in

Ruben Gonzalez, “Si Bulldog” yang Mencetak Tinta Emas di Dunia Olimpiade

Belajar Luge di usia 21tahun [Image Source]
Belajar Luge di usia 21tahun [Image Source]

Rasanya sebagian besar dari kita akan memutuskan untuk mundur saat orang bilang, “Kamu sudah terlambat untuk melakukan hal ini,” atau “Usiamu sudah terlalu tua untuk bisa mahir di bidang ini.” Tak bisa dimungkiri kalau kadang kita masih sering hidup dalam kotak kita sendiri, membangun dinding-dinding pembatas yang menghalangi kita untuk membuat sebuah keajaiban di luar sana. Padahal apa yang dikatakan orang atau apa yang dilihat orang tak selalu benar. Karena ini hidup kita, jadi kita sendiri yang memutuskan jalan mana yang akan kita tempuh.

Di dunia Olimpiade, ada banyak atlet yang menginspirasi. Tak hanya dari sisi prestasinya saja tapi juga dari perjuangan dan perjalanan hidupnya. Salah satunya adalah Ruben Gonzalez. Mungkin nama ini masih asing di telinga kita. Tapi kisah perjuangannya sudah mencetak sejarah tersendiri. Bahkan sosoknya kerap jadi panutan dan inspirasi banyak orang. Penasaran? Berikut kisahnya.

1. Sudah Bercita-Cita Pergi ke Olimpiade Sejak Kecil

Saat masih kecil atau ketika kanak-kanak, kita pasti punya impian atau cita-cita. Begitu juga dengan Ruben. Dia sudah punya cita-cita ingin sekali pergi ke Olimpiade saat duduk di bangku sekolah dasar. Cita-cita itu kemudian kembali menyala saat ia melihat Scott Hamilton, seorang peraih medali emas Olimpiade dalam figure skating muncul di televisi. Pada Olimpiade musim dingin di Sarajevo tahun 1984 itu, sosok Scott terlihat sangat berjaya dan bersinar di mata Ruben.

Bercita-cita sejak kecil [Image Source]
Bercita-cita sejak kecil [Image Source]
Melihat Scott di televisi, Ruben berkata pada batinnya sendiri, “Kalau orang sekecil dia saja bisa menjadi pemenang, maka saya pun bisa.” Dari situ, Ruben mulai mempelajari berbagai jenis olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade. Berbagai sumber yang ia dapat dari perpustakaan tentang beragam jenis olahraga tersebut ia pelajari. Hanya saja sekarang masalahnya dia bukan seorang atlet.

2. Ruben Mendapat Julukan “Bulldog” di Sekolahnya

Bukan atlet tapi ingin pergi ke Olimpiade? Rasanya sepintas bagai mimpi di siang bolong, ya. Akan tetapi Ruben ternyata punya sebuah kekuatan dan kelebihan istimewa. Ia tipikal orang yang tahan menghadapi berbagai macam tekanan, selain itu ia juga pantang menyerah dan konsisten. Tak heran jika di sekolah, Ruben mendapat julukan “bulldog”. Alasannya adalah karena Ruben dikenal sebagai sosok yang tak gampang menyerah.

Julukan “Bulldog” di Sekolahnya [Image Source]
Julukan “Bulldog” di Sekolahnya [Image Source]
Uniknya lagi, Ruben kemudian malah memilih untuk mempelajari jenis-jenis olahraga yang sulit yang sekiranya sering membuat orang gampang menyerah. Wah, bukannya itu malah mempersulit diri dan hidupnya sendiri, ya. Setelah berusaha mencari dan memilah, pilihan jenis olahraga yang ditekuninya jatuh pada Luge. Luge merupakan jenis olahraga es yang sangat berbahaya dan pastinya berisiko tinggi. Ditanyai alasannya memilih olahraga ini, jawaban Ruben sungguh bikin geleng-geleng kepala. Ia bilang, “Karena olahraga ini sulit. Sembilan dari sepuluh orang yang datang berlatih pasti berhenti di tengah jalan.” What a guy!

