Menurut sejarahnya, penggunaan senjata biologis telah digunakan sejak zaman pra-masehi, tepatnya sekitar awal abad ke 1.500 sebelum masehi. Beberapa penduduk di wilayah Asia saat itu menyadari bahwa penyakit dapat ditularkan, dan mereka pun mengirimkan penyakit via binatang ke wilayah musuh.
Senjata biologis bukan hanya berupa zat atau cairan berbahaya saja, namun juga bisa berupa hewan buas dan mematikan yang diciptakan atau dimanipulasi khusus untuk menyerang target manusia. Di bawah ini ada lima senjata biologis yang beruntung sudah lama tak digunakan dalam peperangan. Apa saja itu?
Kamu boleh percaya, boleh juga tidak, namun senjata paling mematikan milik Amerika Serikat ketika melawan Jepang bukanlah bom nuklirnya. Amerika punya satu lagi senjata rahasia yang tak hanya mematikan, namun juga efektif. Senjata tersebut bernama kelelawar peledak.
Praktik ini menjadi salah satu contoh paling terkenal seperti apa penggunaan binatang dalam peperangan abad ke-20. Proyek yang diberi nama X-Ray ini adalah senjata pemusnah potensial yang terlambat digunakan. Sebab, baru dipakai setelah Perang Dunia II usai.
Bom binatang ini terdiri dari ratusan kelelawar Meksiko terbaik, yang mana setiap ekornya telah dipasangi peledak yang telah diatur waktunya. Sedianya, mereka punya rencana untuk melepas ratusan kelelawar tersebut di atas kota-kota besar di Jepang pada waktu subuh. Kelelawar ini akan menyebar dan mengendap di atap-atap rumah hingga radius puluhan kilometer jauhnya. Dan akan meledak ketika tiba saatnya.
Pada saat itu, hampir semua bangunan di Jepang terbuat dari kayu, bambu dan jerami, sehingga membuat seisi kota rawan kebakaran. Menurut pengujian yang dilakukan pada tahun 1945 (gambar di atas), kerusakan yang dihasilkan oleh bom kelelawar bisa jadi senjata pemusnah terbaik sebelum manusia masuk ke era bom hidrogen.
Wabah Hitam yang juga disebut Black Death mungkin bisa dibilang sebagai tragedi kematian massal paling mencengangkan sepanjang sejarah. Bagaimana tidak, ketika wabah ini bergulir, setidaknya sepertiga populasi Eropa raib. Banyak yang menganggap Black Death hanya wabah biasa, tapi ada anggapan lain yang mengatakan ini adalah serangan bio-terorisme.
Banyak yang berteori bahwa tikus-tikus yang membawa bakteri Yersinia Pestis ini sengaja diselundupkan ke daratan Eropa oleh pasukan Mongol beberapa ratus tahun sebelumnya. Hewan-hewan mematikan ini kabarnya telah dikurung dan diisolasi di wilayah rahasia sebelum akhirnya dilepas ke kota-kota dan memusnahkan nyaris separuh penduduk Eropa.
Mungkin teori itu benar, mungkin juga tidak, namun Black Death dianggap sebagai salah satu senjata bio-terorisme yang paling dikenal hingga saat ini.
Kita tentu sudah sering melihat seperti apa anjing militer saat ini, namun jika dibandingkan dengan leluhur mereka, keganasan anjing militer saat ini tak ada apa-apanya. Bahkan, kemampuan anjing-anjing kuno tersebut, katanya, setara dengan prajurit hebat saat ini.
Great Dane, ras anjing asal Jerman yang berperawakan besar, dilatih dan dibesarkan secara khusus supaya nantinya bisa dilibatkan dalam medan tempur untuk melumpuhkan kuda-kuda prajurit lawan. Sedangkan ras Mastiffs, seperti gambar di atas, bahkan jauh lebih ganas lagi. Anjing sadis itu mampu mengoyak daging manusia secara utuh. Negara-negara seperti Cina, Yunani, hingga Amerika Serikat, sering menggunakan anjing ini dalam peperangan.
Banyak yang mengagumi kehebatan anjing-anjing ini dan memelihara mereka sebagai properti pribadi. Namun, tak semua orang punya gagasan yang sama. Pada tahun 1930, pihak Uni Soviet melatih anjing-anjing ini untuk berlari menuju tank musuh… dengan membawa bahan peledak seberat 25 kiloan. Dan kamu pasti sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Melempar bangkai-bangkai busuk ke sebuah kota dengan menggunakan alat pelanting atau catapult, mungkin menjadi salah satu praktik perang biologis paling konservatif dalam sejarah. Biasanya bangsa Yunani dan Mongol yang sering melakukan hal itu.
Namun, selain bangkai hewan, mereka juga sering menggunakan mayat-mayat manusia yang telah terinfeksi (atau lebih tepatnya diinfeksikan) berbagai jenis penyakit mematikan. Upaya ini bertujuan untuk mendemoralisir mental dan moral lawan. Selain itu, mayat yang berpenyakitan ini efektif membuat orang-orang yang berada di wilayah padat penduduk tersebut terserang penyakit.
Sama halnya dengan proyek X-Ray kelelawar, prajurit lawas saat itu pernah memakai tikus dengan tujuan yang kurang lebih sama, menghancurkan markas musuh.
Mereka akan mencelupkan tikus tersebut ke dalam bahan mudah terbakar, kemudian menyulutnya. Tikus-tikus malang tersebut kemudian akan dilepas dan digiring ke kamp-kamp lawan di malam hari ketika mereka tertidur lelap. Tak jarang pula tikus-tikus tersebut akan dibuat menelan makanan yang telah disusupi bahan peledak, sehingga ketika digunakan, tikus yang terbakar itu punya efek yang mematikan yang lebih luas.
Konon, selain bom nuklir, senjata biologis bisa jadi merupakan salah satu alasan kuat mengapa dunia akan kiamat atau setidaknya dapat menyapu mayoritas populasi manusia di dunia. Jika perang dunia pecah, bersiaplah untuk kembali menemui senjata-senjata biologis yang mematikan ini atau mungkin tipe terbaru yang lebih dahsyat dan lebih mematikan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…