Kilas balik sejarah peperangan yang pernah terjadi di Indonesia memang tak lepas dari kisah-kisah heroik. Tak hanya soal kepahlawanan, tapi jalan cerita mereka saat berjuang juga terekam zaman sebagai bentuk peperangan yang luar biasa dahsyatnya. Hal ini salah satunya tergambarkan pada Perang Aceh di 26 Maret 1873 silam.
Sikap arogan Belanda yang menerjunkan militernya untuk menguasai Aceh, membuat masyarakat setempat tersulut amarahnya dan kemudian memutuskan untuk berperang. Pertempuran demi pertempuran berdarah tersaji di kedua belah pihak. Sengitnya perlawanan pada pejuang Aceh, membuat militer Belanda kewalahan hingga perang pun berlarut-larut selama 30 tahun lebih.
Kedatangan Belanda yang hendak memaksakan Kesultanan Aceh untuk mengakui Hindia Belanda, menjadi awal konflik yang kelak menjadi peperangan berdarah dan terlama sepanjang sejarah bangsa ini. Karena ditolak mentah-mentah, Belanda pun akhirnya menyatakan perang terhadap Aceh.
Belanda sebagai pihak yang menyatakan perang, mengerahkan ribuan tentara yang terdiri dari tamtama, bintara, hingga perwira. Beberapa dari divisi militer yang diterjunkan, bahkan telah dilengkapi dengan senapan laras panjang modern merek Beaumont, yang sudah menggunakan teknologi pengisian mesiu dari belakang.
Gelombang perang Aceh pertama dipimpin oleh Jenderal Kohler, di mana militer Belanda menurunkan sebanyak 3.000 prajurit. Serangan ini kemudian berhasil dipatahkan dan berujung tewasnya Kohler di tangan pasukan Aceh pada 14 April 1873. Tak patah arang, Belanda kembali melancarkan serangan dengan mengerahkan 8.000 tentaranya.
Perang ketiga yang dimulai pada tahun 1881 sampai 1896 kembali berkobar. Taktik yang digunakan pasukan Aceh kali ini dengan cara gerilya. Hingga pada 1904, perang antara Belanda dan Aceh benar-benar berhenti. Kelak, konflik inilah yang dirasakan oleh Belanda sebagai peperangan yang sangat menguras tenaga, harta, dan pikiran mereka.
BACA JUGA: 5 Fakta Kherkoff Peucut, Kuburan Tentara Belanda yang Jadi Bukti Ngerinya Perang Aceh
Sejarawan Indonesia, Azyumardi Azra, dalam bukunya Jaringan Global dan Lokal Islam Nusantara (2002) menyebutkan, perang yang melibatkan Kesultanan Aceh dan militer Belanda itu merupakan salah satu yang perjuangan terhebat yang pernah ada. Kedua belah pihak yang sama-sama menggunakan taktik militer, sampai harus berperang berpuluh-puluh tahun lamanya.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…