilnya di ulasan berikut.
Sebelum Menjadi Sutradara, Dulunya Adalah Seorang Wartawan
Siapa sangka bahwa seorang sutradara kondang Indonesia dulunya merupakan seorang wartawan? Ya, Joko Anwar merupakan salah seorang wartawan The Jakarta Post sebelum memulai karirnya di sineas tanah air. Ia pun tidak pernah mengenyam pendidikan dalam bidang perfilman. Jenjang S1-nya malah ia habiskan menekuni ilmu teknik penerbangan di Institut Teknologi Bandung.
Awal mula karirnya di dunia perfilman adalah ketika ia sedang mewawancarai Nia Dinata, seorang sutradara yang film-filmnya menjadi jawara kala itu. Nia lalu tertarik oleh pengetahuan film yang dimiliki Jokan—sapaan akrab Joko Anwar. Dari situlah ia lalu mengajak Jokan menggarap sebuah film yang akhirnya sukses besar.
Film-Film yang Digarapnya Selalu Menimbulkan Atensi Besar
Film pertama Jokan bersama Nia Dinata berjudul Arisan! Dipublikasikan pada tahun 2003, film ini sempat menimbulkan kontroversi. Pasalnya, Jokan dengan berani menyematkan karakter gay, yang kala itu diperankan oleh Tora Sudiro dan Surya Saputra sebagai karakter utamanya. Namun, dari keberaniannya dalam menulis naskah di film tersebut malah meraih “Film Terbaik” di ajang Festival Film Indonesia, serta “Best Movie” di MTV Movie Awards Indonesia.
Setelah Arisan! Jokan pun lanjut berkiprah di dunia perfilman. Film keduanya adalah Janji Joni yang dirilis pada tahun 2004 dengan mengusung sepasang kekasih Nicholas Saputra dan Mariana Renata kala itu. Lagi-lagi, film yang ia tulis dan sutradarai sendiri ini memberi Jokan sebuah penghargaan dari SET Awards tahun 2005.
Merambak ke Genre-Genre Lainnya
Jika Arisan! dan Janji Joni merupakan film dengan sentuhan-sentuhan komedi, dalam karya-karya selanjutnya, Jokan memproduksi pekerjaan dengan dibalut genre yang sesuai dengan dirinya. Ia mencoba masuk ke genre yang lebih gelap, thriller. Beberapa film thriller garapannya berhasil menyabet penghargaan-penghargaan dari luar maupun dalam negeri. Boombastis.com juga pernah menulis ulasan tentang “film terhoror tanah air sepanjang masa” dan mendapati dua film karya Jokan terpampang di sana.
Tidak hanya menulis serta mensutradarai film layar lebar saja, ia juga produktif membuat film-film pendek. Kadang juga iklan yang bertajuk film pendek. Salah satunya adalah Grave Torture yang menceritakan tentang seorang anak yang masih hidup ikut terkubur dalam peti mati ayahnya. Bisa dibilang, semua karya dari Jokan sarat sekali akan makna. Terkadang, banyak kalangan yang membuat open discussion atas karya-karyanya.
Menang Tender Pengabdi Setan
Produksi film Pengabdi Setan tahun 1980 yang dipegang oleh RAPI Films memang menuai kesuksesan besar. Pasalnya, film itu sangat terkenal hingga Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, sampai-sampai diproduksi dalam berbagai format. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra, sehingga ketika ada wacana karya ini akan didaur ulang, RAPI Films sangat selektif menyerahkan nasib film ini ke tangan siapa.
Pada akhirnya, nasib baik mendatangi seorang Joko Anwar. Dilansir dari tirto.id ia dipercaya untuk mendaur ulang film ini karena “sampai hari ini, Joko itu masih ingat dialog-dialognya, nama karakter, sampai scene per scene dari film aslinya. Saya rasa enggak ada sutradara lain yang bisa segitu passion-nya untuk film ini,” ucap sang produser Sunil Samtani. Mendaur ulang film yang hits pada tahun 1980 ini merupakan cita-cita seorang Jokan.
Begitulah sosok Joko Anwar yang mungkin sebagian orang akan menganggapnya sebagai orang yang beruntung, karena dari awal karir hingga sekarang, film yang digarapnya selalu laris. Namun, satu hal yang bisa membawa pria kelahiran 3 Januari 1976 hingga ke tahap tersebut ialah passion. Ia memegang teguh passion-nya dan ia tekuni terus hingga bisa menjadi seorang yang besar seperti sekarang. Bagi netizen sekalian yang sudah menemukan passion kalian, jangan ragu-ragu untuk menekuninya dan membuat sebuah karya yang besar!