Sampah sekarang ini sudah jadi masalah serius bagi masyarakat. Kebanyakan orang sebenarnya sudah sadar dengan hal ini, tapi ada juga yang masih belum sadar atau nggak peduli. Padahal masyarakat Indonesia saja rata-rata menghasilkan 2,5 liter sampah per hari. Kalau dikalikan dengan total jumlah penduduk, artinya Indonesia menghasilkan sampah 625 juta liter per hari. Ngeri!
Beberapa orang yang udah mulai paham dengan masalah ini akan mulai melakukan hal-hal tertentu untuk meminimalisir sampah. Ada yang mengurangi penggunaan plastik, membawa tas sendiri waktu belanja, dan banyak lagi. Tapi tingkat ke-niat-an wanita ini untuk hidup ramah lingkungan benar-benar patut diacungi jempol.
2 Tahun Sampahnya Cuma Segini!
Komitmen Lauren Singer untuk hidup lebih hijau memang patut diacungi jempol. Selama 2 tahun, sampahnya cuma sebanyak 1 toples kecil! Bandingkan dengan kebanyakan masyarakat pada umumnya, rata-rata sampahnya bisa 5 hingga 10 kalo lipat per hari, atau kadang lebih. Toples tersebut cuma berisi sampah plastik atau kertas yang nggak bisa didaur ulang, atau dibuat kompos.
Cara Hidupnya Antimainstream
Lauren nggak cuma melakukan cara standard menjaga lingkungan seperti membawa tas belanjaan sendiri atau memakai botol isi ulang dan sejenisnya. Barang-barang yang ia gunakan kebanyakan bersifat organik, bisa dipakai berulang-ulang, dan bahkan bisa dibuat sendiri.
Sikat gigi plastik diganti dengan sikat bambu, spons cuci piring diganti dengan sikat cuci piring dari bambu, tisu diganti dengan lap kain, alat masak plastik diganti dari kayu, kapas diganti dengan kain yang bisa dipakai berulang kali, make up biasa diganti dengan make up organik dengan wadah yang bisa didaur ulang, pembalut atau tampon diganti dengan menstrual cup, dan seterusnya. Ia bahkan juga nggak pernah menggunakan kertas kado.
Bahkan Bikin Pasta Gigi Sendiri!
Meski begitu niat mengurangi penggunaan plastik, bukan berarti dia lantas nggak pernah memakai pasta gigi, sabun, deodoran atau benda lainnya yang menyisakan wadah plastik. Hebatnya, dia membuat sendiri barang kebutuhan sehari-hari tersebut dan memasukkannya ke dalam wadah kaca.
Bermula Dari Rasa Frustasi Setelah Melihat Isi Lemari Es Miliknya Sendiri
Laureen adalah seorang mahasiswa di bidang lingkungan. Saat pulang kuliah, ia membuka lemari es nya dan sadar bahwa banyak makanan dalam lemari es-nya ternyata dibungkus plastik. Ia merasa begitu munafik karena belajar untuk lingkungan yang lebih baik, tapi tidak dipraktikan dalam kehidupannya. Sejak saat itu ia berniat untuk mengurangi sampah plastiknya.
Ia mulai dengan berbelanja dengan membawa tas sendiri, membawa botol kaca untuk diisi ulang, membawa sampah organik agar dibuat kompos dan terus berlanjut hingga akhirnya membuat produk-produknya sendiri. Lama kelamaan, ia bahkan nggak lagi menyediakan tempat sampah di rumahnya karena dia memang nggak punya sampah! Ya cuma toples kecil itu tadi.
Nggak Pernah Maksa Orang Lain Untuk Mengikutinya
Biasanya sih aktivis lingkungan yang lumayan ekstrim akan memaksa orang lain untuk mengikuti gaya hidupnya atau terang-terangan menegur mereka yang terlalu banyak menggunakan plastik. Namun Laureen justru sebaliknya. Ia lebih berkonsentrasi dengan usahanya sendiri untuk lingkungan dan nggak pernah memaksa temannya atau orang lain.
Gadis berusia 24 tahun ini mengatakan bahwa ia hanya melakukan apa yang menjadi prinsipnya dan apa yang ia percayai. Karena ia belajar di bidang lingkungan dan ingin membuat lingkungan yang lebih baik, maka ia harus berkomitmen untuk melakukan apa yang ia percayai. Agar nggak cuma jadi teori saja.
Ini baru niat demi kebaikan lingkungan. Kebanyakan orang sih mungkin nggak akan siap untuk drastis melakukan seperti apa yang Lauren lakukan. Tapi tindakannya yang inspiratif ini patut ditiru. Yah, setidaknya memulai dengan tidak perlu meminta kresek saat belanja dan membawa tas kain sendiri dari rumah. Lumayan kan bisa mengurangi sampah plastik.
Gimana, berani coba?