Jepang selalu dikenal dengan budayanya yang sangat unik dan aneh. Salah satu budaya yang aneh atau mungkin agak seram adalah seppuku. Ritual bunuh diri yang banyak dilakukan oleh samurai Jepang di masa lalu ini menjadi legenda. Bahkan sering dimunculkan dalam beberapa film dunia yang memiliki setting Jepang.
Baca Juga : Inilah 7 Fakta Hebat dari Anoa, Kendaraan Lapis Baja Buatan Indonesia yang Saat Ini Mendunia
Seppuku bukanlah sesuatu yang aneh bahkan melanggar hukum di masa lalu. Justru seppuku adalah sebuah ritual yang sangat besar hingga harus dilakukan dengan baik. OK, langsung saja inilah lima fakta mengerikan dari seppuku yang wajib kita tahu.
1. Tidak Bisa Dilakukan Oleh Siapa Saja
Orang yang pertama kali melakukan seppuku adalah Minamoto no Yorimasa saat terjadi Perang Uji di tahun 1180. Sejak saat itu seppuku sering dilakukan oleh siapa saja yang menjalani kehidupan bushido atau jalan hidup samurai. Lambat laun budaya seppuku ini terus dikembangkan hingga memiliki upacara tersendiri di awal abad ke-17.
Seppuku tidak bisa dilakukan oleh siapa saja, terlebih jika ia hanyalah rakyat biasa. Seppuku hanya dilakukan oleh samurai yang ingin menjaga harga dirinya. Mereka akan memotong perut mereka hingga meninggal dunia dan mempertahankan harga diri yang harganya melebihi nyawa mereka sendiri.
2. Melakukan Seppuku Harus Berdasarkan Perintah
Tidak semua orang bisa melakukan seppuku, hanya mereka yang menjalankan bushido saja yang bisa. Selain itu, samurai pun tak bisa melakukan ritual mengerikan ini secara tiba-tiba. Mereka harus meminta izin terlebih dahulu kepada daimyo atau penguasa yang membawahi para samurai. Jika daimyo mengizinkan, maka mereka akan melakukannya dengan sesegera mungkin.
Daimyo biasanya mengizinkan para samurai melakukan seppuku agar mereka tidak ditangkap musuh. Atau disiksa musuh dengan sangat mengerikan. Para samurai lebih suka membunuh dirinya sendiri daripada kalah dan harus masuk ke wilayah musuh sebagai tahanan. Seppuku bukan perkara memotong perut lalu semuanya selesai. Tapi juga masalah harga diri dan juga ketaatan kepada para pemimpin.