Kisah mengenai bajak laut memang sangat seru untuk didengar. Mulai dari sosok Blackbeard yang melegenda hingga Barbarossa si bajak laut muslim yang disegani dunia. Para bajak laut ini menguasai lautan karena berbagai alasan, mulai dari politik, agama, uang dan lain-lain. Namun satu hal yang pasti, kisah mereka ditulis di buku sejarah karena kehebatannya.
Umumnya memang profesi bajak laut didominasi oleh pria. Namun siapa sangka, dulu juga ada seorang wanita muslim yang jadi bajak laut. Pada masa kejayaannya, dunia barat sangat segan kalau harus berhadapan dengannya. Lalu siapa sih sosok wanita bajak laut itu? Simak ulasan berikut.
Sayyida, wanita hebat dari Andalusia
Sosok Sayyida al-Hura rupanya dilahirkan dari keluarga muslim yang lumayan terpandang di Andalusia pada sekitar tahun 890 H (1485 M). Namun, pada saat dirinya berusia tujuh tahun, Sayyida harus terusir dari tanah kelahirannya sendiri. Hal itu karena Ferdinand dan Isabelle melakukan ekspansi ke kerajaan-kerajaan Islam, termasuk Andalusia.
Akhirnya dirinya mengungsikan diri ke Maroko. Saat berusia enam belas tahun, dirinya dipersunting oleh Sultan al Mandri yang merupakan teman dari ayahnya. Meskipun selisih umur mereka 30 tahun, semua tidak jadi masalah. Justru Sayyida dan Sultan al Mandri berjuang bersama untuk mengalahkan Portugis.
Pernikahan kedua Sayyida al-Hurra
Tahun 1515 M, sepertinya jadi saat yang berat bagi Sayyida, karena suaminya meninggal dunia. Otomatis tonggak kepemimpinan jatuh ke tangan Sayyidah, dirinya didaulat sebagai gubernur wilayah Tetouan. Karena kemampuannya yang cakap dalam berpolitik, membuat Spanyol pada waktu itu hormat padanya dan tidak ingin mengusik wilayah wanita tersebut. Tak selang lama, Ahmed al-Wattasi yang merupakan seorang sultan Maroko meminang Sayyida.
Hal itu otomatis membuat Sayyida menjadi seorang ratu namun juga tetap menjabat sebagai gurbenur di daerahnya. Ya, meskipun memilih gelar ratu namun dirinya tinggal jauh dari ibukota. Dilansir dari laman Republika, bahkan sang raja harus berjalan jauh jika ingin menemui ratu.
Mendapatkan gelar al-Hurra yang luar biasa
Karena prestasi yang ada, wajar kalau dirinya diberikan gelar yang luar biasa. Sayyida mendapatkan gelar al-Hurra yang berarti perempuan mulia, mandiri, bebas dan tidak bertindak sewenang-wenang. Jadi bukan hal yang aneh kalau baik lawan atau pun lawan sangat segan dengan wanita yang satu ini.
Selain itu, gelar al-Hurra ini tidak sembarangan disematkan kepada seseorang. Dan Sayyida adalah orang terakhir di peradaban Islam yang menyandang gelar mulia itu. Selain al-Hurra, Sayyida juga menyandang gelar Hakima Tatwan yang bisa diartikan sebagai gubernur dari Tetouan. Tentu, semua julukan atau gelar itu tidak akan didapatkan tanpa usaha kerasnya.
Menjadi bajak laut yang disegani
Sayyida masih tidak melupakan ambisinya untuk merebut kembali tanah kelahirannya. Oleh sebab itu dirinya memilih jalan laut untuk berperang dengan pasukan dunia barat. Sayyida yang berdarah pemimpin ini akhirnya beraliansi dengan Barbarossa al Algeirs atau dunia barat mengenalnya sebagai Barbarossa si janggut merah.
Sayyida dikenal sebagai ratu samudera bagi orang barat yang sangat disegani. Banyak kapal musuh yang akhirnya karam dan direbut selama kepemimpinan Sayyida ini. Namun sayang, semuanya harus berakhir karena ulah keluarganya sendiri. Menantu dari Sayyida menggulingkan ratu samudera itu dan akhirnya melucuti semua jabatan dan hartanya.
BACA JUGA: Jack Ward, Bajak Laut Muslim yang Menjadi Inspirasi Penciptaan Tokoh Jack Sparrow
Sayyida al-Hurra membuktikan kalau wanita di dunia Islam juga memiliki kesempatan yang sama dengan lelaki. Bahkan dirinya sampai disegani dunia barat dan dijuluki penguasa lautan. Sayyida sendiri meninggal pada tahun 1561 M di kampung halamannya.