Riyanto bagi kita mungkin nggak lebih dari sebuah nama saja, tapi bagi orang-orang Nasrani di Jawa Timur, khususnya di Mojokerto, nama Riyanto selalu dikaitkan kepada sosok seorang pahlawan besar. Riyanto, sosok ini mungkin dikenang hanya lantaran satu kebajikan saja, tapi apa yang dilakukannya itu benar-benar luar biasa dampaknya.
Kisah Riyanto mungkin sudah terjadi lebih dari 15 tahun lalu, tapi hingga hari ini namanya masih saja bergaung. Riyanto adalah bukti jika perbedaan agama nggak jadi alasan untuk tidak berbuat baik. Bahkan jika harus merelakan nyawa. Ya, Riyanto adalah seorang pemuda Muslim pemberani yang rela mendekap sebuah bom untuk menyelamatkan teman-teman Nasrani di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, yang saat itu sedang merayakan natal.
Atas apa yang dilakukannya, Riyanto pun menerima ribuan sanjungan dan air mata haru penuh terima kasih. Walaupun ketika itu, Riyanto hanya bisa mendengarnya dari alam yang lain.
Riyanto Adalah Pemuda Biasa dan Seorang Banser
Sosok Riyanto nggak jauh berbeda dari pemuda Mojokerto pada umumnya. Ia hanya seorang Muslim yang taat dan tergabung dalam laskar NU bernama Banser alias Barisan Ansor Serbaguna. Ia sering bertugas untuk mengamankan berbagai event, termasuk acara-acara keagamaan seperti pengajian bahkan Misa Natal.
Banser sendiri memang nggak membatasi diri untuk hanya mengamankan acara-acaranya orang Islam, tapi juga umat lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Riyanto ketika mengamankan acara Natal di Gereja Eben Haezer yang jadi tugas terakhirnya.
Kronologi Ditemukannya Bom di Gereja Eben Haezer
Ketika itu Riyanto berangkat tugas penjagaan dengan empat anggota Banser lainnya di Gereja Eben Haezer. Acaranya sendiri adalah Misa Natal. Seperti biasa, acara di gereja ini berlangsung khusyuk sampai akhirnya seorang jemaat menyadari ada yang aneh di gereja. Ketika itu ia menemukan semacam bungkusan yang terletak begitu saja di dekat pintu masuk.
Riyanto ketika itu langsung berinisiatif untuk mengecek bungkusan tersebut. Dan alangkah terkejutkan ketika yang dilihatnya adalah sebuah bom lengkap dengan kabel-kabelnya. Sontak, Riyanto pun mengambil bungkusan itu dan menjauhkannya dari para jemaat.
Teriakan Riyanto dan Tubuh yang Berceceran
Riyanto bergegas membuang bungkusan itu karena ketika ia memeriksanya kabel-kabel sudah mulai memercikkan api. Riyanto membuangnya ke tong sampah, namun terpental. Kemudian Riyanto mengambilnya lagi. Tak sempat ia membuangnya ke tong sampah, bom ini mulai bereaksi. Kemudian Riyanto berteriak sejadi-jadinya, “Tiaraaaaap!” kata Riyanto yang diikuti gelombang kepanikan parah para jemaat.
Takut bomnya akan terpental lagi, Riyanto pun memutuskan untuk mendekap bom ini. “Boooom!” bom pun meledak dengan gilanya. Kaca-kaca pecah, pagar gereja roboh, dan teriakan parau di mana-mana. Tubuh Riyanto sendiri terpental hampir 100 meter jauhnya dan sudah tak dikenali lagi.
Ribuan Pujian Menaungi Riyanto
Aksi heroik Riyanto membuatnya pergi untuk selama-lamanya. Namun, apa yang dilakukannya begitu berarti bagi banyak orang, khususnya para jemaat gereja Eben Haezer yang ketika itu sedang penuh-penuhnya. Ribuan ucapan sanjung dan terima kasih pun berhamburan untuk Riyanto. Meskipun ia mendengarnya dari alam yang lain.
Riyanto dipuji bukan hanya karena apa yang dilakukannya, tapi juga statusnya. Ia adalah seorang Muslim, namun nggak ragu untuk menyelamatkan orang lain bahkan sampai mengorbankan nyawa meskipun berbeda keyakinan. Di era modern seperti sekarang ini, Riyanto adalah contoh kepahlawanan terbaik yang bisa kita dapatkan.
Jalan Riyanto dan Pujian Gus Dur
Jasa Riyanto jelas takkan bisa diganjar dengan apa pun di dunia ini. Namun, sebagai pengingat dan juga rasa hormat kepada sosok satu ini, akhirnya dibuatlah Jalan Riyanto yang hingga hari ini plangnya masih berdiri tegak di daerah Prajurit Kulon, Mojokerto. Harapannya adalah ketika orang-orang melintasi jalan ini mereka seolah diingatkan untuk selalu menjaga kerukunan beragama.
Tak hanya dijadikan nama jalan, Riyanto bahkan sampai membuat seorang Almarhum Gus Dur berkomentar. Beliau mengatakan “Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya.”
Riyanto jadi bukti yang sangat nyata jika perbedaan agama nggak jadi halangan bagi seseorang untuk berbuat baik. Meskipun untuk itu harus mengorbankan nyawa sendiri. Tubuhnya mungkin hancur berkeping-keping, tapi nama Riyanto akan tetap bergaung bahkan jadi sisipan doa yang dipanjatkan oleh masyarakat Nasrani, meskipun Riyanto adalah seorang Muslim yang taat. Ketika hati merasa berat melakukan kebaikan karena satu dan lain hal, maka ingatlah perjuangan Riyanto.