Jika mendengar nama Rio Alex Bulo, mungkin tak banyak yang mengetahuinya. Tapi, bagaimana jika dengan Rio Martil? Julukan ini tentu tak asing, terutama bagi mereka yang sudah remaja beranjak dewasa di tahun 2000-an. Ya, ia adalah buronan atas kasus pembunuhan dan pencurian.
Tak asal memberi julukan, Rio menggunakan dua martil di tangan kanan dan kirinya untuk melancarkan aksinya. Dari situlah, ia diberi nama Rio Martil, yang telah membunuh setidaknya 4 orang dengan memukul kepala para korban. Berikut kisah selengkapnya.
Korban terakhir yang membuatnya tertangkap
Kejahatan dan kekejaman Rio Martil bisa diketahui dan akhirnya tertangkap polisi setelah membunuh korban terakhirnya, Jeje Suraji yang merupakan seorang pengacara juga pebisnis penyewaan mobil. Saat itu, Rio menjalankan aksinya dengan menawarkan penanaman modal bisnis perumahan kepada Jeje.
Di tengah perbincangan, Rio menghantam kepala Jeje dengan dua martil, di tangan kanan dan kirinya. Setelah sempat membersihkan darah di tangannya, Rio keluar kamar dengan bersikap tenang. Seorang karyawan hotel yang mengenal Jeje dan Rio sempat menanyakan keberadaan Jeje, namun dijawab sekenanya yaitu sedang berada di kolam renang.
Awalnya dikira maling
Sayangnya, hotel itu tak ada kolam renangnya, sehingga pegawai dan petugas keamanan hotel menaruh curiga. Mereka kemudian mengejar dan menangkap Rio yang memberontak ingin melepaskan diri. Siapa sangka, kalau orang yang mereka kira maling adalah pembunuh yang telah menghabisi nyawa Jeje.
Setelah dikonfirmasi bahwa Rio berstatus buronan oleh polisi, ia pun dibawa ke kantor polisi. Ternyata, ia sudah membunuh setidaknya 3 orang sebelum Jeje.
Modus dan cara membunuh yang sama
3 orang sebelum Jeje, nyawanya juga melayang dengan cara yang sama pada September hingga November 2000. Di kota berbeda, Rio mengajak mereka ke hotel untuk membincangkan soal bisnis dan menyewa mobil. Setelah menghantam kepala mereka dengan martil, Rio kabur membawa mobil sewaannya.
Selain cara menghasutnya sama, Rio juga selalu memukul belakang kepala korban hingga pecah. Polisi tak pernah bisa menangkap dan menjadikan Rio sebagai buronan, karena ia selalu kabur dan berpindah-pindah kota. Salah satu korban Rio pernah selamat karena gagang martil yang digunakan terlepas. Dari situlah, Rio membawa dua martil yang digunakan sekaligus.
Mendapat hukuman mati
Setelah sebelumnya dipenjara di Semarang, Rio dipindahkan di Lapas Nusakambangan. Lapas itu terkenal sebagai tempat di mana para napi yang mendapatkan hukuman berat, salah satunya hukuman mati. Meski tak bisa menggantikan nyawa yang hilang, tapi Rio akhirnya mendapat balasan atas nyawa yang ia renggut. Pada tahun 2001, hakim memutuskan hukuman mati kepada Rio.
Rio bertaubat dan rajin ibadah
Hukuman mati tentu tak dilakukan langsung setelah dijatuhkan. Ada beberapa tahun yang dimanfaatkannya untuk bertaubat. Selain salat wajib, tak pernah lepas salat malam dan membaca Al-Qur’an dia lakukan. Bukan hanya satu, Rio memiliki beberapa Al-Qur’an sekaligus, juga beberapa buku keagamaan lainnya.
Membunuh seorang koruptor di lapas
Meski telah bertaubat, tak membuatnya bisa mudah meredam amarah. Terbukti pada tahun 2005, seorang teman satu selnya yang juga kerap mengajarinya dalam hal keagamaan, meninggal di tangannya. Ialah Iwan Zulkarnain pidana korupsi PT. Pos Indonesia yang menjadi guru ngaji Rio. Ia ditemukan tewas mengenaskan bersimbah darah dari kepalanya yang hancur di kamar mandi sel.
Mengaku membunuh Iwan, Rio mengatakan bahwa aksinya tersebut lantaran ia tersinggung dengan kata-kata yang dilontarkan Iwan. Saat itu, pembunuhan tak dapat dicegah karena para petugas lapas tak mendengar ada keributan di dalam sel akibat hujan yang begitu deras.
Hari eksekusi pun tiba
Napi eksekusi mati di Nusakambangan bakal mendapat 3 permintaan terakhir, begitu pula dengan Rio. Permintaan pertamanya adalah bisa bertemu dengan keluarganya, seorang istri bernama Tuti dan ketiga anak mereka. Ia pun dipindahkan ke lapas di Purwokerto agar bisa bertemu dengan keluarganya.
Setelah sempat membuat heboh juga penasaran wartawan dan masyarakat, akhirnya hari eksekusi pun tiba. 8 Agustus 2008 dini hari, nyawa Rio melayang di tangan 12 regu tembak di Desa Cipedok, Kecamatan Cilengok, Banyumas, Jawa Tengah.
BACA JUGA: Ahmad Suradji, Pembunuh Berantai Paling Gila yang Pernah Bikin Geger Indonesi
Tak ada yang mengira bahwa Rio adalah pembunuh keji, pasalnya keluarga dan para tetangga melihat Rio sebagai orang yang pendiam dan tertutup. Meski begitu, Rio tetap harus membayar apa yang telah diperbuatnya.