Dalam sejarah Indonesia kita mengenal apa yang namanya Nyai atau gundik yang merupakan wanita peliharaan Belanda meski bukan berstatus istri. Selain gundik, kita juga mengenal apa yang disebut dengan selir atau wanita yang diikat oleh Raja namun tidak berstatus sebagai istri syah dan mendapatkan gelar sebagai permaisuri.
Baca Juga: Inilah 3 Sejarah yang Melandasi Mitos Larangan Nikah Antara Sunda-Jawa
Di masa lalu, pengangkat selir oleh Raja Jawa banyak sekali terjadi. Banyak raja di Pulau Jawa memiliki lebih dari satu selir dalam hidupnya. Para selir hidup di sekeliling raja meski tugasnya hanya membuat raja jadi jadi senang.
Pada zaman kerajaan di Jawa, memiliki anak seorang selir adalah sebuah prestasi. Tak jarang banyak abdi dalem sengaja mengirim anak gadisnya ke istana dengan maksud akan menarik perhatian raja. Berikut fakta kehidupan dari selir raja yang selalu dianggap sebagai anugerah itu.
1. Selir Adalah Strategi Politik Kalangan Tertentu
Pada zaman kerajaan Jawa, banyak orang mengirim anak gadisnya ke istana dengan maksud untuk menaikkan derajat. Para bangsawan akan mengirim putri terbaiknya sebagai tanda kesetiaan kepada raja. Dengan memiliki putri sebagai salah satu selir raja, kedudukan mereka di dalam masyarakat akan tinggi.
Selain bangsawan, rakyat jelata juga kerap memberikan putrinya kepada kerajaan. Mereka rela melakukan itu lantaran ingin derajatnya naik. Memiliki putri di kerajaan sama halnya membangsawankan keluarga. Apalagi kalau nanti selir bisa mengandung anak dari raja.