Dari semua tempat pembantaian paling terkenal, nama S-21 bisa dibilang yang paling asing di telinga. Ya, orang-orang lebih paham Auschwitz dari pada tempat ini. Padahal, S-21 juga merupakan tempat pembantaian yang tak kalah keji. Fungsi dasarnya memang penjara dan tempat interogasi, tapi bagi para tahanan S-21 tak lebih dari tempat meregang nyawa.
S-21 berada di Kamboja dan didirikan atas prakarsa Pol Pot. Pol Pot adalah tokoh besar tapi sakit jiwa di mana hanya dalam empat tahun kepemimpinannya, sekitar 1,5 juta orang Kamboja meninggal dunia. Tak hanya karena kelaparan, sebagian juga lantaran dibantai tanpa sebab, termasuk juga mereka yang berada di penjara S-21. Sungguh, S-21 adalah neraka dunia nyata di mana setiap sudut menampilkan pemandangan jahanam versi asli.
S-21 sekarang jadi museum, tapi hal tersebut sama sekali tidak mengurangi kesan angker dan menakutkan dari tempat ini. Lebih dalam tentang S-21, berikut adalah fakta-fakta tentang neraka yang jarang diketahui banyak orang itu.
S-21, Sekolah yang Disulap Jadi Tempat Pembantaian
Berbicara sejarah, S-21 ini bukanlah bangunan baru yang didirikan atas instruksi Pol Pot, melainkan konstruksi lawas dari sebuah sekolah. Bernama Chao Ponhea Yat, sekolah ini begitu besar dan memiliki satu bangunan utama dengan tiga lantai. Ketika rezim Pol Pot berkuasa, ruang-ruang menuntut ilmu di sini pun diubah total jadi tempat paling keji di dunia.
Secara umum S-21 ini begitu dijaga dan disembunyikan. Ia dikelilingi pagar berduri lapis listrik untuk membuat para tahanan tak bisa kabur. Setiap jendela juga diberi besi-besi agar tahanan tak bisa melihat matahari. Untuk ruang tahanannya sendiri sangat sempit seperti ikan pindang di kotak anyaman bambu. Sanitasi juga sangat buruk karena tahanan harus buang air dan tidur di tempat yang sama.
Kehidupan Para Tahanan di S-21
S-21 adalah penjara paling cacat di dunia. Tujuannya bukan untuk membuat kriminal tobat, melainkan menyiksa atau membunuh mereka tanpa dasar. Soal kehidupan para tahanan di sini, tentu sangatlah miris. Mereka diperlakukan bak hewan bahkan lebih rendah lagi.
Jadi, begitu tiba di penjara, para tahanan ini akan ditelanjangi untuk kemudian diinterogasi. Mereka lalu dipaksa untuk menceritakan perjalanan hidup mulai dari kecil sampai saat itu. Setelah itu kemudian mereka dimasukkan ke dalam penjara sempit di mana mereka tidur tanpa alas, selimut dan semacamnya. Mereka juga dilarang berbicara satu sama lain dan kalau ketahuan hukuman biadab akan didapatkan.
Penjara ini sangat tidak karuan. Mereka kadang dipaksa pula untuk makan dan minum ‘limbah sendiri’ karena jatah makanannya yang sangat-sangat sedikit. Mereka juga sangat dilarang berbicara dengan para penjaga. Bahkan mengucapkan satu huruf saja bisa berbuah cambukan punggung.
Penyiksaan Biadab di S-21
Hidup di sini sangatlah mencekam. Tak heran kalau para tahanan lebih memilih mati daripada terus hidup dengan kondisi seperti itu. Tak hanya lantaran buruknya kehidupan di dalam penjara, tapi juga siksaan-siksaan keji yang mereka dapatkan. S-21 beroperasi di tahun 70an, tapi penyiksaannya bar-bar seperti Eropa zaman gelap.
Penyiksaan biasanya dialami ketika dalam masa interogasi. Jadi, para tahanan yang tidak berbicara apa yang dimaui penjaga akan langsung disiksa. Paling enteng adalah cambuk dan sengatan listrik, kalau masih belum cukup, penjaga bakal mulai memakai alat-alat tajam mulai dari pisau dan lain sebagainya. Banyak para tahanan yang disobek kulitnya sampai dalam kemudian dibiarkan berdarah-darah sambil ditanya. Puncak dari siksaan ini adalah eksekusi. Bukan dengan ditembak melainkan dipukul atau semacamnya. Alasannya tak lain karena peluru saat itu harganya mahal.
Ada Orang Indonesia di S-21
Ada banyak laporan yang mengatakan jika penjara S-21 ternyata tak hanya ditempati oleh orang Kamboja saja tapi juga penduduk negara lain. Dan mungkin kita bakal terkejut ketika tahu jika ada orang Indonesia pula di sana. Menurut data jumlahnya tidak banyak mungkin sekitar 1-2 orang. Tak diketahui nasib orang Indonesia di sana, namun kelihatannya mereka tidak selamat.
Tak hanya ada orang Indonesia, penjara ini juga berisi orang Arab, Inggris, Perancis, Amerika, Australia, dan Vietnam. Para tahanan yang sebenarnya tak ada sangkut pautnya ini juga disiksa layaknya para napi yang lain. Bahkan beberapa juga dieksekusi dengan cara-cara yang kejam.
Hanya Tujuh Orang yang Selamat dari S-21
Setidaknya penjara ini pernah menampung sekitar 17 ribu orang dengan mayoritas diisi oleh orang-orang Kamboja sendiri. Dan mirisnya, dari sejumlah itu, diketahui hanya tujuh orang saja yang berhasil bertahan dan bebas dari penjara laknat ini. Jadi, bisa dikatakan sisa 16.993 orang lainnya mati. Entah karena disiksa atau pun dieksekusi.
Mereka yang berhasil bertahan ini rata-rata memang tangguh. Tak hanya itu, mereka juga dibiarkan tetap hidup lantaran memiliki keahlian. Entah permesinan, seniman, dan lain sebagainya. Petugas S-21 berpendapat jika orang-orang berkemampuan ini harus dijaga karena berguna bagi revolusi katanya.
Sungguh miris mengetahui jika di dunia ini tak hanya Auschwitz atau Boer yang menyimpan kekejian. Siapa sangka jika negara tetangga kita ini juga memiliki hal yang sama. Untungnya, rezim Pol Pot sendiri pada akhirnya berakhir dan membuat teror di S-21 pun tuntas pula. Anehnya, Pol Pot sendiri tak pernah ditahan apalagi disidang padahal sudah melakukan hal tak manusiawi macam itu.