3. Dianggap Terlalu Tua dan Terlambat untuk Belajar Luge Tapi Ia Bersikeras

Tekad sudah bulat. Ruben pun menuju Lake Placid di New York untuk belajar Luge. Ia pun mengaku dirinya merupakan seorang atlet dari Houston, Texas. Saat bertanya apakah dirinya bisa belajar Luge, si penjawab teleponnya malah balik menanyakan usia Ruben. Usia Ruben saat itu 21 tahun. Usia tersebut pun dianggap sudah terlalu tua dan terlambat untuk mulai belajar Luge. “Wah, kamu sudah terlalu tua, kamu sudah terlambat lebih dari sepuluh tahun belajar Luge. Kami melatih mereka dari usia di bawah sepuluh tahun,” kata orang yang menolak Ruben.

Belajar Luge di usia 21tahun [Image Source]
Belajar Luge di usia 21tahun [Image Source]
Lantas, apakah Ruben langsung membalikkan punggungnya? Ternyata tidak. Ruben terus membujuk. Ia pun memberi tahu kalau ia berasal dari Argentina. Akhirnya Ruben pun diterima karena olahraga Luge akan dipermainkan lagi di Olimpiade apabila jumlah negara peserta memenuhi kuota atau mencukupi untuk berkompetisi.

4. Dua Pesan “Keramat” Sebelum Berlatih

Berani mengambil keputusan, berani juga mengambil risikonya. Setelah Ruben berhasil diterima untuk belajar Luge, ia menerima pesan yang berisi dua hal. Hal pertama adalah apabila Ruben mau belajar dan ikut Olimpiade empat tahun ke depan, hidupnya tak lagi sama dan akan dipenuhi banyak kesulitan. Hal kedua adalah Ruben harus sudah menyiapkan mental untuk menghadapi dokter bedah karena tulangnya bisa dipastikan akan patah beberapa kali. Duh, ngeri sekali nggak sih?

pesan keramat sebelum berlatih [Image Source]
pesan keramat sebelum berlatih [Image Source]
Ruben menerima pesan itu dan ia pun akhirnya bergabung dengan 14 atlet lain yang sudah belajar Luge dari kecil. Alhasil, hari pertama belajar Ruben nyaris patah arang. Bayangkan saja, tubuhnya sudah terbanting-banting dan tulang serta dagingnya rasanya remuk di awal latihan. Belum lagi dengan pandangan sinis orang-orang di sekitarnya yang menganggap Ruben sudah kelewat tua untuk belajar Luge.

5. Merapal “Mantra” di Depan Cermin

Perjuangan di awal selalu terasa berat. Ruben nyaris berhenti setelah sebulan berlatih. Namun, semangatnya kembali diteguhkan oleh kawannya. Sang kawan tersebut menyuruh Ruben menatap dirinya sendiri di cermin lalu merapalkan “mantra”. Ruben diminta untuk mengulang-ulang kalimat ini, “Tak peduli betapa sulitnya, tak peduli bagaimana hasilnya, saya harus terus melakukannya.” Upayanya terus memotivasi diri sendiri itu ternyata cukup efektif.

Mantra didepan cermin [Image Source]
Mantra didepan cermin [Image Source]
Latihan pada musim panas berhasil dilalui Ruben. Ia membuktikan dirinya memang tangguh. Malah rekannya 14 atlet yang sudah belajar lebih dulu satu per satu berguguran. Patah tulang yang dialami selama menjalani latihan kerap membuat banyak atlet akhirnya menyerah.

6. Ruben Menerima Medali Emas pada Olimpiade Musim Dingin Tahun 1988

Kerja keras dan perjuangan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tak pernah mengingkari si pejuang itu sendiri. Ruben yang tadinya dicibir dan direndahkan membuktikan kehebatannya dengan berhasil menyabet medali emas pada Olimpiade musim dingin pada tahun 1988 di Calgary.

Berhasil mendapat mendali emas [Image Source]
Berhasil mendapat mendali emas [Image Source]
Tak berhenti sampai di situ saja, Ruben pun berhasil menjadi juara dalam tiga Olimpiade berikutnya: Albertiville 1992, Salt Lake City 2002, dan Torino Winter Olimpics 2006. Ruben telah menorehkan tinta emas dan menjadi sosok yang sangat menginspirasi.

Written by Endah Boom

Leave a Reply

5 Benda Misterius Ini Konon Bisa Memberikan Kekuatan Ajaib Bagi Pemakainya

4 Ragam Peristiwa yang Pernah Terjadi di Tugu Jogja