Salah satu hal yang selalu ada saat lebaran tiba adalah saat untuk halal bi halal. Ya tradisi saling bermaaf-maafan seolah menjadi hal yang wajib dilakukan oleh orang Indonesia. Baik muda maupun tua saling datang ke rumah masing-masing untuk berburu maaf.
Dilihat dari namanya mungkin kita sempat terpikir kalau halal bi halal berasal dari Arab, namun ternyata pencetusnya adalah ulama terkemuka Indonesia. Jadi bagaimana tradisi halal bi halal ini bisa ada di Indonesia, lalu siapa pencetus dari tradisi ini sendiri. Simak ulasan di bawah ini agar kamu mengerti.
Pencetusnya adalah seorang ulama
Ada banyak pendapat berbeda dari para ahli sejarah mengenai halal bi halal ini. Mulai dari tradisi yang dicetuskan Pangeran Sumber Nyawa hingga Kiai Wahab. Namun ada pula yang mengatakan bahwa tradisi halal bi halal merupakan sebuah produk akulturasi antara Islam dengan suku Jawa.
Dan salah satu yang berpendapat sepeti itu adalah budayawan tersohor Indonesia Umar kayam. Namun paling kuat dari semua itu adalah asal-usul halal bi halal sendiri yang berasal dari Kiai Wahab. Sejarah terebut menjadi kuat karena banyak bukti valid seperti pengakuan mantan presiden Soekarno hingga kesaksian lain dari banyak tokoh. Tetapi yang pasti tradisi ini berasal dari para ulama Indonesia.
Sejarah halal bihala yang paling umum
Dari semua pendapat sejarah itu, yang paling diakui adalah milik kiai Wahab. Dulu beliau sengaja di undang oleh presiden Soekarno untuk menyelesaikan permasalahan antar tokoh politik. Namun beliau menemukan sebuah ide untuk mempertemukan mereka saat lebaran. Beliau pun menjelaskan pada presiden Soekarno untuk semua bersilahturahmi dan saling memaafkan karena saat itu lebaran.
Presiden Soekarno setuju dengan usulan tersebut dan pasti sangat berguna untuk menurunkan tensi di antara para tokoh politik tersebut. Namun presiden Soekarno meminta tradisi silahturahmi dan maaf-maafan yang beda dengan yang lain. Akhirnya tercetuslah istilah Halal bi hala dari mulut Kiai Wahab. Akhirnya, lahirlah istilah halal bi halal ini.
Menjadi tradisi Indonesia
Kemunculan halal bi halal ini di kalangan tokoh politik akhirnya lama kelamaan menjadi hal yang ditiru oleh masyarakat. Serupa dengan yang dicontohkan Kiai Wahab dan Soekarno, para rakyat saling datang silahturahmi serta bermaaf-maafan satu sama lain.
Tidak seperti dulu yang hanya dilakukan oleh para toko elite, kini semua orang menganggap hal ini sebagai tradisi yang lumrah. Belum lagi kadang halal bi halal ini juga dibarengi dengan tradisi pulang kampung atau mudik. Atas jasa para ulama itu, kini Indonesia memiliki sebuah tradisi khas yang saat lebaran tiba.
Ada yang mirip tapi tak serupa
Namun siapa sangka ternyata di luar negeri ada tradisi yang serupa pula. Ya bukan hanya Indonesia yang melakukan mudik dan kembali ke kampung halaman untuk bersilahturahmi, masyarakat Bangladesh ada pula yang melakukan tradisi serupa. Saat hari lebaran tiba, mereka datang ke kampung dan tetangga untuk bersilahturahmi dengan kerabat dan keluarganya.
Seperti yang ada di Indonesia, entah sejak kapan namun tradisi tersebut sudah ada dari dulu. Semua itu juga untuk memperingati datangnya hari raya lebaran di mana hari mereka kembali menjadi suci. Kehangatan berkumpul bersama keluarga juga akan ditemukan di sana. Namun berbeda dengan di Indonesia, mereka hanya mudik dan bersilahturahmi, tanpa ajang saling maaf-maafan.
Sekarang kamu tahukan bagaimana tradisi halal bi hala bisa ada di Indonesia. Ternyata ulama zaman dahulu memang hebat bisa mengusulkan hal seperti itu. Kini halal bi hala menjadi salah satu ciri khas yang membedakan dengan negara lain dalam menyambut lebaran.