Dunia seni Tanah Air kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Seniman multitalenta asal Yogyakarta, Djaduk Ferianto dikabarkan tutup usia di usia 55 tahun. Sebagai seseorang yang telah lama berkiprah di dunia seni dan hiburan, kepergian dirinya tentu menjadi sebuah kehilangan yang besar.
Semasa hidup, Djaduk yang juga merupakan adik Butet Kartaredjasa itu telah banyak menghasilkan karya seni yang luar biasa. Selain di bidang musik beraliran etnik dan tradisional, Djaduk yang juga merupakan anak bungsu dari Bagong Kussudiarja, seorang koreografer dan pelukis senior asal Indonesia itu juga banyak menelurkan karya berupa film, yang kelak akan dikenang sepanjang zaman. Simak ulasannya berikut ini.
Mengisi ilustrasi musik di sejumlah film ternama Indonesia
Sosok Djaduk dikenal sebagai seniman yang banyak menggarap sejumlah ilustrasi musik pada sebuah film maupun televisi. Tercatat, dirinya pernah mengisi ilustrasi musik di film Daun di Atas Bantal (1998), Petualangan Sherina (2000), dan sejumlah tayangan sinetron di televisi swasta Indonesia.
Banyak mendirikan kelompok musik beraliran etnik dengan pendekatan modern
Di bidang musik, Djaduk bekerja sama dengan Butet Kertaredjasa dan Purwanto mendirikan Kelompok Kesenian Kua Etnika, Dilansir dari merdeka.com, fokus dari kelompok ini berada pada ciri khas musik etnik dengan pendekatan modern. Tak hanya Kua Etnika, Djaduk juga membentuk Orkes Keroncong (OK) Sinten Remen yang melambungkan namanya.
Membentuk Orkes Keroncong (OK) Sinten Remen yang fenomenal
Pada tahun 1997, Djaduk membentuk Orkes Keroncong (OK) Sinten Remen yang sebelumnya merupakan hasil peleburan dua grup musik keroncong yakni KPB dan Sukar Maju. Bagi dirinya, keberadaan Sinten Remen menjadi cerminan semangatnya mengumpulkan sanak saudara yang terpisah (balung pisah).
Raih berbagai penghargaan di bidang seni
Selama berkarya di bidang seni, ada beberapa penghargaan yang berhasil diraih oleh sosok Djaduk Ferianto. Dikutip dari indonesianfilmcenter.com, ia berhasil menjadi pemenang di Festival Film Indonesia (FFI) sebagai Penata Musik Terbaik lewat film Soegija pada tahun 2012. Sebelumnya, Djaduk juga meraih penghargaan lainnya seperti Pemusik Kreatif 1996 (PWI Yogyakarta), Piala Vidia sebagai Penata Musik Terbaik 1995 (Festival Sinetron Indonesia), dan Grand Prize 2000 (Unesco).
Seniman multitalenta yang kini telah tutup usia
Setelah dikabarkan meninggal dunia, jenazah Djaduk akan disemayamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo, Yogyakarta, pada Rabu siang. Dilansir dari kompas.com, Djaduk akan dikebumikan di makam keluarga Sembungan, Kasihan, Bantul, pada Rabu sekitar pukul 15.00. Kabar dirinya tutup usia pun sangat mengejutkan banyak pihak. Mengingat, Djaduk sejatinya dijadwalkan tampil di Ngayogjazz di Godean, Yogyakarta.
BACA JUGA: Brilian, Seniman Ini Melukis Sebuah Kota Berdasarkan Ingatannya
Meski kini telah tiada, karya-karyanya di bidang seni seperti sejumlah ilustrasi musik sinetron, jingle iklan, penata musik pementasan teater, hingga pentas musik bersama kelompoknya, akan tetap abadi dikenang zaman. Selamat jalan Djaduk Ferianto.