Sejatinya Indonesia memiliki banyak sekali pertunjukan tradisional sejak dahulu kala. Namun perlahan-lahan hal yang sangat hebat ini kian luntur. Bahkan banyak juga yang benar-benar hancur tak bisa diselamatkan lagi. Hilangnya pertunjukan tradisional seperti teater ini akibat adanya modernisasi, ketidakpedulian generasi muda, dan juga tak ada dukungan dari pemerintah.
Padahal pertunjukan seperti ini adalah aset berharga yang tak bisa digantikan oleh apa-apa. Pertunjukan tradisional adalah bukti kehebatan suatu kebudayaan. Jika lambat laut pertunjukan yang masuk dalam ranah seni hilang, kebudayaan pun juga bisa dibilang sedang mengalami masa terburuknya.
Sebagai generasi muda hendaknya kita mampu menyelamatkan aset berharga ini. Tujuh pertunjukan teater tradisional ini layak kita hidupkan kembali agar kembali jaya. Monggo kita bahas sama-sama apa saja seni pertunjukan teater yang wajib kita selamatkan ini!
1. Lenong
Lenong adalah pertunjukan teater tradisional asli Betawi yang kian lama kian surut. Dulu, kita akan sering melihatnya di TV atau acara hajatan. Sekarang, hanya segelintir sanggar lenong yang masih bertahan dibentur modernisasi yang tak ada habisnya. Saat ini mungkin masih ada pertunjukan ini, namun jumlahnya juga terbatas.
https://www.youtube.com/watch?v=jwu_Lq-3wjg
Dulunya lenong dibagi menjadi dua jenis. Pertama lenong dengan lakon raja-raja atau orang penting. Kedua adalah lenong dengan lakon rakyat jelata. Jika budaya ini kian tergerus zaman. Maka bukan tidak mungkin beberapa tahun lagi lenong akan tinggal namanya saja.
2. Ketoprak
Ketoprak pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1909 di daerah Jawa Tengah. Awalnya ketoprak hanyalah pertunjukan rakyat yang dilakukan saat bulan purnama. Namun lambat laun terjadi perkembangan yang besar hingga diangkat ke panggung lengkap dengan alat musik dan beragam jenis lakon.
Saat ini ketoprak hanya dipentaskan di sanggar-sanggar seni, atau jika ada event tertentu. Di luar itu kita akan sulit melihatnya. Padahal dahulu banyak sekali grup ketropak yang sampai tour ke beberapa kota. Ketenaran yang mereka miliki benar-benar telah sirna. Modernisasi benar-benar membuat mereka terperosok dan tak terlihat lagi.
3. Ludruk
Ludruk hampir sama dengan ketoprak, hanya saja pertunjukan ini berasal dari Jawa Timur. Pertunjukan ini biasanya melakukan pentas di acara pernikahan atau acara seni lainnya. Lakon yang sering diambil dari ludruk adalah bersifat kerakyatan. Misal kehidupan sehari-hari, isu-isu lokal dan juga guyonan yang sudah sangat mengakar di daerah setempat.
https://www.youtube.com/watch?v=2yMMOEoAiTo
Dalam permainannya, ludruk sering menghadirkan Tari Remo sebagai pembuka. Selain itu akan ada bunyi gamelan yang diiringi nyanyian. Ludruk biasanya dilakukan oleh banyak orang dengan melakukan dialog. Namun ada juga tokoh yang melakukan monolog dengan gaya khas Jawa Timur yang jenaka.
4. Arja
Arja adalah pertunjukan teater asli Bali yang telah ada sejak tahun 1820-an di era pemerintahan Raja Klungkung. Pada perkembangannya Arja benar-benar berkembang di abad ke-20 di mana hadir Arja Muani. Semua pemain Arja diubah menjadi lelaki semua meski memerankan tokoh wanita.
Kata “arja” berasal dari Bahasa Sansekerta “reja” yang memiliki arti keindahan. Dan memang benar, apa yang dihadirkan dalam permainan ini adalah sebuah keindahan dari seni lakon, tari, dan juga nyanyian. Semuanya berbaur menjadi satu dan membuat semua penontonnya yang mayoritas orang kecil terhibur. Saat ini Arja masih ada meski tak sebanyak dulu akibat budaya barat yang menyesaki Bali dan disukai oleh anak mudanya.
5. Kondobuleng
Kondobuleng memiliki arti bangau putih. (kondo: bangau, buleng: putih) Pertunjukan seni tradisional ini pertama kali dipentaskan sekitar tahun 1930-an di daerah Makassar. Teater ini menuntut pemainnya melakukan improvisasi pada dialognya. Dan sebisa mungkin mampu menghibur banyak penontonnya.
Semua pemain dari kondobuleng sangat piawai dalam membawa suasana panggung. Hal-hal biasa bisa disulap menjadi sangat lucu. Tak heran jika pertunjukan ini banyak sekali dinanti oleh masyarakat Bugis di Makassar. Saat ini pertunjukan ini sudah sangat jarang dilakukan. Selain tak ada yang main, generasi muda juga lebih menyukai pertunjukan yang lebih modern.
6. Dulmuluk
Dulmuluk adalah seni pertunjukan teater tradisional yang berasal dari Palembang, Sumatra Selatan. Nama dulmuluk sendiri merupakan gabungan dari nama hikayat Abdoel Moeloek. Teater ini juga mempunyai nama teater Indra Bangsawan.
Teater ini menampilkan banyak sekali gabungan seni pertunjukan. Tarian, nyanyian, dan seni drama dipadu menjadi satu hingga menjadi kesatuan acara yang sangat apik. Dalam suatu kesempatan pemain akan menyanyikan dialog-dialog dan menampilkan humor atau banyolan yang sangat menghibur. Saat ini akan sangat sulit mencari pertunjukan dulmuluk jika anda kebetulan ke Palembang.
7. Mamanda
Satu lagi teater tua yang ada di Indonesia. Namanya mamanda dan pertama kali dibentuk sekitar tahun 1897. Pertunjukan ini menjadi kesukaan bangsawan di Banjarmasin kala itu meski mereka telah mengenal budaya seperti wayang, dan kesenian berbau Islami. Saat pertunjukan banyak masyarakat lokal yang akan berkumpul untuk menyaksikanya hingga kelar.
Kata mamanda sendiri merupakan gabungan kata “mama” yang berarti paman atau pak cik, dan “nda” yang memiliki arti terhormat. Orang yang memainkan mamanda adalah mereka yang berasal dari golongan tinggi dan sangat dihormati oleh masyarakat. Struktur permainan dari dulu sampai sekarang masih sama, yang membedakan hanyalah kostum yang lebih modern.
Itulah tujuh pertunjukan seni teater tradisional Indonesia yang nyaris punah. Semoga setelah membaca dan melihat video di atas kita akan semakin sadar. Kebudayaan seperti ini benar-benar tak terkira lagi harganya. Kita harus bahu-membahu menyelamatkannya.